34BERSAMAMU
Perubahan statusnya dengan Dewa tak terlalu berpengaruh. Mereka tetap seperti mereka yang biasanya. Hanya saja, jadi ada panggilan baru yang terdengar norak tapi cukup membuat Maura merona.
"Semalem kamu ketiduran ya?"
Oh ya, dan satu lagi, kadang-kadang sapaan mereka jadi berubah aku-kamu. Terdengar jadi lebih manis.
"Iya, maaf ya jadi lupa mau telfon," jawab Maura. Mereka sedang berada di dalam mobil, hendak berangkat menuju sekolah untuk ujian sekolah hari kedua.
"Makanya belajarnya jangan lebay!" Dengan tangan kirinya yang bebas, Dewa mengacak rambut Maura.
Selain panggilan sayang dan sapaan aku-kamu, kontak fisik mereka juga jadi lebih intens. Bahkan kemarin, Dewa dengan santainya menggandeng tangan Maura saat tiba di sekolah. Sontak gosip-gosip di sepanjang koridor pun terdengar keras, menyimpulkan kalau mereka sudah berpacaran. Maura sampai malu. Ingin mencoba terlepas tapi genggaman Dewa amat erat.
"Aku kan masih pengen geser posisi kamu!" balas Maura, lidahnya menjulur.
Dewa tertawa. Karena pagi ini cerah, atap mobilnya dibiarkan terbuka. "Kalo bisa, aku kasih hadiah."
"Hadiah apa? Oh iya! Kamu kan dulu pernah punya janji."
"Janji apaan?"
"Kamu bakal ngasih aku pempek Bu Weni tiap hari kalo aku mau cintanya sama kamu, bukan sama Nando. Iya, kan? Ya udah nanti siang kita ke sana ya, aku pengen makan yang banyak!"
Dewa melirik sekilas. Lalu dia mendesah. "Aduhhh... lama-lama jual mobil juga deh nih gue."
Maura tertawa kencang. Bersama Dewa apapun bisa dia tertawakan. Perasaannya akan nyaman bila di dekat Dewa. Jika dia tahu akan sebegini bahagianya, sudah pasti sejak dulu dia akan mencintai Dewa.
***
Berhubung ruang ujiannya dengan Nando berbeda, Maura mengecek Nando lebih dulu ke ruangannya. Dan ternyata cowok itu sudah duduk di kursinya. Maura pun segera menghampiri.
"Tadi naik apa?" tanya Maura.
Kemarin, saat tahu kalau Maura dan Dewa sudah resmi berpacaran, Nando jadi segan untuk berangkat dan pulang bersama mereka lagi di mobil yang sama.
"Jalan," jawab Nando. "Gimana perasaan lo sekarang? Lega?" tanya Nando lagi, sambil tersenyum.
Maura ikut tersenyum dan mengangguk. "Makasih ya, berkat omongan lo akhirnya gue bisa sadar. Dan untungnya masih belum terlambat."
"Syukurlah. Sekarang manfaatin waktu yang lo punya, secara nggak sadar waktu kita di sini cuma tinggal sekitar dua bulan lagi lho."
Maura mengangguk. "Lo juga manfaatin waktu lo. Jangan nyerah buat terus berjuang. Cepat atau lambat mereka juga bakal putus kok."
"Amin."
Dua-duanya tertawa. Lalu Maura bergegas menuju ruang ujiannya. Tapi di pintu kelas, dia berpapasan dengan Elma. Cewek itu memicingkan matanya ke arah Maura, penuh curiga, penuh pertanyaan.
"We need to talk," kata Elma. Wajahnya dibuat jutek.
Maura paham apa yang ingin dibicarakan Elma, maka ia pun menahan senyumnya dan menarik Elma keluar kelas. Duduk di kursi pinggir lapangan.
"Mau ngomong apa?" tanya Maura.
Elma menoleh. Bibirnya mengerucut lucu. "Lo bilang kalian nggak mungkin pacaran. Trus sekarang apa?"

YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...