Chapter 9

16.6K 1.2K 9
                                    

Yanuar mendengar pintu ruang kerjanya di ketuk pelan.

"Masuk,"

Pintu itu terbuka menampilkan Sandy, salah satu orang yang biasanya menjaga kediamannya. Pria itu menghampiri Yanuar. Memberikan sebuah kotak yang membuat kening Yanuar mengerut karena heran. Sandy mengatakan jika supir Margareth yang mengantarkan ini tadi. Yanuar mengangguk berterima kasih pada Sandy yang langsung keluar dari ruangannya.

Ia membuka kotak itu dan menemukan beberapa film dari mulai genre romantis, komedi, hingga film horor dan sebungkus popcorn yang masih mentah. Yanuar meraih kertas kecil yang terselip disana dan membacanya.

Ajak Lana nonton film bersama ya!
ILY. From your beloved mommy
and sissy ♡

Yanuar mendengus pelan melihat siapa pengirim itu, kali ini ia harus memperingatkan Margareth jangan kira ia tak tahu apa yang wanita cantik itu rencanakan, sudah cukup ia menorerir sikap konyol Margareth juga Keanu dan sekarang bertambah adik perempuannya yang akan membantu mereka.

***

Lana membuka matanya ketika mendengar Yanuar memanggil namanya, ia bangkit dari tempat tidurnya. Meringis pelan ketika merasakan perutnya bertambah sakit. Ia berjalan perlahan menuju pintu

Ia tersenyum kecil pada Yanuar yang ada di depan pintu kamarnya.

"Ad--"

"Kamu kenapa? Ada yang sakit?"

Yanuar menatap gadis itu khawatir, mukanya pucat dan sesekali wanita itu meringis sambil menekan perutnya. Hilanglah sudah kata-kata yang tadi telah ia siapkan untuk mengajak gadis ini menonton film seperti yang disarankan Mamanya.

Lana terdiam melihat sikap khawatir lelaki itu, tak ada sebelumnya orang yang terlihat begitu khawatir selain Melody ketika melihat keadaan Lana yang seperti ini.

"Perut kamu sakit?" tanya Yanuar kembali.

"Eh, i-itu...," Lana bingung harus menjelaskan apa pada Yanuar, dirinya malu jika mengatakan ini sakit yang biasa ia rasakan setiap hari pertama ia mendapat tamu bulanannya.

Yanuar menghembuskan nafasnya lelah ketika tak kunjung mendapat jawaban dari Lana, ia segera menggiring wanita itu kembali ke dalam kamarnya dan mendudukan wanita itu di tempat tidurnya, Yanuar pun ikut duduk disamping Lana.

"Kamu salah makan?"

Lana hanya menggeleng dengan kepala yang sekarang tengah menunduk, tangannya kembali menekan perutnya berusaha mengurangi rasa sakit itu. Yang ia inginkan hanya Yanuar keluar dari dalam kamarnya dan memejamkan matanya agar rasa sakitnya hilang.

"Emm, kamu sedang datang bulan?" Yanuar bertanya dengan hati-hati pada Lana, mengesampingkan rasa malunya dengan bertanya hal pribadi untuk gadis itu.

Pipi Lana bersemu merah, tak berani ia menatap Yanuar. Tebakan Lelaki itu benar dan Lana hanya mengangguk kecil.

Yanuar berdehem pelan mencoba mengurangi perasaan gugupnya yang datang tiba-tiba, ia beranjak keluar dari kamar Lana, menginggalkan Lana yang meringis pelan melihat Yanuar pergi meninggalkannya. Tapi apa yang ia harapkan memangnya.

Tapi tak lama kemudian Yanuar masuk dengan sebotol minyak kayu putih di tangannya. Ia berdehem pelan agar wanita itu menoleh ke arahnya. Yanuar memberikan botol di tangannya pada Lana.

Lana meraih botol itu dari tangannya, dilihatnya wajah Lana bersemu merah. Yanuar memutuskan untuk keluar dari kamar Lana sebelum suara wanita itu menghentikannya.

"Makasih," Lana berterima kasih pada Yanuar.

Yanuar mengangguk pada Lana "Biasanya Sachi pakai itu jika, ya kamu tahu. Meski aku tak tahu pasti akan hilang atau tidak rasa sakitnya."

Pintu kamarnya tertutup kembali, Lana tersenyum kecil menatap minyak kayu putih dihadapannya. Padahal didalam kamarnya ia memiliki botol kecil ini bahkan ia telah memakaikan itu pada perutnya.

Namun sebuah nama yang tadi di ucapkan oleh Yanuar membuatnya tertengun. Siapa wanita bernama Sachi itu sampai-sampai Yanuar pun tahu jika wanita itu pun sering mengunakannya, entah kenapa hatinya bergemuruh hebat saat ini. Tak mungkin bukan ia cemburu pada wanita bernama Sachi itu.

***

Yanuar masih merasakan jantungnya berdetak cepat ketika tadi bertemu Lana, ada apa dengan dirinya ini. Apa mungkin ia harus mengakui jika ia mulai tertarik dengan wanita itu.

Pintu ruang kerjanya kembali diketuk, entah sudah yang ke berapa kali. Ketika Yanuar hanya butuh ketenangan tapi ada saja yang menganggunya.

"Masuk,"

"Pak," Dika berujar sopan pada atasannya itu, Yanuar mempersilahkanya duduk. Ia berdehem pelan seraya memberikan sebuah amplop coklat pada atasannya itu.

Yanuar mengerutkan keningnya bingung, amplop apa yang Dika bawa sampai-sampai laki-laki itu mengantarnya ke kediamannya.

"Ini data yang Bapak minta tentang Lana, dan maaf saya baru bisa sekarang mengantarkan ini."

Yanuar mengangguk pada Dika, ternyata ini adalah data yang ia minta waktu itu.

"Kalau begitu, mungkin sebaiknya saya pulang pak, atau mungkin ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Dika.

"Ya pulanglah, ini hari libur ajak pacarmu menonton film mungkin?" Yanuar tersenyum kecil.

"Saya gak punya pacar pak," Dika tertawa mendengar pertanyaan atasannya itu, disatu sisi atasannya itu memang sangat perfeksionis dan tegas tapi disisi lain ternyata atasannya ini juga masih bisa menanyakan hal semacam itu padanya.

"Sama," gumam Yanuar seraya terkekeh kecil.

Dika berdehem pelan dan berpamitan pada atasannya itu, setelah Dika keluar dari ruangannya Yanuar lantas membuka amplop itu dan membacanya dengan teliti, tak banyak data diri Lana yang Yanuar baca tapi matanya terpaku pada sebuah hutang yang tertera pada kertas itu dan juga tentang percintaan gadis itu.

Dan yang akan Yanuar lakukan adalah besok ia akan memberi bayaran pertama untuk gadis itu karena cek yang ia berikan dikembalikan lagi oleh Lana ketika pertama kali wanita itu bekerja. Karena di dalam surat itu tertera besok hutang yang ditinggalkan mendiang Ayah Lana sudah jatuh tempo.

Seakan mengingat sesuatu ia segera membuka laci meja kerjanya dan meraih sebuah undangan berwarna hijau tosca dan melihat kedua nama calon mempelai itu, dan ya! ternyata ingatannya begitu kuat karena nama yang tertera pada data yang di berikan oleh Dika dan pada undangan ini sama 'Raynar Adipati' . Yanuar tersenyum sinis melihat undangan itu. Ternyata tebakanya benar pria ini meninggalkan Lana demi perempuan lain, maka pria itu adalah pria brengsek yang telah menyianyiakan gadis seperti Lana.

Unexpected Moments With YouWhere stories live. Discover now