MY : Part 14

17K 1.4K 195
                                    

Versi Revisi 😊

*****

Maunya Abil segera beranjak,  keluar dari bathroom.  Tapi kucuran air panas dari shower meluluhlantahkan keinginannya. Tubuhnya terasa benar benar rileks,  Abil bahkan nyaris lupa kalau di luar bathroom sana, tepatnya di dalam kamarnya di rumah Rendra sang Papa,  ada lelaki keparat yang tengah anteung menonton acara bola dengan suara kencang.

Ya, jika  suara komentator acara bola itu tidak kencang kencang amat,  Abil yakin dia lupa kalau kini dia dan Alva tengah berada di kamar yang sama.  Akan berbagi oksigen yang sama bahkan mungkin akan berbagi ranjang yang sama untuk pertama kalinya setelah mereka menikah.

Wanita itu memutar badan, mematikan shower.  Lalu menyambar handuk dan melilitkannya melewati ketiak.

Awalnya Abil merasa kesal saat melirik tempat gantungan rube di bathroom kosong. Personal asisten, Elizabeth -mamahnya,  pasti lupa menyiapkan rube untuknya.

Tapi tiba tiba senyum Abil melebar. Dia memiliki ide untuk menganggu Alva.

Abil sangat penasaran melihat reaksi suaminya itu jika melihat tubuh Abil yang hanya di balut handuk yang melilit dari atas dada sampai tepat di bawah selangkangan.

Jadinya, wanita itu keluar dengan acuh tak acuh.  Dia bahkan tidak peduli,  setiap kali melangkah, lipatan handuk itu terbuka mempertontonkan setengah mons pubis miliknya.

Alva yang terinstrupsi dengan suara pintu kamar mandi yang dibuka,  tidak bisa berpura pura tidak peduli dengan tontonan itu.  Pupil lelaki itu melebar tidak berkedip sama sekali,  rahangnya terbuka sedikit, dan dia lupa caranya bernafas.

Tiba tiba Alva tidak bisa berpura pura tidak merasakan jika sesuatu dalam dirinya menggeliat, bangun dan menyebabkan celananya terasa sesak.

Dalam beberapa detik terkutuk,  Alva masih menikmati pemandangan itu.  Sampai dia sadar,  jika Abil tengah tersenyum dengan cara mencibirnya. Jadinya,  lelaki itu buru buru mengalihkan pandangannya ke layar datar di depannya lagi. Walaupun, Alva tidak bisa bohong jika dalam beberapa detik itu,  ujung ekor matanya sulit di kendalikan untuk tidak menengok lagi ke arah Abil. Ke arah,  leher wanita itu yang terbuka.  Ke arah setengah dadanya yang menonjol dari lipatan handuk.  Dan ke arah kaki jenjang wanita itu, yang ya Tuhan...Pikiran Alva berseru, jika barusan tanpa sengaja dia melihat sedikit monspubis wanita itu.

Oh my..

Jantung Alva nyaris terjun ke lambung. Tapi kali ini,  dengan perasaan yang berbeda.  Dia berdebar debar,  penuh hasrat.

"Menyukai pemandangannya? "

Abil bertanya dengan nada mencemoohnya.  Tapi yang di dengar Alva, bahwa suara itu malah terasa seperti siksaan selanjutnya. Iya, entah bagaimana bisa,  suara Abil barusan menjadi pemicu ereksi Alva semakin menjadi jadi.

For my god sake,  padahal itu bukan suara desahan. 

Alva pura pura tidak peduli.  Padahal Abil bisa lihat,  bagaimana jakun lelaki itu turun naik,  bukti bahwa dia kesusahan menelan salivanya.

Jadinya,  Abil semakin bersemangat untuk menggoda Alva.

Wanita itu berjalan ke arah Alva yang tengah duduk di atas ranjang mereka,  lalu dia membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Alva.  Wajah mereka hanya berjarak satu jengkal.

Menyadari itu,  bukannya menghindar, Alva malah menikmati hembusan nafas Deandra Salsabilla di wajahnya.

"Kau ingin melihat lebih dari ini Kak? Mau ku tunjukan tubuh polosku? "

Iya

Shit!!!!!

"tidak.  terimakasih," ujar Alva.

Marry YouNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ