04

3.5K 399 25
                                    

Kereta yang ditumpangi Jennie sempat berhenti sebentar tadi. Dan Jennie kembali ke tempat duduknya. Dilihatnya pria asing itu tidak ada di tempat duduknya. Mungkin pria itu membeli sesuatu di luar. Pikirnya.

Pria itu kembali dan membawa satu botol susu pisang untuk Jennie.

"Nih..katanya mau susu pisang?" tawar Taeyong pada Jennie.

"Ini..apa maksudnya?" tanya Jennie sambil menatap Taeyong yang ada di sebelahnya.

"Apakah tidak boleh aku membelikannya untukmu?" jawab Taeyong.

"Aku sudah punya kekasih" ucap Jennie singkat. Dan membuang pandangannya ke luar jendela.

"Ah..oke.." Taeyong hanya mengangguk tanda mengerti. Lalu Taeyong mencoba memejamkan matanya supaya terbawa ke alam mimpi.

Jennie hanya diam memandang ke jendela sesekali ia memandang susu pisang yang ada di hadapannya. Dan sesekali ia melirik ke arah Taeyong yang sedang terlelap. Akhirnya Jennie memutuskan untuk meminum susu pisang itu. Tanpa Jennie sadari, ternyata Taeyong memperhatikan gerak-gerik Jennie. Ya! Ia tidak tidur, ia hanya pura-pura tidur. Taeyong tersenyum, tapi tetap memejamkan matanya.

"Tetap minum itu setelah berkata seperti tadi padaku? Tapi nggak apa-apa lah"

Jennie terkejut. Dan berhenti meminum susu pisang itu.

"Ooo..nggak minum ya?" goda Taeyong. Yang akhirnya membuka matanya dan menatap ke arah Jennie.

"Ng-nggak kok" ucap Jennie gelagapan karena ketahuan minum susu pisang pemberian pria itu.

"Nih..ambil lagi aja" Jennie menyerahkan susu pisang itu pada Taeyong yang jelas-jelas sudah ia minum sedikit tadi. Jennie tengsin.

"Nggak apa-apa. Minum aja" tolak Taeyong.

"Karena aku menyukaimu. Apalagi-" Jennie mengelus dan menepuk-nepuk pahanya sendiri yang tadi dengan-tidak-sengaja di duduki oleh Jennie. "-sentuhan tadi" Taeyong mengeluarkan smirk khas playboynya.

"Hah!" ucap Jennie tidak percaya dan membuang pandangannya lagi ke luar jendela. Sambil mengipas-ngipas wajahnya yang terasa seperti terbakar.

Taeyong hanya tertawa senang melihat kelakuan Jennie.

Jennie kembali menatap pria di sebelahnya.

"Mari kita luruskan ini. Aku tidak suka dengan tipe pria yang terlalu jelas seperti anda, tuan" ucap Jennie tegas.

"Baiklah, berarti bukan karena kamu sudah mempunyai kekasih. Melainkan karena aku bukan tipemu, kan?" jawab Taeyong. "Aku suka kejujuranmu, nona" sambungnya lagi.

Taeyong masih melanjutkan perkataannya. "Jadi aku akan terang-terangan"

Jennie menatap pria disampingnya ini dengan serius. "Hm?"

"Kalau kamu setuju, aku ingin tidur denganmu malam ini" ucap Taeyong santai.

Jelas saja perkataan Taeyong barusan membuat Jennie terkejut dan tak percaya dengan apa yang ia dengar. Bagaimana bisa ia di ajak tidur dengan pria yang baru saja ia temui, bahkan nama pria ini saja ia tidak tahu. Memangnya Jennie wanita murahan? Yang bisa di ajak tidur seenaknya dengan sembarang pria. Jelas Jennie tidak terima.

Jennie berdiri dari tempat duduknya dan mencari-cari tempat duduk yang kosong selain ini. Ia sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan pria asing ini. Ia tidak ingin duduk di sebelahnya lagi, ia ingin pindah dari tempat duduk itu. Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mencoba mencari tempat duduk yang kosong. Sampai tatapan mereka berdua bertemu lagi.

"Aku tersentuh melihatmu, nona" goda Taeyong lagi.

Jennie terkejut dan kesal mendengar perkataan Taeyong.

"Hah?" "Ini tidak bisa dibiarkan..tidak bisa" Jennie bergegas merapikan barang-barangnya dan mengembalikan susu pisang yang ada di tangannya kepada Taeyong. "Nih ambil!"

Taeyong hanya diam menerima botol itu sambil menahan tawanya. Lalu Jennie pergi mencari tempat duduk lain.

Jennie duduk tepat di depan kursi Taeyong, tapi tidak lama pemilik kursi itu kembali dari toilet. Dan akhirnya Jennie berdiri lagi untuk mencari tempat duduk lain. Tidak lama, Jennie duduk di kursi yang tidak jauh dari kursi tadi, tapi sama saja kursi itu sudah ada pemiliknya. Akhirnya Jennie menemukan empat kursi kosong yang letaknya berhadap-hadapan. Ia duduk di salah satu kursi, tidak lama juga datang tiga pria besar dan tinggi berperawakan seperti gangster yang siap menyakiti kucing kecil seperti Jennie. Jennie bergidik ngeri. Akhirnya Jennie permisi keluar dari tempat duduk itu, ia tidak mau turun dari kereta hanya tinggal nama. Batinnya.

Daritadi Taeyong hanya memperhatikan Jennie dan tertawa kecil. Menurutnya Jennie benar-benar lucu dan imut. Dan- seksi.

Dan akhirnya Jennie menyerah, Jennie tidak menemukan satu pun kursi kosong lagi. Satu-satunya pilihan adalah kembali pada pelukan Taeyong. BUKAN. Kembali pada kursi sebenarnya yang ada di sebelah pria asing nan mesum. Menurutnya.

"Permisi tuan. Kumohon jangan berbicara apapun pada saya, sampai di Busan. Terimakasih." Ucap Jennie tegas pada pria di sampingnya itu.

"Baiklah. Siapapun yang berbicara pertama kali harus mentraktir makan. Oke?" tawar Taeyong.

"Terserah" jawab Jennie cuek.

Tidak lama kemudian, ponsel Jennie berdering. Lagi. Kali ini Lisa yang menelponnya. Mau tidak mau ia harus mengangkatnya. Ia berdiri karena ingin mengangkat telponnya jauh dari pria ini.

Sialnya Jennie harus melewati pria ini supaya bisa keluar dari tempat duduknya. Dengan bahasa tubuh, ia menyuruh pria itu mempersilahkannya untuk keluar, tapi Taeyong hanya mengangkat bahunya pura-pura tidak mengerti. Jennie menunjukkan layar ponselnya, menunjukkan bahwa ada yang menelponnya. Tapi Taeyong tetap pura-pura tidak mengerti dan dengan bahasa tubuh, ia malah menyuruhnya berbicara. Jennie kesal dan membuang nafasnya kasar. Tapi akhirnya Taeyong mempersilahkan Jennie untuk keluar. Taeyong menunjukkan smirknya.

Bersambung..

Busan, im in Love! | JENYONG️ ✔Where stories live. Discover now