25KADO SPESIAL
Sebenarnya sketsa salah dan jelek yang waktu itu Maura katakan pada Dewa, disimpan olehnya untuk acuan melukis wajah Dewa di kanvas nanti. Maura sengaja merencanakan ini untuk nanti diberikan kepada Dewa sebagai hadiah ulangtahunnya.
Di hari pertama liburannya ini, Maura menghabiskan waktu seharian di depan kanvas. Bermain dengan kuas dan cat warna-warni yang membentuk wajah Dewa dengan seragam putih berlogo OSIS warna cokelat di sakunya. Maura harap hadiah yang diberikannya ini bisa berkesan dan membuat Dewa senang. Sebab, Maura masih ingat percakapan mereka sekitar dua bulan yang lalu.
"Kira-kira kita boleh kan masuk ya?"
Maura dan Dewa berdiri di jalur antrean pembelian tiket bioskop. Karena Nando harus membantu ibunya di rumah, maka hanya Dewa yang bisa menemaninya menonton. Sudah lama Maura menunggu-nunggu film ini tayang.
"Ya boleh lah. Itu kan bukan film rating dewasa." Dewa menanggapi.
"Soalnya gue pernah ditanyain KTP pas mau beli tiket bioskop. Jadi suka paranoid sendiri deh."
"Lo masih di bawah umur sih!" Dewa tertawa kecil.
Saat mereka maju satu langkah di barisan, Maura menepuk lengan Dewa pelan. "Lo pikir lo enggak?!"
"Emang enggak," jawab Dewa santai. Sesantai setelannya sore ini; celana hitam yang robek-robek di bagian lutut dan pahanya, kaos putih bergambar abstrak dan jaket denim nyaris lusuh. Tapi meskipun style-nya mirip preman begitu, kata keren tetap tidak bisa terlepas dari dirinya. Membuat gadis-gadis tersenyum malu-malu tiap melihat Dewa. Gaya handsome bad boy memang selalu jadi tipe favorit gadis-gadis sepanjang masa.
"Enggak gimana?" Maura mengerutkan keningnya.
"Ya gue emang nggak di bawah umur."
Maura semakin mengerutkan keningnya. Mereka maju lagi satu langkah. "Emang lo lahir tahun berapa?"
"1990."
Maura membuka mulutnya kaget. "Lo nggak TK ya?! Apa lo pernah nggak naik kelas?!"
Dewa menoleh sambil tersenyum geli. Telunjuknya menekan kening Maura ke belakang. "Nggak usah heboh gitu kali," katanya.
"Ih serius Dewa! Berarti lo udah punya KTP dong?" Maura masih antusias.
Dewa cuma mengangguk.
"Coba mana liat!"
"Penting banget sih."
"Ih mana buruan liat," desak Maura. Saking penasarannya. Soalnya dia nggak mau kalau kali ini terkena tipuan Dewa lagi.
Dewa berdecak dan mencibir sambil mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya. Kemudian selembar kertas persegi berwarna biru muda yang dilaminating itu diberikan kepada Maura. "Tuh. Puas?"
Maura mengambilnya dengan cepat. Nama dan foto yang tertera memang benar menunjukkan kalau kartu itu milik Dewa. Lalu Maura pun langsung memindahkan matanya ke tanggal lahir pemilik kartu tanda penduduk tersebut.
Bogor, 31 Desember 1990.
Itulah tempat dan waktu Dewa dilahirkan ke dunia.
Maura mengingat baik-baik di dalam kepalanya tanggal tersebut. Tanggal yang sebenarnya tanpa dipaksa ingat pun sudah dapat teringat dengan cepat karena tanggal tersebut termasuk tanggal unik. Tanggal di penghujung tahun.

YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...