Aren't You Happy?

492 59 6
                                    

Note : FF ini ditulis dari hasil imajinasi author sendiri. Jika ada kesamaan cerita itu hanya ketidaksengajaan// Maafkan typo dan eyd yang belum benar.

Jisoo Pov

"Papa!"

"Papaaaa~"

"Bangun papa~ bukankah kita akan berpesta hari ini?"

Suara bising favoriteku membangunkanku dari tidur. Kulihat Mingyu kini tengah menduduki perutku sembari tangannya menarik-narik bahuku.

"Papa! Bangunnnn."

"Papa kan bukan pilot, jadi papa tidak melakukan penerbangan, Mingyu," balasku malas.

"Tapi papa 'kan pengemudi, jadi antarkan aku ke pesta ulang tahunku!" Balasnya dengat cekat.

Ah ternyata putraku ini begitu senang dengan pesta ulang tahunnya.

"Baiklah, kalau begitu turun dari perut papa," titahku padanya. Ia menurut.

"Gendong papa?" Aku melakukannya sebagaimana Mingyu mengucapkannya dengan manja kepadaku.

"Bagaimana bisa? ... papa harus menunggu Mingyu besar terlebih dahulu, baru Mingyu bisa menggendong papa," ucapnya begitu manis. Tanganku reflek mengusap kepalanya.

○○○

Aku kini tengah menikmati sarapanku. Saat ini-pukul 8.45 pagi -memang bukan waktu yang tepat untuk sarapan, tapi karena aku bangun agak siang, kurasa tak apa. Pemandanganku kini begitu ramai. Mamaku sibuk dengan berbincang atau tepatnya mencerca seseorang dari telfon -yang kurasa adalah Minhyuk-kakakku. Berbuat apalagi dia sampai mama sempat memakinya lewat telfon?
Ada pula Bi Nahyeong yang sibuk membujuk Mingyu yang sedari tadi sulit untuk dipakaikan baju. Ia sibuk dengan ponselku yang pastinya ia gunakan untuk bermain games. Perlu diketahui, Mingyu memang benar-benar anak cekatan. Ada sekitar belasan games yang ia unduh di ponselku, dan bahkan aku seperti tak punya hak untuk menghapusnya, karena setiap 1 game saja aku hapus, ia dapat mengunduhnya kembali. What a smart boy!

Kulihat mamaku mengakhiri kegiatan menelfonnya, lalu mama duduk dikursi meja makan -disebelahku.

"Ada apa, Ma?"

"Kakakmu, Jisoo."

"Ya? Kenapa, Ma?"

"Awalnya papamu yang bicara, ia bilang ia pulang kerumah dengan keadaan rumah yang sungguh kacau," jawab mamaku dengan agak kesal.

"Apa Minhyuk mengundang teman-temannya lagi?,"

"Ya, begitulah. Ia sepertinya semakin gila akibat gagal menikah dengan Wonho" jelas mama mendesah. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku cukup bersedih pula, karena bagaimana pun Minhyuk adalah kakakku yang begitu kusayang. Sedih, ketika tahu kakakku sendiri mengalami hal yang sama sepertiku, sama-sama gagal ketika berencana untuk menikah.

"Kau tahu Jisoo, kakakmu kini sudah berusia 30 tahun, dan ia begitu menginginkan pernikahan. Ia terus merengek pada mama, andai kau tinggal bersama kami di Busan, kau akan bosan mendengarnya menangis."

"Nanti malam mungkin aku akan menelfonnya. Kurasa aku punya beberapa rekan yang belum menikah. Kau tahu Ma, Minhyuk 'kan mudah senang dengan melihat pria tampan. Barangkali Minhyuk tertarik," ucapku berusaha menenangkan mama. Mama pun tersenyum lesu.

"Ya, lakukan apapun Jisoo. Setidaknya meminimalisir tangisannya." Aku tertawa kecil mendengarnya.

○○○

Aku sudah rapih dengan pakaianku. Turtleneck putih dengan outer; suit hitam -kini telah melekat rapi dibadanku. Tatanan rambut belah pinggir yang memperlihatkan keningku, dan tak begitu klimis serta agak messy ini -membuatku benar-benar merasa siap.

"Papa?"Where stories live. Discover now