Chapter 4 : Bagaimana Bisa? Part II

14.3K 1.2K 178
                                    

.
.
.
.

Disuatu tempat, sebuah bar kecil pinggir kota yang menampakkan lampu kerlap-kerlip di depan pintunya. Terlihat beberapa pria keluar masuk bar itu. Dilihat dari penampilannya mereka bukan pria baik-baik. Bahkan jika di lihat secara seksama, tempat itu nampak seperti sarang penjahat.

Rupanya tempat itu telah menarik perhatian seseorang. Tak lama sepasang kaki telah berhenti di depan bar itu dan menatap pintu masuk dengan pemandangan beberapa wanita berpakaian seksi sedang menyambut para pria yang telah datang di bar malam itu. Dia, pria muda yang berdiri itu memakai jubah hitam menutupi badannya hingga dibawah lutut. Rambut yang panjang dengan poni menutupi sebelah wajahnya, hanya memperlihat satu mata kanannya saja. Ekspresi wajah pria itu datar sembari menatap malas para wanita yang sedari tadi memandanginya sambil tersenyum menggoda.

"Sepertinya di tempat seperti ini aku bisa mendapatkan informasi." batinnya.

Ia langkahkan kakinya menuju pintu masuk dengan mata yang terus menatap ke depan. Para wanita yang berdiri disana pun langsung menyambutnya dengan gerak-gerik menggoda, tapi pria itu tidak menanggapinya sedikit pun.

"Apakah kau berniat mampir ke bar kami, Tuan?" tanya seorang wanita dengan satu tangan yang menahan dada, dan satu tangan lagi menyelipkan poni panjangnya kebelakang telingannya. Rambutnya yang berwarna kuning dibiarkan terurai, dengan pakaian kimono yang terbuka setengah dibagian dada hingga menampakan separuh payudaranya yang terbilang diatas ukuran rata-rata. Bagian samping kimono yang ia pakai pun memiiliki belahan panjang hingga kulit mulusnya itu terlihat dari mata kaki hingga pahanya. Ia kini masih tersenyum menggoda pada pria itu.

"Aa." Jawab pria itu singkat.

"Dingin sekali, eh? Tapi dia cukup tampan," batin sang wanita dengan seringainya.

"Kalau begitu, perkenalkan dulu dirimu."

"Kurasa tidak perlu."

Diliriknya wanita itu sedikit dengan tatapan datarnya. "Menggangu saja." Pikirnya lagi. Baru hendak pria itu melangkah, satu lagi wanita mulai angkat bicara.

"Setidaknya beritahu dulu siapa namamu, Tuan?"

"Sasuke." jawabnya malas dan tak sedikitpun melihat wanita itu. Tatapan masih tetap lurus kedepan.

Wajah para wanita itu bersemu merah ketika Sasuke menyebutkan siapa namanya. Menurut mereka pria di depannya itu benar-benar keren.

"Kalau begitu silahkan masuk Tuan Sasuke, aku akan mencarikan meja untukmu." Kata salah satu dari mereka.

Sasuke pun masuk mengikuti langkah wanita itu. Baru saja beberapa langkah ia masuk kedalam, Sasuke sudah mencium bau alkohol yang menguar ke seluruh ruangan. Ditatapnya sekeliling. Tampak lampu kerlap-kerlip dan beberapa gadis menari di lantai dansa, ada yang sedang berjudi, ada juga yang sedang mabuk dengan wanita yang mendampinginya. Dan ada pula kumpulan lelaki yang sepertinya hanya duduk berbincang-bincang dengan sesama teman mereka seraya meminum beberapa botol sake.

"Seperti tempat sampah." Batin Sasuke.

"Ayo Tuan, sebelah sini." Ajak wanita itu mengarahkan Sasuke ke meja yang ada di dekat dinding. Wanita itu duduk di salah satu kursinya dan meletakan salah satu tangan diatas meja untuk menyangga dagunya. "Apa yang ingin kau pesan?" tatapannya masih saja berusaha menggoda Sasuke.

"Teh hangat saja, dan beberapa cemilan."

"Kupikir kau akan pesan beberapa botol sake dengan kadar alkohol tinggi."

Sasuke langsung duduk saja tanpa mempedulikan pertanyaan wanita tersebut. Pandangannya pun hanya mengarah ke segerombolan pria dewasa yang sepertinya sedang membahas topik yang menarik perhatian Sasuke.

SUNRISE DI MUSIM SEMI | SASUSAKU FF✔Where stories live. Discover now