2 - Shame on You, Cousins

4.9K 739 88
                                    

ASTRON mulai mengantuk. Kebiasaan buruk cepat bosannya ini mendadak kambuh ketika ia, Alyster, para sepupu, para bibi, para paman—atau secara teknis seluruh keluarga besarnya—sedang berkumpul di kediaman orang tertua di keluarga mereka yang tiada lain tiada bukan adalah sang nenek. Mirossa Leeds.

Laki-laki yang baru minggu lalu genap berusia enambelas tahun ini menerawang ke sekeliling. Kenapa yang anak muda hanya dirinya dan Alyster? Kemana sepupu-sepupunya yang suka ajak ribut itu? Diliriknya sang adik yang duduk bersila tepat di sampingnya. Walau ekspresinya datar begitu, Astron yakin ia juga sudah jengah karena 'acara'nya tak kunjung dimulai.

"Pulang saja, yuk," ajak Astron. Sesat memang. "Lihat, sepupu-sepupu kita tidak ada yang datang."

Alyster sudah mau menyetujui alasan kakaknya saat suara ketukan yang cukup kencang bergema di ruangan tersebut. Ia menengadahkan kepalanya, dan sang nenek sudah berdiri di depan ruangan sambil sebelah tangannya menggenggam sebuah tongkat. Sudah pasti suara ketukan tadi berasal dari tongkat neneknya yang diketukkan ke lantai kayu.

"Selamat malam, keluargaku tercinta." Suaranya sedingin dan setajam bongkahan es.

Astron jadi merinding. Kalau adiknya yang berbicara seperti itu, dia tidak akan ngeri-ngeri amat karena sifat adiknya sendiri memang mirip bongkahan es; dingin, tajam, dan mampu membuat orang tenggelam dalam emosi. Beda cerita kalau Nenek Mirossa yang bicara. Pasalnya, neneknya itu biasanya selalu bersikap hangat dan bersahabat, terutama jika ada kumpul keluarga seperti ini.

"Selamat malam," sahut Astron dan segenap keluarga Leeds yang lain.

"Aku senang kalian datang. Tetapi aku tidak ingat kalau jumlah kalian sesedikit ini." Mata Nenek Mirossa memicing kala menatap anak-anak dan cucu-cucunya yang duduk di atas karpet satu persatu. Lalu, ia mendelik ke arah salah seorang anak lelakinya; Paman Martin. "Kenapa kau hanya datang berdua istrimu? Di mana Kezzio?"

Kedua alis Astron tertaut mendengar keberadaan sepupunya yang satu itu dipertanyakan. "Kezzio tidak datang? Pantas saja suasana terasa tentram," gumamnya sinis.

Alyster tak menjawab. Ia mafhum akan persaingan yang terjadi antara Kezzio Leeds dengan kakak kembarnya. Setiap kali mereka bertemu, minimal akan terjadi adu mulut mirip gadis-gadis sedang PMS. Paling parah bisa jadi berkelahi sungguhan. Drama mereka berdua benar-benar membuat Alyster muak.

"Uhm, Kezzio sedang sakit." Paman Martin alias ayah Kezzio menjawab.

Mata Nenek Mirossa beralih ke arah anaknya yang lain. "Chaddick, bagaimana dengan anak-anakmu?"

"Mereka ... mereka sedang ada kerja kelompok. Harus dikumpulkan besok," jawabnya.

Sang nenek sekilas tampak tidak percaya, tetapi ia tetap melanjutkan menanyakan keberadaan cucu-cucunya yang tidak datang kepada orangtua mereka. Cara bicaranya masih tenang, sampai ia menghampiri anaknya yang terakhir.

"Kemana Linzy dan Darren, Elle?"

Air muka Bibi Elle tampak ragu-ragu saat ia menjawab, "Sakit, Ibunda."

Dari situ, meledaklah amarah Nenek Mirossa. "Kalian pikir aku percaya dengan segala alasan yang kalian buat?!" bentaknya. "Keluarga kita sudah banyak kehilangan generasi muda untuk melakukan tradisi ini! Kemana kemampuan kalian sebagai orangtua?!"

Suasana menjadi bisu. Mulut-mulut yang tadinya sempat bersuara kini terkatup rapat. Nenek Mirossa lanjut memarahi anak-anaknya dengan nada tinggi yang semakin lama semakin menciutkan nyali Astron. Ia membatin, Yah, setidaknya aku dan Alyster tidak akan kena marah.

Jika takdir bisa berbicara, mungkin Astron akan mendengarnya berkata, "Siapa bilang? Ini, terimalah kenyataan pahit dariku!" di depan wajahnya keras-keras.

Drop Dead BeautifulWhere stories live. Discover now