Menatap Lurus

202 5 2
                                    

Selamat datang di kehidupan mahasiswa KKN! Mata kuliah wajib ini memang banyak ninggalin kesan. Mulai dari cinlok, LDRan sama pacar, konflik antar anggota sampe hidup sama keluarga baru di lokasi. Sekali seumur idup, memorinya terus-terusan idup 😂

Cerita ini dibuat untuk mengabadikan kenangan bareng temen2 KKN Undiksha 2013.
Loads of thanks buat kalian yang dalam waktu sebulan ngasih pelajaran berharga 😘


***

"Sejak kapan nasib seseorang ditentukan dengan undian?"

Helma berkata dengan nada setengah berteriak. Ia bangkit berdiri. Gulungan kertas putih yang baru saja diterima, diremas sekuat-kuatnya. Kemudian dalam hitungan detik, kertas malang itu terpaksa harus merasakan dinginnya lantai ruang seminar.

"Ini kan sudah kesepakatan kita. Supaya adil, semua pengurus ditentukan dengan undian," sahut Dera geram. Meskipun bukan berasal dari jurusan yang sama, sudah sejak lama Helma selalu membuatnya kesal.

"Tapi aku nggak ada pas kalian ngambil keputusan itu!" Helma kembali berusaha menyelamatkan diri dari tugas sebagai koordinator mahasiswa desa selama melakukan Kuliah Kerja Nyata nanti. "Aku kan tadi ke toilet. Aku bahkan nggak ngambil sendiri kertas undian ini. Gimana bisa kalian langsung nodong aku jadi kordes?"

"Satu berbanding lima belas. Sudah kuorum. Sah. Anggota DPR aja pakai peraturan ini. Kita nggak perlu pending rapat cuma karena ketikhadiran satu orang." Dera masih kekeh. Dia yang mengusulkan bahwa semua pengurus sebaiknya ditentukan lewat undian.
Langkah yang terpaksa diambil mengingat tidak ada yang mau mengajukan diri sebagai koordinator desa. Begitu sulit menemukan sosok yang bersedia mengambil tugas tambahan sebagai pengurus. Tidak ada yang mau repot. Bagi Dera, undian adalah cara paling cepat dan adil yang bisa mereka tempuh. Di tangannya sendiri, gulungan kertas bertuliskan 'sekretaris' nampak tenang berada di sana.

"Aku tetep nggak terima!"

Sandy, yang sedari tadi lebih banyak diam dan memilih duduk di bangku terujung ruangan, berinisiatif memberikan solusi. Dia sudah sangat lelah. Menerima pembekalan sejak jam tujuh pagi, lalu, saat semua pulang, kelompok KKN-nya justru terperangkap di ruang seminar karena belum membentuk pengurus.
Awalnya, dia sempat berpikir akan mencalonkan diri. Namun, setelah melihat sikap teman-temannya yang seperti ini, dia pun mengurungkan niat. Dia tidak berani menanggung risiko jika nanti mereka akan sulit diatur. "Kamu nggak usah takut! Kami pasti bantu kamu."

"Kenapa nggak kamu aja yang jadi koordinator?" Helma masih belum menurunkan volume suara, kedua bola matanya mengarah tajam pada Sandy. "Kamu kan cowok, kerjaan yang kaya gini bukannya lebih bagus kalau kamu yang handle?" tambah mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi tersebut.

Sandy diam. Dia tidak mungkin menyampaikan alasannya. Dia bisa memprediksi bahwa akan sangat sulit mengatur mereka, apalagi setelah apa yang diperbincangkan saat ini. Sudah cukup tinggal selama satu bulan di desa yang belum pernah dikunjungi. Sandy tidak ingin menambah beban lagi.

Sayap MimpiWhere stories live. Discover now