MY : Part 9

18.8K 1.4K 164
                                    

Kalo baca versi dulu,  gue geli sendiri..  Ya Allah absurd banget kata katanya 😂😂😂😂

So jangan lupa vote sama koment.  Kecuali kalo udah pup,  lo ga pernah cebok ya. Hahhahaha

Happy reading guys

*******

Gerimis baru saja mulai,  saat Alva menumpangi taksi dari Bandara Soekarno Hatta ke arah apartemen yang di sewanya dengan Mia. Aroma berbau hujan di saat subuh seperti ini,  membuat Alva sedikit menggigil.  Belum lagi,  tubuhnya terasa sangat lelah dengan perjalanan Jakarta-Bali,  Bali - Jakarta hanya dalam waktu beberapa jam. Semalaman tadi benar benar hanya dia  habiskan di Bandara,  serta pesawat gara gara ulah Deandra Salsabilla.

Lelaki itu masih sangat kesal dengan kata kata Abil di Crown hotel 6 jam yang lalu itu. Sehingga membuat Alva hilang kesabaran. Padahal sejak melihat Mia yang pulang dengan baju dan rambut yang kotor serta berbau kuah menyengat,  Alva sudah sangat ingin mendatangi Abil, lalu memberi beberapa tamparan keras di pipi wanita itu.

Tapi Alva menahannya,  karena Mia ingin Alva berhasil dengan tujuan mereka untuk merebut perusahaan Rendra.

Dan semua kesabarannya itu sia sia.

For my god sake

Alva bahkan sampai terang terangan mengatakan perasaannya pada Abil.  Dia bahkan melupakan tujuannya untuk berpura pura meminta maaf pada Abil,  agar wanita itu kembali luluh dan memaafkan Alva.

Menurut Alva,  Abil sudah kelewatan.  Dia menghina Mia-nya di saat sebenarnya Alva lah yang salah.

Abil tidak berhak menghina Mia.  Tau apa dia dengan kesulitan Mia sehingga melakukan pekerjaan kotor itu?

Jika Mia terlahir seperti Abil dari keluarga jetset, Mia tidak mungkin melakukan pekerjaan itu.  Takdirnya lah yang membuat wanitanya itu harus bekerja seperti itu. Bahkan Alva bangga,  dalam ketidakmampuan finansial yang cukup,  wanita itu rela membanting tulang seperti itu untuk biaya rumah sakit Ibunya yang sudah terbaring koma lebih dari 5 tahun. Dimana coba,  ada wanita jahat yang masih memikirkan ibu kandungnya sendiri? Jadinya,  menurut Alva Mia adalah malaikat.

Lalu apa haknya mulut medusa itu mengomentari apapun yang dilakukan Mia? Padahal Alva sendiri saja tidak mempermasalahkannya.

Seolah Abil adalah wanita paling sempurna saja. Kalau Abil yang hidup sesulit Mia,  apa dia akan rela menjual tubuhnya demi biaya rumah sakit orang tuanya? Apa dia akan rela bekerja keras,  membanting tulang seperti Mia?

Alva rasa tidak. Wanita egois itu bahkan mungkin akan membuang orang tuanya sendiri.

Lagipula,  Mia melakukan itu jauh sebelum dia mengenal Alva.  Sekarang dia sudah tidak melakukan pekerjaan sampingannya itu,  karena ada Alva yang menyokong kehidupannya serta biaya rumah sakit ibunya Mia.

Tentu saja,  uang gajinya serta uang yang dia curi dari Rendra tidak selalu cukup untuk menopang semua biaya itu.  Makanya Alva selalu berdalih meminta uang tambahan dari Abil,  dan dengan sedikit rayuan Abil selalu tidak pernah lupa untuk mentransfer beberapa puluh juta ke rekening Alva setiap bulannya.

Sayangnya,  semuanya sudah berakhir. Terbongkarnya perselingkuhannya dengan Mia,  serta  kejujurannya pada Abil tentu saja akan menstop semua akses Alva terhadap atm berjalannya itu.

Ahhh..  Sialan.

Mulai sekarang Alva harus memutar otak,  untuk mencari uang tambahan.

Lagi lagi lelaki menggaruk kepalanya yang tidak gatal.  Wajahnya menekuk.

Sesampainya di apartemen,  Alva berjalan pelan pelan ke kamarnya dengan Mia.  Takut penghuni rumah yang mereka tempati terbangun.

Lelaki itu hanya menatap Mia yang tertidur di bawah selimut tebal. Maunya,  Alva segera bergelung di atas ranjang bersama Mia,  menciumi wanita itu lalu melakulan kegiatan seks panas di dinginnya udara hujan.  Tapi,  dia menciumi bau dirinya sendiri.  Berkeringat,  dan lengket.  Jadinya,  lelaki itu berjalan ke arah bathroom,  menyiram tubuhnya dalam waktu kurang dari 5 menit.  Lalu cepat cepat memakai kaos serta boxernya.

Marry YouDär berättelser lever. Upptäck nu