7 - Cemetery Disaster

3.5K 536 191
                                    

COVERNYA UCUL YAH RANIA YG BIKIN (lagi) LOH *terjang BYBcool *

(-)

PERTAMA kali mendengar kata 'penjaga pemakaman', pikiran Astron langsung menciptakan sosok kakek tua berpakaian kotor yang suka membawa-bawa cangkul. Wajahnya pasti terkesan horor karena terlalu sering berhadapan dengan yang mati daripada yang hidup. Pokoknya seram. Tidak enak dipandang apalagi diendus—soalnya bau tanah bercampur bunga kamboja.

Sebaliknya, penjaga pemakaman abadi bernama Hector ini punya kesan yang berbanding jauh dari ekspektasi Astron. Oke, tampangnya memang sedikit horor walau parasnya lumayan buat ukuran seseorang yang tiap hari menghabiskan waktu di antara hantu-hantu dan kuburan. Astron maklum dengan yang satu itu. Tetapi sisanya? Wah sekali. Popularitas geng paling tenar di sekolahnya bakal dengan mudah tergeser bila Hector menjadi siswa pindahan di sana. Beberapa orang mungkin saja salah mengiranya sebagai vampir.

Di misi kedua kali ini, Astron tak ayal beralih profesi menjadi tukang bangunan—tukang bangunan yang bekerja dengan mantra dan tidak akan dibayar setelahnya.

Ia memusatkan segala konsentrasinya terhadap pergerakan tangannya yang menyentuh tanah. Perlahan tapi pasti, ia mengangkat tangan, diikuti oleh kemunculan tulang pipih berwarna gading dari bawah tanah; tepat di bawah telapak tangannya. Tulang tersebut berhenti tumbuh setelah tingginya sekitar dua meter, sejajar dengan jejeran tulang di sebelahnya yang telah tumbuh lebih awal.

Astron mengulangi gerakan yang sama selama enam kali lagi sebelum ia jatuh terduduk kelelahan. Menerapkan mantra sama sekali membuatnya kewalahan. Kalung batu nisan ini seolah memberinya tenaga sekaligus mengurasnya dalam satu waktu. Ia akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perbaikannya.

"Aku menumpang sebentar, ya," kata Astron kepada sesosok arwah pria tua yang sedang asyik berselonjor di atas makamnya.

"Tentu," sahut si arwah.

Di saat seperti ini, Astron tak bisa tidak memikirkan Alyster. Mereka memang sengaja melakukan perbaikan dalam keadaan terpisah untuk mempersingkat waktu, Hector sendiri yang membagi kedua wilayah pemakaman secara adil untuk kakak beradik Leeds itu. Omong-omong soal penjaga makam itu, dia berjanji akan mengawasi mereka dari posnya. "Tidak akan ada Call of Duty." Begitu katanya. "Aku bersumpah demi dua alam."

Astron rasa ia bisa mempercayai sumpah yang melibatkan dua alam.

Kembali lagi soal Alyster. Astron sekilas mencemaskan adiknya. Tidak, ia bukannya cemas kalau ada arwah yang berani menggaggu sang adik (kalau begitu kejadiannya, maka yang patut dikhawatirkan adalah si arwah. Kekuatan Alyster memungkinkannya untuk membunuh orang mati—dan ia jelas takkan segan melakukannya). Kecemasan Astron lebih mengarah ke peristiwa pagi ini dimana ia memilih meninggalkan Alyster untuk berangkat ke sekolah bersama teman-temannya. Tanpa pamit. Tanpa bilang-bilang.

Perseteruan mereka di hari sebelumnya menjadi penyebab utama. Astron masih sakit hati saat Alyster berkata bahwa ia mengharapkan dirinya yang seharusnya mati alih-alih kedua orangtua mereka. Kalau mengingat-ingat itu lagi, rasa penyesalan Astron acap kali menguap tak bersisa.

"Kau baik-baik saja?"

Astron berjengit kaget—dan lebih kaget lagi saat ia menoleh ke samping dimana sesosok anak kecil berkuncir dua tengah menatapnya dalam-dalam. Oh, tunggu. Dengan ketiadaan bola mata di rongganya, apakah itu masih bisa dikategorikan sebagai 'menatap'?

Drop Dead BeautifulWhere stories live. Discover now