Setangkai mawar

1.6K 138 4
                                    

Najwa mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang beberapa hari lalu tak pernah menampakkan wujudnya. Bahkan jika setiap pagi laki-laki itu menyempatkan waktu untuk menjemputnya, maka beberapa pagi ini dia tidak pernah muncul. Hanya pesan-pesan singkat yang didapat oleh Najwa darinya. Itupun untuk mengabari bahwa dirinya berhalangan untuk main ke rumah.
Najwa merasa, laki-laki itu sedang menghindarinya. Atas apa? Najwa tidak tahu. Tapi apa karena rencana perjodohan yang ditolaknya? Namun bukannya itu juga kesepakatan dari mereka berdua.

"Wa, kenapa Bunda nggak pernah liat Aqil kesini ya?"
Tanya Sarah, melihat putrinya berdiri dipelataran sendirian, dia berniat untuk menghampirinya.

"Aku juga nggak tau Bun, ini tadi aku whatsapp, tapi katanya dia nggak bisa kesini lagi. Ada kepentingan yang harus diurusnya."
Najwa kembali memasukkan ponselnya didalam tas.

"Terus sekarang kamu gimana berangkatnya? Apa bareng Bunda?"

"Ya, sepertinya gitu."
Cengiran Najwa sangat dihafal oleh wanita paruh baya itu.

"Yasudah, Bunda ambil mobil dulu." Ucap Sarah sembari melangkahkan kakinya kedalam rumah lagi untuk mengambil kunci mobil.

Tin tin tin

suara klakson berbunyi saat Sarah sudah setengah jalan. Diapun berhenti untuk melihat siapa yang baru saja datang, begitupun dengan Najwa yang terheran karena big bosnya tiba-tiba berada di depan rumahnya.


"Pak Bani?" Ucap Najwa heran.

"Ya?" Ucap laki-laki itu setelah keluar dari mobil dan mengambil posisi menghadap Najwa dengan dua tangan yang dimasukkan ke saku celana.

"Ada perlu apa Pak?" Tanya Najwa, "Kok tumben." Tambahnya lagi didalam hati.

"Sekedar lewat."

"Oh." Balas Najwa yang jengah mendapat respon yang singkat dari Big Bosnya.

Dan hampir beberapa menit, mereka terjebak dalam keheningan, saling pandang namun tidak ada yang memulai percakapan lagi. Sampai akhirnya, Sarah menghampiri mereka.

"Oh ada Pak Arbani? nggak diajak masuk dulu Wa?" Ucap Sarah.

Najwa memandang Sarah dengan pandangan yang mengisyaratkan "jangan cari masalah Bun".

"Terimakasih, tapi saya harus cepat sampai kantor."

"Lalu?" Tanya Najwa.

"Ya, saya harus cepat-cepat sampai kantor."

"Ya, terus kenapa masih disini?" Tanya Najwa lagi.

"Ya, saya cuman sekedar lewat."

Percakapan yang absurd dan tidak menemukan titik temu itu semakin membingungkan Sarah.

"Pak Arbani cuman lewat atau mau ngajak Najwa bareng?" Ucap Sarah yang sedikit meyindir.

"YA?" Sahut Najwa dengan tangan telunjuk yang terangkat.

"Maksud saya cuman lewat, tapi kalo mau bareng juga nggak apa-apa, tujuan kita kan sama." Balas Arbani. yang tidak mau tersudutkan.

Sarah mengendikkan alisnya kearah Najwa agar perempuan itu mau menerima tawaran bosnya. Sedangkan Najwa menggeleng pelan, dia tidak mau terperangkap satu mobil dengan monster es macam Arbani.

"Iya, Najwa mau bareng kok, Pak." Jawab Sarah memutuskan sendiri tanpa menghiraukan Najwa yang tidak mau.

"Baiklah, ayo kita berangkat." Arbani pun melangkah masuk kedalam mobil, tanpa perduli Najwa yang masih berdiri ditempatnya. Sarah pun mendorong perempuan itu agar ikut masuk kedalam mobil, agar terkesan menghargai bosnya. Najwa pun masuk kedalam mobil, dengan memutar bola matanya jengah.

Cahaya Awan ( On Hold )Where stories live. Discover now