03. Ternyata

382 31 1
                                    

"Aku dapat surat cinta," Sonya berucap dengan bangga seraya menunjukkan sebuah amplop warna pink yang wanginya minta ampun.

"Dari siapa?" tanyaku penuh selidik. Well, tentu aja aku penasaran bukan maen karena di antara kami berlima, aku dan Sonya-lah yang terkenal dengan sebuatan 'nggak laku'. Yup, kami jomblo abadi. Aku belum pernah punya pacar, Sonya juga. Olla udah punya Ronald. Fifi sedang jomblo juga, tapi ia baru putus dengan Ando sekitar 3 bulan yang lalu. Sementara Jihan, wuih, dia yang paling sering gonta-ganti cowok! Semua cowok yang pernah dekat dengan dia, paling cuma bisa bertahan selama kurang dari 2 bulan. Gimana enggak kabur cowoknya, lawong Jihan kerjaannya komplain melulu. Mana ada cowok yang tahan kalo saban hari di omelin terus? She always complains about everything! Baju, sepatu, dandanan, makanan, kebiasaan, apa aja deh!

"Iri ya kalo ada yang cinta sama aku?" Sonya menatap ke arahku dengan senyuman licik. Sialan!

"Kita lihat aja siapa yang bakal jadi jomblo selamanya. Haha, nih baca aja sendiri biar kamu makin sakit hati," ucapnya lagi seraya menyodorkan surat tersebut. Aku meraihnya dengan tak sabar. Gemess!

Surat itu berisi sebuah puisi cinta yang ditulis tangan dengan rapi. Tak ada nama terang. Hanya tertulis : dari yang selalu mencintaimu sampai mati.

Bah!

"Nggak ada namanya?" tanya Fifi yang ternyata ikut membaca surat di tanganku.

"Dari Aries," jawab Sonya dengan penuh kebanggaan. Sumpah, dia makin bangga sekarang!

"Ariez? Makzudmu, ketua klub bazket ituuuuu? Yang ganteng ituuuuuuu? Yang jadi primadona ituuuuuuuu...?" Olla nyerocos.

Sonya manggut-manggut dengan senyum licik.

"Astaga, ini nggak mungkin," ucapku. Sonya tertawa, tawa yang dibuat-buat.

"Kenapa, Ki? Kayaknya kamu deh yang bakal jadi jomblo sejati. Aih, aku seneng banget karena cowok macam Aries akhirnya kepincut sama diriku yang cantik ini," ujarnya, sengaja.

Aku mencibir.

"Dia pasti salah lihat kalo sampek jatuh cinta sama kamu," ucapku.

"Salah apanya? Kami sama-sama punya hobi yang sama 'kan? Dia jago basket, aku juga. Wah, kayaknya kita bakal jadi pasangan yang serasi nih,"

Jihan merebut surat dari tanganku.

"Yah, jelek banget sih tulisannya," ucapnya.

"Astaga, kertasnya juga kualitas jelek. Dia pasti beli di toko eceran. Puisinya juga jelek, kampungan lagi. Aroma kertasnya, aduh, bikin pusing deh."

Kami mendesah, mulai lagi deh miss komplain...

"Di sini nggak ada namanya, gimana kamu bisa tahu kalo ini dari Aries?" pertanyaan Jihan membuat kami saling menatap.

"Dari Bayu," jawab Sonya.

Kami kembali berpandangan.

"Maksudnya, surat ini dari Aries apa dari Bayu?"

"Bayu yang ngasihkan surat ini ke aku, dia bilang, itu titipan dari Aries, gitu," Sonya kembali menjelaskan. Kami manggut-manggut.

Dan rasa iriku padanya makin menggunung karena hampir setiap hari, Aries selalu ngirimin surat-suratnya lagi. Surat beramplop biru, wangi, bertuliskan puisi-puisi cinta khusus buat Sonya.

Aih, bikin frustasi!

***

Siang itu, waktu pulang sekolah, aku, Jihan, Fifi dan Olla sedang ngobrol di depan pintu gerbang ketika Bayu menghampiri kami.

"Eh, Sonya mana?" ia langsung bertanya. Aku menatapnya dengan tatapan berkilat-kilat. Astaga, dia 'kan nggak salah ya?

Tapi begitu aku ingat kalo ia kesini cuma ngasih titipan surat dari Aries buat Sonya, dongkol deh hatiku.

"Kenapa? Mau ngasih surat lagi?" tanyaku. Bayu mengangguk.

"Sonya masih di lapangan basket. Nih kami juga lagi nungguin dia kok. Bentar lagi juga keluar," ucap Fifi.

"Ya udah deh, nitip ke kalian aja ya. Tolong nanti kasihkan ke dia," Bayu meraih amplop dari tasnya lalu menyodorkannya ke arah kami. Aku langsung menyambarnya.

"Yakin ini dari Aries?" aku memastikan. Bayu mengangguk lalu beranjak meninggalkan kami, pulang bersama rekan-rekannya. Dan tak berapa lama kemudian, Sonya muncul dengan senyumnya yang sumringah, cerah, seolah-olah ada lampu neon 100 watt tepat di atas kepalanya!

"Nih," aku menyodorkan surat itu ke arahnya. Kedua mata Sonya langsung berbinar-binar. Ia memeluk erat surat itu ke dadanya.

"Ya, ya, anggap aja itu harta karun yang paling berharga," sindirku. Sonya tak menggubris. Ia hanya senyam-senyum kayak orang senewen!

Ah, kalo ternyata cinta bisa bikin orang senewen kayak dia, aku ogah jatuh cinta!

"Hai, kok pada belum pulang sih?"

Seketika kami menoleh ke arah datangnya suara tersebut. Dan, Aries sudah berada di dekat kami, dengan senyum manisnya.

"Eh, Aries?" Sonya menyapa gugup. Aries tersenyum.

"Suratnya udah diterima ya?" tanyanya.

Muka Sonya langsung bersemu merah. Perlahan ia mengangguk dengan senyum malu-malu.

"Tadi aku dapat pesen, katanya ntar sore dia mau maen ke rumahmu," ucap Aries lagi. Kamu mendongak, ke arahnya, heran. Sonya juga.

"Dia ... siapa?" ia bertanya duluan.

"Jongky," jawab Aries.

"Emang ... kenapa dengan Jongky?" Sonya kembali bertanya.

"Lah, surat yang kamu terima 'kan dari dia," jawab Aries enteng.

Apppaaa!! Kami membelalak. Sonya juga.

"Sebenarnya surat itu dititipin ke aku supaya di kasihkan ke kamu. Dia bilang dia grogi kalo ketemu kamu secara langsung. Nah, karena aku jarang ketemu sama kamu, maka aku titipin aja surat itu ke Bayu. 'kan kalian satu kelas. Emang Bayu nggak cerita? Emang Jongky nggak pernah nyebutin namanya di surat-suratnya?" Aries ganti keheranan. Kami berpandangan silih berganti.

"Dia emang nggak pernah nyebutin namanya di suratnya," aku nyeletuk. Sonya melotot ke arahku.

"Ah, tuh anak emang rada sableng sih. Pantesan tiap kali nembak cewek nggak diterima, kurang setrategi sih," Aries menggerutu seraya menggaruk-garuk kulit kepalanya.

"Ya udah deh, aku duluan ya. Aku tadi cuma dititipi pesen sama Jongky kalo ntar sore dia mau kerumahmu," ucap Aries lagi ke arah Sonya. Setelah itu dia mohon diri, dan menghampiri Lia yang berdiri tak jauh dari tempat kami lalu menggandeng tangannya dan mereka pulang bareng.

Astaga, ini bener-bener sulit dipercaya. Jadi surat yang selama ini diterima Sonya, berasal dari Jongky??

Cowok yang gigi sama bibirnya monyong lima centi! Berkulit gelap, agak gendut, pendek dan hobi banget ngebanggain potongan rambutnya yang bergaya pemain sepak bola Italia 'Balotelli'...

"Aih, aih, Zonyaaa!! Kenapa kamu tidur di ziniiii!!??" Olla berteriak. Kami menoleh. Dan ... jreeeng!! Sonya sudah tergeletak lemah di tanah. Pingsan oei!

***

Selesai : 13/14 Desember 2001

Revisi : 19 Juni 2013

Dante & Kiki [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now