Keputusan - 2

2.9K 199 8
                                    

"Hai Najwa."
Suara bariton tiba-tiba saja muncul disamping Najwa, perempuan itu sedikit terhenyak, namun dia begitu tau suara siapa.

"Iya Pak."
Perempuan itupun membalas dengan senyuman. Hari ini laki-laki itu tampak cerah, sangat cerah, sampai untuk memandangnya pun Najwa takut.

"Itu tadi Aqil bukan?"

"Iya Pak, memang Kak Aqil."

"Tumben nggak mampir?"

"Katanya sih ada urusan, dia janji kalo pulang nanti bakal jemput saya.."
Najwa tiba-tiba menunduk, dia ingat kejadian kemarin malam, saat Aqil tidak menepati janjinya, dan menyuruh Arbani untuk menjemput Najwa.
"Oh ya Pak, saya minta maaf atas kejadian kemarin. Karna Kak Aqil, Pak Arbani jadi repot untuk jemput saya, padahal itu tidak seharusnya terjadi, Pak Arbani adalah atasan saya."

"Kenapa?"
Tanya Arbani, pertanyaan ambigu dan Najwa tidak bisa menangkap maksudnya.

"Kenapa maksudnya Pak?"

"Iya kenapa? Bukannya kita sudah menjadi teman, dan seorang teman harus bersikap baik pada teman lainnya bukan? Lagian waktu itu sudah diluar jam kerja, saya bukan lagi atasanmu."
Jelas Arbani, ah benar laki-laki itu moodnya lagi baik, tadi wajahnya terlihat cerah, sekarang bicaranya pun banyak. Najwa jadi suka melihat perubahan sikap laki-laki itu, semoga saja satu jam kedepan tidak berubah.

Najwa tersenyum sembari memperhatikan Arbani, laki-laki itu mencoba membenarkan dasinya, dan menegapkan tubuhnya, Najwa sadar bahwa mereka sudah memasuki ruangan kerja, disana banyak staff admin dan karyawan lainnya yang memulai pekerjaan dipagi ini.

"Pagi Pak."
Sapa salah seorang karyawan yang ada disana pula.

Dan apa? Bagaimana respon laki-laki itu?
Najwa sampai tidak bisa menelan ludahnya, karena apa yang dia lihat beberapa menit lalu, kini tidak bisa dia lihat lagi dari laki-laki itu. Arbani kembali dingin, dan sombong, sapaan karyawan tersebut tak dapat balasan apapun darinya.

Najwa berdecak pelan. Apa maunya Arbani sih?

Perempuan itu pun memperpelan langkahnya, menjadi ada dibelakang Arbani. Baiklah, jika laki-laki itu bersikap seperti tadi pada karyawannya, dan membuat semua karyawan tersebut menunduk hormat dan takut, dia pun harus melakukannya, dia juga karyawan seperti yang lainnya.

Setelah sampai diruangan Najwa yang ada disebelah ruang Arbani, laki-laki itu berhenti.

"Ada apa Pak? Ada yang bisa saya dibantu?"
Tanya Najwa pada Arbani.

Pertanyaan itu membuat Arbani berbalik memperhatikan Najwa yang sejak tadi berjalan dibelakangnya.

"Kenapa tadi kamu berjalan dibelakang saya?"

"Kenapa Pak? Bukannya memang harus seperti itu?"

Terdengar helaan nafas kasar dari laki-laki yang ada dihadapannya. Najwa melihat wajah laki-laki itu dengan seksama, mencoba menerka wajah dingin Arbani. Dan laki-laki itu pun memalingkan wajahnya, kemudian berbalik untuk kembali meneruskan langkahnya.

Seketika tubuh Najwa melemas. Dia menunggu dan berharap agar laki-laki itu bertanya kenapa dia melakukan itu. Tapi ternyata perkiraannya salah, laki-laki itu malah memilih bersikap acuh.

"Pak, kenapa anda seperti ini sih?"
Arbani berhenti. Syukurlah, ucapan Najwa didengarnya, setidaknya laki-laki itu akan menjawab.

"Jangan membicarakan hal selain pekerjaan dalam jam kerja."
Ucap laki-laki itu dibalik tubuhnya.
"Kumpulkan berkas-berkas dari bagian finance, saya mau mengeceknya, dan atur waktu untuk saya meeting dengan Ibu Fitrah."
Tambahnya lagi, dan Arbani sudah masuk keruangannya, meninggalkan rasa kesal dalam hati perempuan itu.

Cahaya Awan ( On Hold )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang