1 - Leeds Siblings

7.8K 892 162
                                    

BINTANG raksasa itu telah kembali dari peraduan. Sinarnya yang mula-mula temaram kian terang seiring berjalannya waktu. Udara segar dengan senang hati menyapa wajah-wajah bangun tidur setelah kaca jendela kamar mereka terbuka. Suasana pagi di Pittsburgh, Pennsylvania memang menenangkan—semua orang tahu itu.

Sambil menimbang-nimbang kiranya olahraga mana yang lebih asyik—jogging atau senam—Nyonya Leighla Leeds berjalan santai menyusuri koridor lantai lima di sebuah apartemen yang tak lain adalah miliknya, tali kekang anjing pudel putihnya tak luput digenggam tangan kanannya. Pikirannya begitu damai sampai tak menyadari bahwa ia telah memasuki zona berbahaya.

Ketika kakinya tinggal beberapa langkah lagi dari depan kamar nomor 503, tiba-tiba pintu kamar itu menjeblak terbuka disusul oleh keluarnya seorang pemuda berambut sewarna raven dari sana. Ia merunduk saat sebuah sepatu terlempar ke arahnya, menyebabkan sepatu berjenis sneaker itu menghantam dinding cukup keras.

Hidung bangir Leighla kembang kempis. Urat berbentuk empat persimpangan tanda emosi otomatis menonjol di dahinya. Syukurlah jalannya agak terlambat kali ini, kalau tidak sudah pasti wajahnya akan dicium oleh sepatu terbang tersebut.

Oh, tidak perlu bertanya siapa pelaku di balik insiden ini. Leighla segera menghampiri si pemuda yang nyaris jadi korban kekerasan itu. Bukan bermaksud menyelamatkannya, melainkan untuk menjewer telinga lelaki itu tanpa ampun sampai si empunya meringis kesakitan.

"Aduh, sakit, Bibi!" Ia mengaduh seraya berusaha melepaskan diri dari jeweran maut Leighla. "Yang melempar sepatu, 'kan, Alyster!"

Si anjing pudel langsung bersembunyi ke belakang tubuh majikannya kala sosok lain muncul dari dalam kamar tersebut. Adalah seorang gadis, berambut raven seperti milik lelaki tadi dan bermata gelap segelap batu onyx.

Alyster Leeds berdiri di ambang pintu, lengkap dengan tampang haus darah serta senjata berupa sebuah sepatu di tangan kirinya yang siap dilemparkan kapan saja. Ia membungkuk sedikit saat bertemu pandang dengan Leighla, sebelum akhirnya kembali mengambil ancang-ancang untuk melempar sepatu ke arah si laki-laki.

KDRT? Bukan. Ini cuma penyiksaan antarsaudara yang kerap terjadi tiap pagi. Pemandangan biasa bagi Leighla (justru kalau si kembar tidak berulah, maka itu patut dicurigai), sayangnya tidak bagi si pudel yang makin mengkeret berkat kehadiran perempuan garang itu.

"Alyster, jangan lempar-lempar sepatu seperti itu. Bahaya kalau kena seseorang." Leighla berusaha memperingatkan sehalus mungkin. Bisa hancur reputasinya sebagai pemilik apartemen yang baik kalau dia meledak-ledak di sini sekarang juga.

"Sekali kena sasaran dan aku akan berhenti," sahut Alyster jujur sembari menatap dongkol si pemuda yang mereka kenal bernama Astron Leeds—kakak kembar Alyster yang cuma lebih tua delapan menit dari dirinya.

Astron memasang ekspresi memelas sambil memandang Leighla, meminta pembelaan. Mau tak mau wanita paruh baya itu merasa kasihan. Ia mendesah pelan. "Alyster," katanya lagi.

Setelah beberapa detik penuh ketegangan, Alyster memutuskan untuk mengalah. Ditaruhnya sepatu sneaker itu ke lantai kemudian menyandarkan sisi tubuhnya di kusen pintu. Tampang psikopatnya dengan cepat berubah jadi merajuk.

Astron kontan tersenyum kecut. "Keluar juga ngambek no jutsu-nya," sindirnya.

Tak mau Alyster kembali mengamuk, Leighla buru-buru buka suara, "Jadi apa lagi sekarang? Buku PR-mu dihilangkan lagi, Alyster? Atau Astron menuduhmu mencuri komiknya?"

"Astron membakar dapur," ujar Alyster murung. Bagaimana tidak kesal setengah mati? Niat hati ingin menyantap roti isi dan susu hangat, malah disambut kobaran api setibanya di dapur. Perasaannya makin kesal menyadari kakaknya itu belum mendapat ganjaran berupa hantaman sepatu di kepala.

Drop Dead BeautifulWhere stories live. Discover now