Prolog

4.9K 485 331
                                    

☁☀☁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁☀☁

Akan ada satu titik saat kita harus memilih jalan hidup. Antara jalan yang membuat kita nyaman, tetapi tak akan membuat kita berkembang, dan jalan yang penuh rintangan, tetapi memacu kita untuk lebih dari kita yang sekarang.

☁☀☁

Permata abadi telah dicuri. Seorang lelaki dengan pakaian serba hitam dengan penutup kepala yang hanya menampilkan matanya tengah berusaha kabur dari kejaran ratusan prajurit. Gerakannya begitu cepat menanjaki genting-genting pemukiman warga di bawah matahari pagi. Pengejaran itu bergerak menuju ke pusat jual beli.

Suasana pasar pun menjadi gaduh karena pengejaran mendadak itu. Banyak dari mereka berlari menjauh dan meninggalkan kegiatan mereka di pasar terbesar di kota yang dijuluki kota seribu prajurit itu. Walaupun mereka sudah tak asing dengan aksi tangkap-menangkap di sana, tetapi kali ini jumlahnya jauh berbeda.

Langkah si pencuri serasa sangat ringan walau menggendong sebuah pedang besar di punggungnya. Melompat sempurna dari atas genting, ia berlari di jalan utama. Ia sama sekali tak menurunkan kecepatannya saat menyadari di depannya, pasukan lain sudah mulai datang menyerbu.

Si pencuri justru mendekati para prajurit berseragam itu seakan siap untuk tertangkap. Pasukan prajurit itu menyiapkan senjata mereka, ada pembawa pedang, tombak pendek, chakram—senjata berbentuk setengah lingkaran, dan para pembawa kapak yang berada paling depan. Sementara itu, pemanah berada di belakang.

Di depan barisan prajurit, laki-laki yang memiliki alis tebal dan mata yang begitu tajam itu menarik pedangnya, melompat dengan kuat, dan mengayunkan senjata besinya. Gerakannya begitu gesit, ayunan pedang itu begitu cepat seakan pedang di tangannya sudah menyatu dengan tubuhnya. Setiap ayunan dan tusukkan yang ia lakukan langsung menghadirkan cipratan darah dari para prajurit yang tak mampu menghindari serangannya.

Suara benturan senjata dan teriakan para prajurit menggema di telinga si pencuri. Tanpa kenal ampun, ia terus menghabisi orang-orang yang sudah siap mati itu. Walau menyerang bertubi-tubi, ia tetap dapat menghindari setiap senjata yang menghujamnya. Serangan demi serangan para prajurit itu seakan bisa ia ketahui sebelum terjadi. Setiap langkah, serangan, gerakan menghindar, dan bahkan waktu untuk menghirup udara bisa terkontrol dengan begitu rapi olehnya. Bahkan, ia belum mendapat luka sedikit pun.

Satu panah datang ke arahnya, matanya langsung terfokus pada ujung panah. Dengan cepat, tangannya menggerakkan pedang dan menebas panah itu agar tak mengenai tubuhnya. Panah lain menyusul dan semua bisa ia atasi. Tak ada lagi petarung jarak dekat yang tersisa, hanya tiga pemanah di depannya. Namun, gemuruh suara langkah menandakan prajurit yang sebelumnya berada di belakangnya sudah siap bertarung.

Sepersekian detik, pencuri itu menoleh ke belakang. Namun, ia langsung kembali menoleh ke depan, berlari cepat menginjaki para mayat dan membunuh tiga pemanah dalam satu kali gerakkan pedang. Darah terciprat ke arahnya

"Aku selalu menyukai bau darah," gumamnya.

Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah permata besar berwarna kekuningan. Permata yang baru ia curi dini hari tadi itu bukanlah barang biasa, permata yang jumlahnya hanya ada tujuh itu memiliki kekuatan luar biasa. Keberadaan permata abadi sangatlah dirahasiakan, permata itu terlihat mirip dengan permata biasa sehingga sangat sulit diketahui keasliannya. Namun, Gubernur Khan tidak akan mengutus begitu banyak prajurit jika yang tercuri bukanlah permata abadi yang asli. Lagi pula, julukan si pencuri permata itu sudah diketahui banyak orang. Sang Iblis Besi.

Pasukan di belakang, sudah semakin dekat. Lelaki itu menyimpan permatanya dan memilih untuk berdiri diam menunggu prajurit-prajurit itu datang. Dengan pedang besar berlumuran darah dan pandangan mata tajam yang tak kenal ampun, ia sudah siap bertarung lagi.

"Tangkap pencuri itu!"

Hari berdarah itu akan terus diingat. Ketika sang Iblis Besi kembali menebas tubuh-tubuh manusia yang juga memiliki keinginan seperti dirinya, mencabut nyawa orang-orang yang juga memiliki mimpi, dan melenyapkan napas orang-orang yang memiliki keluarga. Tanpa kenal ampun, tanpa rasa bersalah, sang iblis dan senjata besinya menjadi buronan nomor satu di seluruh Lattera.

☁☀☁

☁Questions☁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁Questions☁

Apa pendapat kalian dengan prolog ini?

Bagaimana pendapat kalian dengan genre fantasi?

Dari angka 1-10, seberapa suka kalian pada cerita fantasi?

Sora RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang