Meninggalkannya

1.5K 128 6
                                    

Senyum mengembang dengan lebarnya dibibir perempuan itu kala melihat Aqil berada didepan rumahnya. Seperti waktu telah memisahkan mereka beribu tahun, Najwa berlari seakan dalam scene film india yang diiringi dengan lagu menye-menye. Baru kali ini, Najwa merasa sangat rindu pada laki-laki itu.

"Kak, akhirnya lo kesini juga." Ucap Najwa setelah berhasil menghampiri Aqil yang masih berdiri dtempatnya.

"Apa itu artinya lo udah nggak sibuk lagi ya?" Tambah perempuan itu yang tidak sadar bagaimana ekspresi Aqil yang sedang gusar.

"Aku sibuk. Dan aku harus menyelesaikan tugasku." Jawab Aqil. Ya tugas untuk menghancurkan peremuan itu. Aqil harus terpaksa bersikap picik, tapi tidak sepicik Adibah.

"Wuuh, sejak kapan sih kamu jadi orang yang serius gini Kak? Memangnya tugas apa? Apa aku bisa membantumu?" Tawar perempuan itu.

"Maaf, tapi ini memang melibatkanmu." Jawab Aqil lirih.

"Apa?"

"Nggak, tapi sepertinya aku memang harus meminta bantuanmu." Sahut Aqil langsung.

"Oke, apa? Sebutkan?"

"Mm, setelah ini gue ada acara bakti sosial di kampung yang terisolir oleh listrik diujung hutan. Berhubung rekan gue ada kesibukan lain dipekerjaannya, gue harus sendirian kesana. Jadi, lo bisa temenin gue kan?"

"Gampang mah ituu. Ayo berangkat." Ucap Najwa langsung melangkah kedalam rumah, berpamitan dan sudah siap untuk menemani Aqil.

Laki-laki itu memandang Najwa yang sedang pergi menjauh darinya, memandang seseorang yang sebentar lagi akan disakitinya. Apa ini mudah?

Tidak lama kemudian Najwa sudah kembali lagi dengan tas dan baju yang lebih rapi. Aqil hanya memandangnya dengan tatapan sedih. Membuat perempuan itu dibuat heran.

"Ayo Kak, kita berangkat. Tunggu apalagi?"

"Kenapa terburu-buru?" Tanya Aqil yang sebenarnya tidak menginginkan mereka cepat-cepat pergi ke hutan.

"Kan takutnya nanti kita telat, disana pasti banyak orang yang sudah menunggu kita."

"Santai aja, kita jalan-jalan dulu." Ucap Aqil terkesan mengulur waktu.

"Kenapa harus mengulur waktu untuk membantu orang?" Ucap Najwa yang membuat Aqil langsung terdiam. "Udah, ayo kita berangkat sekarang Kak."

Najwa pun menarik lengan baju Aqil, agar mengikuti langkahnya. Dan laki-laki itu hanya bisa pasrah. Najwa seperti orang yang senang menjemput kesialannya sendiri.

***

"Wauw, kita bener-bener ada ditengah hutan. Memangnya, diujung sana beneran ada desa ya Kak?" Najwa tetap terlihat bersemangat.

Aqil hanya melihat ke depan, hari pun semakin larut, senja mulai muncul dibalik rimbunnya pohon-pohon tinggi di hutan itu. Desa diujung hutan itu? Itu hanya khayalan saja. Tidak ada seorang pun yang mau mendirikan bangunan disana.

"Kak?" Najwa merasa laki-laki itu tidak fokus.

"Ah iya?"

"Lo nggak fokus ya? Kita sedang ada ditengah hutan loh ya. Lo harus fokus Kak, kalo nggak kita nanti tersesat."

"Iya."

"Kenapa sih lo, Kak? Nggak ada semangat hidup kayaknya." Celoteh Najwa, selain bersemangat akan bakti social, dia juga senang bisa bertemu lagi dengan Aqil setelah sekian lama.

"Nggak." Jawab Aqil, dia mencari alasan agar bisa meninggalkan perempuan itu sendirian di hutan. "Mmm, Wa gue turun dulu ya, persediaan air minum untuk kita habis."

Cahaya Awan ( On Hold )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang