I don't care or care?

2.9K 192 6
                                    

Waktu libur telah usai. Rendy kembali sibuk dengan aktivitasnya dikantor. Ia tidak terlalu peduli dengan urusan hatinya. Biarlah yang dirumah menjadi urusannya nanti. Terdengar ketukan dipintu diruagannya dan Rendy berteriak masuk. Sontak saja Syarif menjadi sedikit gugup, kenapa bosnya ini selalu mengintimidasi setiap orang.

"Selamat pagi bos! Ini saya bawakan teh. Dan ini berkas yang mau bos periksa". Syarif berkata dengan tenang. Ia mengamati raut muka si bos yang tetap tanpa ekpresi alias dingin mendengar penuturannya. Tapi ada yang ganjil dari sinar matanya. Syarif tidak bisa menebak apa arti sinar matanya itu. Semoga bosnya hari ini goodmod.

Rendy menyuruh Syarif duduk dan ia memeriksa berkas yang ada. Sambil minum teh ia mencorat-coretkan sesuatu diberkas tersebut. Setelah dirasa cukup untuk menambahkan isi dari berkas Rendy berkata,

"Bawa berkas ini kembali ke Sales Department. Suruh mereka untuk memperbaiki kata-kata yang ada. Aku tidak peduli mereka mau mengetik berapa kali sampai berkas ini benar dan sesuai dengan prosedur".

Waduh...ini mah badmood batin Syarif. Bisa keriting tuh jari crew Sales mengetik ulang berkas ini lanjut pikir Syarif kasian. Tapi itu memang tugas mereka harus membuat laporan atau berkas sesuai standar si bos. Syarif berujar kepada si bos,

"Baiklah bos, saya akan membawa kembali berkas ini ke ruangan Sales. Apa ada hal lain yang akan kita bahas? Karena saya mau ke kantor Security Sigap di dekat rumah bos untuk membahas perihal kerja sama dengan mereka".

Mendengar kata dekat rumah, mata Rendy bersinar tambah tajam. Syarif menjadi bingung sekarang, seolah bosnya ingin melempar atau meninju sesuatu. Syarif segera berkata lagi, "Saya permisi bos".

Rendy hanya mengangguk kaku tanpa berkata apa-apa. Syarif secepat kilat meninggalkan ruangan bos tanpa menoleh lagi. Hmmm.. sepertinya hati bosnya itu rumit untuk dipahami. Well, biarkan saja bosnya sibuk dengan urusannya. Pasti sore nanti sudah tidak seram lagi batin Syarif.

****

Rendy sibuk sampai siang dengan segala macam kontrak yang harus dibahas. Syarif mungkin sudah ke kantor Security Sigap yang kebetulan jaraknya tidak jauh dari rumah kediamannya. Rendy bangkit dari tempat duduk, ia berjalan menuju jendela dan mondar-mandir sibuk dengan pikirannya sendiri. Ketika ia melihat jam di tangan kirinya itu ia berpikir waktunya makan siang. Tapi terlebih dahulu ia harus mampir ke kantor Security Sigap.

Rendy turun ke bawah dan menuju parkir mobil. Serombongan karyawannya yang berada diparkiran menyapa dan ia hanya menganggukkan kepala saja tanda membalas sapaan. Para wanita yang ada dirombongan itu mengerlingkan mata antara sesama temannya mengisyaratkan sesuatu yang ia tidak pedulikan. Biarlah mereka bergosip ria tentangnya.

Rendy menghidupkan mobil dan segera meluncur dari parkiran khususnya. Sampai digerbang ia mengambil remote dari dasbor berfungsi membuka palang pintu dengan sendiri tanpa merepotkan pihak pengaman perusahaannya. Ia tersenyum sewaktu membuka kaca jendela dan membunyikan klakson untuk yang sedang berjaga didepan gerbang. Sang penjaga membalas mengangkat tangan ke kepalanya dengan gaya militer dan segera menutup kembali palang pintu khususnya itu.

****

Kusuma sedang berada diteras depan rumah bersama penata kebun keluarga ibu Widya. Rombongan keluarga Rica sudah pulang tadi pagi setelah sarapan ke rumah mereka. Rica mengatakan kepada Kusuma, suatu hari nanti Kusuma harus berkunjung ke rumah mereka. Kusuma pun berkata semoga hari itu tercapai nanti. Ibu Widya berada dibutik untuk cross check barang dan akan melanjutkan ke Spa untuk memberi training kepada anak buahnya. Ibu Widya awalnya merasa khawatir meninggalkan Kusuma sendirian, namun Kusuma meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja. Ibu Widya berjanji akan pulang untuk menemaninya makan siang.

MENCARI CINTA YANG SEDERHANA {Geng Rempong : 1}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora