EPILOG

19.2K 1.1K 174
                                    

Dipagi hari yang cerah didesa Konoha yang sekarang padat akan bangunan-bangunan tinggi. Terukir tujuh buah wajah para sang legenda disebuah gunung tinggi menjulang dibalik desa. Bagai simbolis tersendiri bagi desa daun ini patung wajah itu sudah pasti orang-orang yang hebat dalam masanya.

Hokage, begitulah mereka menyebutnya. Mereka adalah pemimpin sekaligus pahlawan desa maupun pahlawan dunia shinobi.

Tampak terukir wajah tegas seseorang dibaris ketujuh yang katanya dia lah sang pahlawan dunia shinobi dan namanya sudah melegenda ke seluruh negeri.

Uzumaki Naruto, adalah pahlawan bagi desa dan dunia shinobi. Dia adalah pahlawan dengan sejuta cahaya yang menerangi seluruh negeri. Namun selain dia ada seorang pahlawan lagi yang turut melindungi dibalik bayangan. Seorang pahlawan yang berasal dari kegelapan hingga Naruto menggenggamnya. Ia adalah sahabat serta rival abadi Naruto.

Uchiha Sasuke, sebut saja seorang teman yang kini sudah sadar akan kesalahannya dimasa lalu. Sasuke adalah satu-satunya Shinobi yang bisa menyimbangi kemampuan sang Hokage ketujuh, Naruto.

Meski masa lalunya kelam bukan berarti dia tidak boleh merasakan kedamaian dan kebahagiaan.

Seperti saat ini disebuah apartemen sederhana tinggallah satu keluaga kecil yang hanya satu-satunya didunia ini. Bukannya kenapa? Tapi memang benar hanya mereka yang tersisa didunia ini. Sebuah klan besar yang kini hanyalah sebuah keluarga kecil, Klan Uchiha.

Mereka bertiga. Uchiha Sasuke sebagai kepala keluarga, Uchiha Sakura sang istri yang baik hati, serta satu orang anak yang sangat mirip dengan ayahnya, Uchiha Sarada.

Mereka kini telah makan didalam apartemen sederhana meski sebelumnya mereka sudah memiliki rumah yang naasnya telah hancur berkeping-keping akibat tinjuan maut sang istri, Sa.ku.ra.

"Raaa..."

"Sakura."

"Sakuraaa!!"

"Eh? I-iyaa a-aku.."

Sakura mengerjapkan matanya berkali-kali karena kaget diteriaki oleh sang suami, Sasuke.

"Ada apa Sasuke-kun?"

Sasuke hanya menghela napasnya.
"Aku memanggilmu dari tadi kenapa kau tidak dengar?"

"Uhm maaf." Sakura menggaruk pipinya yang merona.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Aku hanya kepikiran rumah kita yang dulu."

"Itu kan mama sendiri yang menghancurkannya."

Seorang gadis muda mirip Sasuke yang dari tadi diam sambil mengunyah nasi itu akhirnya ikut bicara. Sarada anak dari Sasuke dan Sakura.

"Itu juga karena kau Sarada." Sakura memasang wajah horor pada anaknya.

"Ehehe. Maaf soal itu Ma."

"Tidak. Kalau dipikir-pikir itu semua salahku."
Sang kepala keluarga bicara dengan tegas dengan mata tertutup.

Kini kedua perempuan itu menatap Sasuke dengan sendu.

"Sudahlah lupakan saja. Jangan muram begitu sayang."

"Benar apa kata Mama, Pa. Karena bagiku dimana pun tempatnya asal bisa bersama dengan kalian aku sudah sangat bahagia."

Sakura dan Sasuke pun menatap hangat pada putri semata wayangnya ini. Dia sudah beranjak dewasa pikir mereka. Yah walaupun mereka tahu Sarada kekurangan kasih sayang dari seorang ayah karena Sasuke sering berpergian untuk misi yang panjang. Tapi tidak apa jika ada ibunya Sakura karena ia pasti akan melengkapi kekosongan hati anaknya persis seperti yang ia lakukan dulu pada ayahnya. Dan saat seperti ini sudah lama ia nantikan, kepulangan ayahnya dan berkumpul bersama.

SUNRISE DI MUSIM SEMI | SASUSAKU FF✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang