Hello, Memory Ketigapuluh Satu!

41.3K 3.8K 358
                                        


31

MENUNGGU LALU BERHENTI


Sejak kejadian di kantin yang berujung pernyataan dari Dewa kalau dia sudah berhenti menunggu Maura, setiap malam Maura jadi terasa gelisah. Setiap ingin tidur, selalu terpikirkan.

Lama-lama, dia juga membenci hatinya sendiri yang bisa sesulit ini menemukan jawaban atas perasaannya pada Dewa. Maura memang sedih saat tahu Dewa berhenti menunggunya, tapi apakah rasa sedih ini lantas bisa langsung diartikan menjadi cinta?

Maura takut kalau perasaan ini hanya perasaan sedih karena kehilangan orang yang biasa bersamanya.

Sebelumnya tak pernah sesulit ini bagi Maura mengartikan perasaannya. Jika ada cowok yang bisa menarik perhatiannya dan perasaannya, maka Maura akan menerimanya. Tak perlu lama-lama seperti pada Dewa.

Contohnya pada Nando. Karena cowok itu sudah menarik perhatian dan perasaan Maura, maka Maura pun mengartikan kalau ini adalah rasa suka.

Tapi lagi-lagi Maura berpikir keras. Apakah selama ini memang dia telah salah mengartikan cinta? Apa jangan-jangan yang selama ini dia rasakan pada semua kekasihnya hanyalah rasa kagum, simpati dan penasaran?

Ahh, tapi nggak mungkin. Kalo gitu namanya berarti selama ini gue nggak pernah jatuh cinta beneran dong?

Atau... mungkin perasaan pada Dewa ini adalah perasaan nyaman dan ketergantungan yang sebelumnya belum pernah dia rasakan pada oranglain? Karena jujur, Dewa adalah orang pertama yang bisa Maura ceritakan segalanya. Orang pertama yang selalu nyambung dengannya, sependapat dengannya.

Kalo gitu, berarti gue cuma nyaman sama Dewa dong? Bukan karna suka atau cinta?

Ihhhh! Maura sampai gemas dengan dirinya sendiri. Saking banyaknya hipotesa jadi membuatnya berpikir logic. Padahal semua yang melibatkan perasaan itu sifatnya tidak logic. Apalagi cinta.

Maura bingung. Harus dengan cara apa dia bisa mendapatkan jawaban ini. Harus dengan pembuktian apa? Ini bahkan jauh lebih sulit dipecahkan daripada soal matematika yang rumusnya sudah mutlak.

***

Dewa memang sudah berhenti. Tapi bukan berarti dia tidak lagi mencintai. Hatinya masih milik Maura. Namun secepatnya ingin dia alihkan pada orang lain.

Karena cinta sendirian itu sakit. Bertepuk sebelah tangan itu tak ada bunyinya.

Jika memang Dewa bisa menemukan seseorang yang bisa dia jadikan pengalihan perhatiannya, pasti akan Dewa lakukan. Atau jika perlu, Dewa akan membalik tubuhnya sehingga bisa menemukan Luna di sana.

Selain Maura, cuma Luna yang pernah tulus padanya.

Tapi untuk menggapai Luna lagi, Dewa tak ingin sembarangan. Dia sudah pernah menyakiti Luna satu kali, dan tak akan mau untuk yang kedua kali. Maka jika Dewa sudah menetapkan pilihannya untuk kembali pada Luna, Dewa tidak ingin pergi lagi dan akan berusaha untuk tidak menyakitinya lagi.

Karena Luna terlalu berharga.

Tapi itu sebelum ada yang lebih berharga lagi; Maura.

***

Maura sampai melompat kegirangan saat tahu Pras membelikannya sepeda motor baru. Dia memeluk Pras sangat erat sambil tanpa henti mengucapkan terimakasih.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now