Chapter 1

26.1K 1.3K 8
                                    

Lana menguap pelan, ia melihat jam yang berada di atas nakas, seketika itu juga ia langsung terbangun. Bagaimana bisa ia begitu ceroboh hari ini.

Ia segera keluar dan mengunci pintu apartemen sederhana yang sudah ia tinggali cukup lama semenjak kedua orang tua nya meninggal. Lana berlari menuju halte bus yang letaknya tepat di depan apartemen. Ia langsung menghempaskan tubuhnya pada bangku bus. Lana mencoba mengatur nafasnya yang masih terasa sesak akibat berlari. Ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, ia pasrah jika hari ini akan ditendang dari pekerjaannya.

Lana segera keluar dari bus. Berlari menuju toko buku yang selama dua bulan ini menambah pemasukannya selain pekerjaannya menjadi waiters di Time's Cafe.

Lana membuka lokernya yang terkadang menjengkelkan, tapi sebuah dehaman dari arah belakang menghentikan gerakan tangannya. Lana tahu dengan pasti siapa pemilik suara itu. Ia berbalik menemukan pemilik toko buku tengah melipat tangannya di dada. Lelaki itu menatapnya dengan raut wajah tak enak.

"Terlambat untuk yang kesekian kalinya, kemasi barang-barangmu Lana. I'm really sorry ,"

Lana hanya mengangguk meng-iakan perintah itu. Ia segera mengeluarkan barang-barang yang tak seberapa yang berada di dalam lokernya. Dan beranjak dari toko buku itu.

Ini hari sabtu, yang artinya adalah hari libur untuk seluruh pegawai Time's Cafe, jadi ia bingung harus kemana setelah ini. Ia berjalan mengikuti kemauan kakinya yang entah akan membawanya kemana, Lana menghela nafas pelan, mengapa kehidupannya harus seperti ini. Setelah hubungannya berakhir dengan Raynar kali ini ia dipecat dari pekerjaan tambahannya. Maka hilanglah pemasukan tambahannya selain menjadi waiters di Time's Cafe bulan ini.

Langkahnya terhenti ketika indra pendengarannya mendengar suara tangisan seorang anak kecil, pandangannya menyapu tempat sekelilingnya tapi tak ada satupun sosok anak kecil di taman ini. Pikiran buruk mulai merayap di otaknya, tak mungkin bukan jika itu suara hantu karena jelas-jelas ini masih siang hari. Ah, bahkan Lana baru menyadari jika dirinya berada di taman dimana hubungannya berakhir dengan Raynar. Ia hendak berlari ketika melihat salah satu bagian semak-semak yang mengelilingi taman itu bergerak, tapi ia mengurungkan niatnya ketika mendengar suara tangisan itu lagi. Lana mendekati semak-semak itu. Matanya terbelalak kala melihat bocah laki-laki yang tengah membenamkan kepalanya diantara kedua lututnya.

Dengan pelan Lana mengusap kepala bocah laki-laki yang masih terisak pelan itu. Bocah laki-laki itu mengangkat kepalanya memperlihatkan wajah tampan dan juga menggemaskan, pantas saja tak ada yang melihat bocah laki-laki ini karena tubuh kecilnya tertelan semak-semak disampingnya, tapi yang semakin membuat Lana bingung, kemana orang tua bocah menggemaskan ini.
Lana mengusap pelan pipi bocah laki-laki itu yang basah oleh air mata.

"Mama kamu kemana sayang?" Lana bertanya lembut pada bocah laki-laki itu, bukannya menjawab tangis bocah itu semakin bertambah kencang, Lana bingung harus berbuat apa karena selama 23 tahun hidupnya ia tak pernah berurusan dengan bocah kecil seperti ini. Lana segera menggendong bocah kecil itu. Ia segera duduk diatas kursi yang berada di taman. Tangannya memeluk bocah kecil yang masih terus mengangis dan sesekali mengusap pelan rambut bocan kecil itu.

"Aduh sayang, jangan menangis terus dong, Kakak jadi bingung,"

Lana mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman itu namun tak nampak juga orang tua yang seperti kehilangan anaknya. Lana merasa rambutnya sedikit tertarik kebawah dan menemukan bocah kecil itu pelakunya.

"Kenapa?"

"Mi-minum," Lana masih bisa mendengar suara bocah kecil itu, meski suara itu terdengar pelan. Lana bangkit dari duduknya dengan tangan yang masih menggendong bocah kecil itu, ia segera berjalan menuju minimarket yang letaknya tak jauh dari taman. Lana langsung mengambil sebuah air mineral dan membayarnya di kasir.

Unexpected Moments With YouWhere stories live. Discover now