09|| Sebuah Alasan (Bagian 2)

296 118 60
                                    

Jika tidak punya alasan untuk hidup, apakah hidup hanyalah untuk mati?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika tidak punya alasan untuk hidup, apakah hidup hanyalah untuk mati?

☁☀☁

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Zuli pada Ares yang ketahuan tengah membuka peti di tenda milik Panglima Hann.

Ares menoleh pada gadis itu dengan wajah kaget. Melihat Zuli yang memandangnya dengan tatapan penuh tanya membuatnya tampak panik, ia juga menutup peti dengan tergesa-gesa. Ares terdesak, ia tidak bisa pergi.

"Apa dia yang menyuruhmu?" tanya Zuli.

Ares tampak takut.

Zuli menekuk punggungnya, tersenyum ke hadapan anak itu. "Tidak apa-apa, aku yang akan berbicara kepadanya. Sekarang, kembalilah ke tendamu dan beristirahat."

Mata Ares tampak basah, ia begitu merasa bersalah. "Ba-baik."

Setelah anak itu keluar dari tenda, Zuli membuka peti itu dan mengambil pedang milik Razo yang dibungkus kain hitam. Ia menentengnya dan keluar dari tenda. Dengan wajah yang tampak marah, Zuli mencari Razo.

Zuli menggunakan sihirnya, memunculkan portal dan masuk ke dalamnya. Ia keluar dari portal itu dan mendapati Razo tengah duduk di tanah bersandarkan sebuah pohon besar. Melihat kedatangan Zuli, Razo langsung berdiri bersamaan dengan menghilangnya portal hitam itu.

"Kau mau itu?" Zuli melempar pedang milik Razo ke tanah.

Razo diam, ia mendekat ke arah pedangnya dan mengambilnya walau pandangan mata masih tertuju kepada gadis tukang sihir yang menatapnya lekat-lekat. Pemuda itu tahu jika Ares sudah ketahuan. Anak itu tidak berbakat menjadi pencuri, seharusnya ia sendiri yang mengambil pedangnya. Sebuah keputusan yang sia-sia.

"Kau ingin pergi setelah mendapatkan, itu kan?" tanya Zuli. "Apa kau lupa kalau kau sudah berjanji untuk ikut denganku?"

"Kau tidak mengerti," kata Razo yang kemudian mengalihkan pandangannya sesaat sebelum menguatkan diri lagi menatap mata Zuli. "Aku sudah mendengar semua."

Zuli mengerutkan dahinya. "Apa yang kau maksud?"

"Hann—ya panglima itu memanipulasi pertarungan kami agar dia menang melawanku. Jika dia tidak melakukannya, kau yang harusnya memenuhi janjimu memberikan permata itu!" Razo tampak menahan amarahnya.

"Oh, jadi kau ingin memutar fakta? Kau tidak sadar posisimu di mana? Kau tertangkap basah mencuri, kau membunuh, kau telah melakukan banyak kejahatan. Aku memberimu kesempatan hidup yang lebih berarti, lalu kau menyalahkan manipulasi Panglima Hann yang bahkan tidak melanggar aturan sama sekali?" ungkap Zuli dengan begitu kesal. "Jika dia berdosa, lalu aku harus menyebutmu apa?!"

"Jika aku tetap berada di sisimu, bukankah aku juga akan disuruh membunuh?" tanya Razo.

"Kau kusuruh untuk melindungi. Itu sangat berbeda!" seru Zuli dengan tegas. "Jika kau harus membunuh karena tujuanmu untuk melindungi itu tidaklah salah. Tidak seperti apa yang kau lakukan selama ini. Kau membunuh untuk tujuanmu sendiri."

Sora RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang