10|| Bunga Kertas (Bagian 1)

2.6K 333 553
                                    

Ingatlah jika kertas yang terbuka mampu mengalahkan sebuah batu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatlah jika kertas yang terbuka mampu mengalahkan sebuah batu. Kita pun akan menang jika kita berpikiran terbuka.

☁☀☁

Razo sudah mendapatkan pedangnya, tetapi ia tidak terlihat senang. Pikirannya terus berpusat pada si penyihir. Pemuda dengan rambut keperakan itu merasa sudah berkhianat. Ia berjalan tanpa arah di bawah lembayung senja di padang rumput Mansesa.

Ia tidak punya rencana. Apakah Razo harus menyusun kembali misinya untuk mengambil permata milik Raja Zhuan atau ia bisa kembali ke Zuli? Penyihir itu juga punya permata abadi yang diinginkannya. Razo bingung. Apa yang harus dilakukannya?

Menginjak tanah karena kesal, Razo memilih duduk dan menaruh pedang ke sampingnya. "Apa yang dikatakannya memang benar? Aku tidak punya hak untuk membawa Guru kembali ke dunia?"

Kini, Razo memilih membaringkan tubuh di rumput. Mengatur napas, ia menatap langit. Apa gurunya sudah bahagia di atas sana? Apakah dia tidak ingin kembali? Sebenarnya, apakah Razo mementingkan dirinya sendiri jika ingin sang guru kembali? Namun, jika bukan untuk menghidupkan gurunya, untuk apa tujuan hidupnya?

Razo bingung karena saat memikirkan tujuan hidupnya, justru wajah Zuli yang muncul di pikirannya. Wajah yang begitu sempurna itu. Di kereta kuda, Razo bahkan selalu terjaga karena ada si penyihir. Ia memandangi Zuli yang tertidur pulas. Berkali-kali, ia ingin menyentuh rambut perempuan itu, tetapi tak pernah ia lakukan. Razo tak melakukan apa pun karena merasa puas bisa memandangi makhluk secantik Zuli.

"Perempuan itu ..., kenapa aku terus memikirkannya?"

Saat kembali bangkit, Razo melihat sebuah pohon yang berbunga berwarna ungu. Baginya, bunga itu mirip dengan bunga yang ada di cangkir milik Zuli. Apakah itu Kurinji yang hanya mekar dua belas tahun sekali? Seketika, matanya langsung terbuka lebar. Ia berlari ke pohon itu dan memetik beberapa bunga.

"Dia pasti akan suka," gumamnya sembari terus memetik bunga itu.

☁☀☁

"Di mana kau?" suara berat yang serak itu menggema.

Di terowongan bawah tanah itu, pencahayaan benar-benar sangat minim. Letta hanya melihat beberapa sumber cahaya kecil yang berasal dari lubang di tepi-tepi terowongan. Untung saja, ia menemukan tempat sembunyi di antara tong-tong kayu besar di pinggir terowongan. Ia menutup mulut agar monster itu tak mendengar suaranya.

Letta benar-benar panik, matanya kini basah dan detak jantungnya tak terkontrol. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia benar-benar tidak mengerti. Apa yang terjadi dengan Ludov? Apakah monster itu sudah membunuhnya?

Di situasi genting saat Letta mendapati monster itu ada di ruangan seharusnya Ludov berada, ia segera keluar dan memilih masuk ke terowongan alih-alih menuju ke pintu keluar. Letta tidak ingin monster itu menemukan penjara-penjara lain dan membunuh orang-orang di dalamnya. Namun, karena keputusannya itu, ia terjebak.

Sora RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang