Awal yang baik

4.6K 285 12
                                    

"Bunda, Najwa berangkat dulu, doakan semoga hari ini lancar ya."
Pagi-pagi sekali gadis itu sudah rapi lengkap dengan map berisi CV juga beberapa berkas yang diperlukan untuk interview. Dengan hijab berwarna peach, wajah gadis itu terlihat bersinar dan ceria.

"Iya sayang, Bunda selalu mendoakan apa yang terbaik buat kamu. Semoga nanti kamu mendapat ilmu yang lebih luas lagi."
Ucap Sarah sembari mengambil sebuah kotak makan diatas meja.
"Ini, kamu bawa, jangan sampai apa yang sedang kamu raih menghalangi kebutuhanmu."
Tambah wanita itu.

Najwa tersenyum, kemudian mengambil kotak makan tersebut dari tangan Bundanya.

"Terimakasih Bunda, tapi hari ini Najwa hanya sedang interview, belum tentu Najwa diterima kan?"

"Diterima atau tidak, kamu harus makan bekal ini.. Kalo bisa, Aqil juga diajak makan, Bunda sudah melebihi makanannya kok."
Ucap wanita itu sembari melirik keambang pintu, disana sudah ada laki-laki yang berjalan memasuki rumah besar itu.

"Assalamualaikum."
Salam laki-laki itu, senyumnya mengembang ketika melihat Najwa menoleh kearahnya mengikuti pandangan Bundanya.

"Waalaikumsalam."
Jawab kedua perempuan itu.

"Sepertinya tadi namaku ada yang menyebut."
Celetuk Aqil, dan Sarah tertawa geli. Laki-laki itu hadir diantara keluarga yang pernah terpuruk, dengan keramahan dan terkadang kekonyolannya membuat keluarga itu membuka tangan menerima kedatangannya.

Semua itu berawal dari Najwa yang masih SMA, gadis itu sudah sejak lama mengikuti kegiatan-kegiatan sosial bersama Ayahnya, Najwa pun sebenarnya sudah mengenal laki-laki itu, meski hanya dari namanya saja. Laki-laki itu ketua dari pelaksana kegiatan sosial terbesar dikota Surabaya, entah bagaimana bisa kenal dan sedekat sekarang, karena laki-laki itu super sibuk, juga terlihat tak santai. Siapapun yang melihat wajahnya pertama kali, pasti kesannya laki-laki itu dingin dan kaku, tapi coba kalau dia didekati, satu kalimatnya saja pasti sudah membuat orang tersenyum geli dan menahan tawa.
Dan meski dibalik kesibukannya itu, Aqil selalu menyempatkan waktunya untuk sekedar menghubungi Zufar atau Najwa, apalagi sepeninggal Zufar, hari-hari Najwa selalu ada Aqil, laki-laki itu sudah seperti penghibur dan penyemangat kehidupan Najwa setelah keluarganya. Sarah pun ikut akrab dengan Aqil, karena dia satu-satunya teman laki-laki Najwa yang datang kerumahnya setiap hari, dan sikapnya yang sopan juga menyenangkan adalah poin tersendiri yang dianggap Sarah ada dalam diri Aqil.

"Bunda yang nyebut, katanya makanan ini sudah dilebihin sama Bunda karena nanti ada kamu Kak."
Goda Najwa.

"Jadi menurut Bunda, aku makannya banyak?"

"Bukan Bunda yang bilang, kamu sendiri loh Aqil ya.."
Ucap Sarah sembari senyum-senyum melihat ekspresi Aqil yang cemberut.

"Apa salahku Bunda? Sampai-sampai Bunda punya alibi seperti itu?"
Tanya laki-laki itu bak seperti aktor dalam sinetron.

"Aiissh, sudah Kak jangan mulai. Berangkat aja yuk."
Sahut Najwa, gadis itu tau pasti Aqil akan bertindak konyol lagi.
"Bunda kita berangkat ya, Assalamualaikum."

Sedangkan laki-laki yang tadinya mau bersiap-siap bertingkah dramatis seperti disinetron-sinetron, kini harus mengurungkan niatnya karena melihat gadis itu sudah berlalu berjalan keluar rumah. Sarah yang melihat kegagalan Aqil kembali tertawa geli.

"Yasudah, kita berangkat dulu Bun."
Pamitnya.

"Iya, Bunda minta tolong sama kamu, jaga Najwa ya.. Meski Bunda tau, kamu sendiri punya kesibukan sendiri, tapi cuman kamu yang Bunda percaya bisa menjaganya."
Ucap wanita itu. Aqil mendengar kalimat itu seperti sayatan untuk hatinya, menjaga? Apa benar dia bisa menjaga Najwa? Meski selama ini dia sudah berusaha untuk melakukan itu, tapi dia tidak yakin bisa melakukannya lagi nanti.
"Kenapa Qil?"
Tanya Sarah saat melihat Aqil malah terdiam dan melamun.

Cahaya Awan ( On Hold )Where stories live. Discover now