Epilog

25.4K 1.1K 38
                                    

Yanuar mengajaknya makan malam di sebuah Restoran Eropa yang berada tepat di sebelah Time's Cafe. Entah ada acara apa sampai-sampai lelaki itu memesan privat room untuk mereka berdua. Setelah kejadian sekitar seminggu yang lalu. Lana kembali tinggal bersama Yanuar. Ia kembali ke rumah lelaki itu meskipun bisa dikatakan kali ini ia tidak benar-benar tinggal di sana, karena sesekali ia kembali ke apartemen miliknya. Yanuar pun menepati janjinya untuk menjemputnya di apartemen Melody. Masalah kali ini telah selesai, Ia telah memaafkan lelaki itu. Namun, ia yakin masalah-masalah lain pasti ada di sebuah hubungan.

Yanuar berdehem pelan. Membuat Lana tersenyum kecil karena tertangkap basah tengah melamun oleh lelaki itu.

"Jadi," ucap Yanuar dan Lana bersamaan. Mereka berdua tertawa.

"Ladies first," kekeh Yanuar.

Lana hanya mengangguk pada Yanuar.

"Jadi ada acara apa sampai-sampai kamu bawa aku ke sini," tanya Lana pada lelaki yang sekarang berkali-kali lipat lebih tampan dengan kemeja putih dengan lengan kemeja yang digulung hingga siku.

"Aku hanya ingin ajak kamu makan malam dan juga aku mau kamu coba ini," Yanuar meraih kotak kecil yang sedari tadi ia simpan di dalam saku celananya. Ia membuka kotak itu. Mengeluarkan sebuah cincin dengan berlian kecil yang tersemat manis disekeliling cincin tersebut.

Lana mengerutkan keningnya melihat itu.
"Sini tangannya," Yanuar perlahan memasukan cincin itu ke dalam jari Lana. Ia tersenyum puas melihat itu.

"Cantik," puji Yanuar.

"Ini untuk siapa?" tanya Lana seraya memerhatikan cincin ditangannya.

"Untuk calon istri dan juga calon ibu untuk anak-anakku nanti," Yanuar tersenyum pada Lana.

Lana langsung tersentak mendengar itu. Ia segera melepaskan cincin ditangannya dan menyerahkannya pada Yanuar.

"Kenapa dilepas?" tanya Yanuar, ia meraih tangan Lana tapi gadis itu menepis tangannya. Apa Lana tak menyukainya, pikir Yanuar.

"Apa kamu tak mau jadi istri dan ibu untuk anak-anak aku, Lana?" tanya Yanuar bingung, gadis itu enggan melihat kearahnya. Apa Lana marah padanya atau ada kata-kata yang salah ia ucapkan. Ayolah, ia bukan peramal yang bisa membaca pikiran seseorang. Jadi, ia tak tahu ada apa dengan Lana.

Lana yang mendengar itu langsung menatap Yanuar dengan pandangan tak percaya. Ia berdecak kesal pada lelaki itu.

"Jadi, kamu tengah melamar aku?" tanya Lana, lelaki itu tersenyum dan mengangguk kearahnya.

"Yanuar, aku kira cincin itu untuk wanita lain," Lana terkekeh geli. "Kamu tahu ini sama sekali jauh dari ekspektasi aku jika dilamar oleh seorang lelaki. Kamu sama sekali gak romantis,"

Lana sedikit cemberut menatap Yanuar, tapi di dalam hatinya ia melompat-lompat ketika tahu jika cincin itu bukan milik wanita lain.

Yanuar langsung meringis kecil mendengar itu, ia memang tak bisa romantis seperti lelaki di luar sama ketika sedang melamar seorang wanita, karena menurutnya itu berlebihan. Sepertinya ia harus segera menelepon Keanu jika lamarannya tak ingin ditolak Lana.

"Kalau aku melamar kamu dengan romantis, itu terlalu biasa Lana aku ingin yang bebeda," Yanuar mencoba mengelak ia meraih tangan Lana dan menggenggamnya.

"Faurine Alana, will you marry me?" Yanuar tersenyum kearahnya.

"Secepat ini?" Lana menatap Yanuar, ia melihat binar kesungguhan di mata lelaki itu.

"Ini tak cepat Lana, harusnya aku memiliki kamu dari awal kita bertemu." Yanuar melepaskan genggamannya. Ia mengelus pipi Lana perlahan.

"Jadi, apa jawaban kamu?" tanya Yanuar.

"Ya," Lana tersenyum pada Yanuar. Mendengar itu Yanuar beranjak kearahnya. Kembali memasangkan cincin tadi dan langsung memeluknya dengan erat, hingga ia bisa mendengar detak jantung Yanuar yang berdebar kencang. Sama seperti dirinya.

Rasa bahagia meluap-luap di dalam dirinya, Yanuar mencium kening Lana.

"Kamu tau Yanuar, semua ini terjadi secara tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan aku," bisik Lana masih berada di dalam pelukan Yanuar.

"Unexpected," Yanuar melonggarkan pelukan mereka. Menatap langsung ke dalam mata gadisnya ini. Lana langsung mengangguk.

"Semuanya tak pernah diduga, pertama aku menemukan Sammy hingga menjadi pengasuh Sammy, aku jatuh cinta pada kamu, kamu menyakiti aku, sampai akhirnya kamu meminta aku menjadi istri kamu," jelas Lana panjang Lebar.

Yanuar berdecak pelan. Ia cemberut menatap Lana. "Apa bagian di mana aku pernah menyakiti kamu, bisa dihapus?"

Lana menggeleng, ia mengelus pipi lelaki itu perlahan. "Itu tak akan bisa dihapus, kalau itu dihapus mungkin kita tak akan bisa seperti ini,"

"I love you," bisik Yanuar ditelinga Lana.

"Itu ketiga kalinya kamu bilang i love you sama aku," Lana terkekeh geli.

"Demi apapun Lana kamu paling pintar merusak suasana, sama seperti Melody kala itu," Yanuar mencubit pipi Lana pelan. "Harusnya kamu bilang i love you too. Aku juga tak percaya kalau kamu ternyata ingat bahkan menghitung kata-kata itu," ucap Yanuar tak percaya, tapi senyumnya masih tak hilang dari wajahnya.

"Jelas aku ingat,"

"Okay, sekarang akan aku ulangi," ujar Yanuar, "i love you Faurine Alana,"

"Ini yang keempat kalinya," Lana berusaha menahan tawanya.

"Lana!" ucap Yanuar kesal.

"Oke, jangan kesal seperti itu," kekeh Lana. "I love you too Yanuar Sullivan,"

"Aku bahagia Lana," Yanuar langsung mendekatkan wajahnya pada Lana. Ia mengecup bibir gadis itu. Bahagia itu ternyata sederhana walaupun harus melewati rintangan terlebih dahulu. Dan sekarang Yanuar bahagia. Ia telah menemukan pelabuhan terakhirnya untuk pulang, yaitu Lana.

Unexpected Moments With YouWhere stories live. Discover now