8 - What Boys Talk About

3.5K 526 173
                                    

For ileanaclaire dan putriele yang suka koreksi kalau ada typo atau salah penulisan (dasar kalian para mata elang :') *peluk virtual*). Thank you so much, guys <3

(-)

HARUSKAH ada jam kosong lagi? Alyster mengeluh dalam hati. Ia jengkel. Ke mana gurunya yang seharusnya mengajar pagi ini? Jam kosong adalah salah satu hal yang tidak disukainya di sekolah—tidak peduli seberapa banyak murid yang selalu mendambakan hal itu terjadi.

Alyster bukan kesal karena dia tidak bisa belajar. Bukan. Ia juga sering menggunakan jam kosong sebagai waktu tidur tambahan kalau sedang mengantuk atau barangkali mendengarkan musik. Nah, bagaimana kalau ia tidak sedang mengantuk atau lupa membawa IPod? Siap-siap saja telinganya panas mendengarkan pembicaraan para cowok di belakang kelas yang—terima kasih—Alyster ogah membicarakannya. Garis besarnya, obrolan mereka menyangkut hal-hal berbau mesum dengan berbagai proses, dan maksud proses di sini adalah bagaimana cara mereka mendapatkannya.

Alyster sudah mendengar terlalu banyak informasi dari cerita-cerita mereka yang ... bagaimana ia harus menyebutnya? Menggelikan? Vulgar? Ia bersyukur Astron tidak pernah menceritakan apa-apa yang berkaitan dengan pubertasnya. Lebih baik ia mendengarkan ocehan kembarannya tentang beragam jenis anime dan manga.

Sepuluh menit akhirnya berlalu sejak Alyster pertama kali merebahkan kepala di atas meja, mencoba tidur sejenak, atau lebih baik lagi sampai jam pulang sekolah. Namun, terkutuklah keputusannya untuk tidak masuk kemarin, ia jadi menghabiskan waktu tidurnya hingga hampir lebih dari 16 jam, dan sekarang matanya menolak untuk terpejam karena pasokan energinya telah terisi penuh. Mungkinkah Hector diam-diam mengutuknya? Kira-kira kutukan macam apa yang melibatkan energi dan tidur berlebih?

Dalam sekali lirikan ke arah belakang, Alyster yakin ia tidak perlu memastikan apa-apa lagi. Sekitar sepuluh orang lelaki telah membentuk lingkaran setan dan siap berbagi cerita—seandainya saja cerita mereka betul-betul tentang pengorbanan manusia atau apalah, Alyster pasti bakal lebih mengapresiasinya. Ia mengambil handband tenaga monster di dalam tas sebelum kemudian melengos pergi; mengabaikan panggilan ketua kelas yang memang terdengar ogah-ogahan.

(-)

Sebagaimana murid-murid bandel lain yang kerap menjadikan bolos pelajaran sebagai panutan, tujuan utama Alyster adalah kantin. Tak disangka-sangka suasana di surga sekolah itu cukup ramai meski tidak seberisik saat waktu istirahat.

Oh, bahkan Alyster menemukan Astron berada di sana, sedang mengobrol seru dengan—

—tentu saja, teman-teman satu geng gilanya itu. Alyster tak mampu menahan dengusan keras. Rasa kesal serta merta meluap di dalam dirinya bagai gunung berapi aktif. Hanya saja, perasaan itu lenyap secepat datangnya di saat memori tentang kejadian lusa lalu terulang di dalam pikirannya.

Ya, itu memori tentang ilusi kabut pemakaman. Memori bagaimana ucapannya mengenai lebih menginginkan kematian Astron alih-alih kedua orangtuanya hampir menjadi kenyataan. Sungguh, kakaknya itu terlalu mudah memaafkan! Jika ia jadi Astron, dirinya ragu bisa melupakan kalimat menyakitkan tersebut semudah melupakan di karakter minor dalam komik. Memang benar keduanya sudah betul-betul berdamai mengingat tidak adanya kecanggungan ketika mereka menghabiskan waktu bersama kemarin—mulai dari bermalas-malasan di atas sofa, bermain kartu, lalu melanjutkan bermalas-malasan.

Menarik napas panjang, gadis Leeds muda itu menonaktifkan kembali imaji gunung berapi di dalam tubuhnya. Sabar, Alyster, ingatnya kepada diri sendiri. Aku baru saja berbaikan. Satu-satunya masalah di sini adalah para babi sok berkuasa itu. Aku menyayangi Astron, aku menyayangi Astron—tidak terlalu, sih, dia menyebalkan—tapi aku tidak mau kehilangan dia.

Drop Dead BeautifulWhere stories live. Discover now