MY : part 23

7K 825 245
                                    

"kamu serius?"

Bukan nya seharusnya Rio senang? Tapi sekarang dia malah nampak seperti orang dungu. Atau bahkan, orang paling tolol di dunia.

Lalu Abil tidak tahan melihat ekspresi Rio yang nampak sangat tegang. Seolah olah, dia adalah seorang perjaka yang di ajak melakukan hal hal kotor oleh seorang tante girang.

Akhirnya tawa Abil pecah.

"Ya Tuhan." Dia berseru. Menyeka sudut matanya yang berair dengan punggung tangan.

" Tentu saja enggak."

"Its just a joke," ujarnya lagi. Dan wajah Rio menjadi nampak sangat lega.

Ada apa sih dengan lelaki ini?

"Lagi pula, aku tau. Kamu ga bakal sentuh aku, dengan segala prinsip tentang kamu yang ingin menjaga kehormatan aku, yang aku tidak tau kenapa itu harus di lalukan dengan usaha kamu yang terlihat sangat susah payah untuk menahan diri kamu, tidak menyentuh aku. Padahal jelas jelas, matamu tidak bisa berhenti menatap kaki aku."

"Apa itu nampak aneh?"

" Ya. Sangat aneh." Abil memutar mata dramatis.

"Aku hanya, ingin menjaga kita di hubungan yang aman."

Ekspresi Abil seolah olah tengah bertanya, maksud lo?

"Ya. Hubungan dimana kamu ga akan membenci aku suatu saat nanti, jika aku mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidup kamu, hanya karena emosi sesaat yang sedang kamu rasakan."

Oke. Ini agak sedikit menakutkan. Sekaligus, sangat menyentuh. Membuat jantung Abil berhenti berdetak untuk beberapa saat.

Ya Tuhan. Abil sudah gila.

"Aku ingin, kita melakukan nya saat kamu benar benar jatuh cinta sama aku. Dalam situasi yang benar. Tidak kacau seperti ini." Rio mengangkat bahu. Menunjuk pada situasi dimana, Abil sekarang adalah istri dari seseorang. Seseorang yang maha brengsek.

Berhentilah untuk memikirkan si sialan itu.

"Wow."

"Cuma wow?"

"Aku---tidak tau harus berkomentar apa." Abil memilih kalimat yang menurutnya paling netral. Dalam hati dia berharap, Rio tidak melihat cara Abil yang tengah menahan nafas.

"Ayo ganti baju dulu!" Rio mengalihkan topik pembicaraan. Dan sungguh Abil merasa terselamatkan, meski dia dengan sadar menyadari bahwa mata lelaki itu cukup terlihat terluka dengan jawaban Abil barusan. Apakah Rio ingin membahas hal hal mengenai perasaan semacam "itu" sekarang?

Dan anehnya, kenapa Abil harus peduli dengan cara dia mematahkan hati Rio?

Mereka sama sama diam. Udara di sekitarnya terasa sedikit membuat Abil tidak nyaman. Iya, entah bagaimana menjelaskannya, Abil tidak nyaman saat Rio mendiaminya seperti ini. Padahal biasanya, lelaki itulah yang memecahkan keheningan di antara mereka. Lalu keduanya akan larut dalam obrolan ringan, yang entah bagaimana bisa membuat Abil begitu nyaman. Abil bahkan tidak perlu berpikir untuk mengatakan semua hal yang terlintas di benaknya kepada Rio.

Saat tiba di walking closet, yang ukurannya hampir 2 kali lipat dengan milik Abil di apartemen. Lelaki itu menarik kaos lengan pendek, dan celana pendek katun dari salah satu rak. Lalu menyimpannya di atas etalase kaca yang di dalamnya berisi koleksi jam tangan lelaki itu.

"Kamar mandinya disana," ujar Rio tanpa melihat mata Abil. Dia menunjuk ke arah belakang Abil, sembari tersenyum sedikit. Senyum yang nampak jelas sangat di paksakan.

"Terimakasih."

"It's oke." Lalu meninggalkan Abil sendirian.

Sembari mengganti baju. Abil tidak lupa mencuci wajahnya, bahkan tanpa meminta ijin Rio, dia menarik laci yang berada di bawah wastafel di kamar mandi. Lalu, mengambil handuk bersih yang ada di sana. Dia menarik lagi laci yang satunya, dan menemukan sikat gigi baru, dan tanpa pikir panjang, Abil menggunakan sikat gigi itu. Lalu, setelah selesai dia menyimpannya tepat di sebelah sikat gigi milik Rio.

Marry YouWhere stories live. Discover now