Bab 1 - I got you, Babe.

338K 14.5K 188
                                    

Tepat pukul sembilan malam, pesawat yang membawa Al dan Keshia telah landed di bandara Haneda. Hingga saat ini, Al dan Keshia masih saling membisu tanpa adanya pihak yang membuka percakapan.

Setelah selesai mengambil koper bawaannya, Keshia lebih dulu keluar dari bandara yang di susul dengan Al di belakangnya. Keshia memanggil sebuah taksi bandara dan meminta sopir tersebut untuk mengantarnya ke hotel yang juga telah di pesan oleh mamihnya jauh-jauh hari.

"Mandarin oriental Tokyo, Sir"

Supir taksi itu hanya mengangguk dan mengemudikan taksinya setelah Al duduk dengan nyaman di kursi belakang bersama dengan Keshia.

Sepanjang jalan, Keshia tidak sekalipun menoleh ke sebelah kiri di mana Al sedang duduk sambil membaca koran harian yang ada di taksi tersebut.

Keshia masih memikirkan untuk pergi ke gunung fuji, yokohama, golden pavillion, tokyo imperial palace, dan masih banyak lagi yang terdaftar di list hopes nya. Namun, ia sangat enggan jika harus pergi ke lokasi tersebut dengan suami sekaligus musuhnya itu.

Jangan kalian kira hanya Keshia yang menganggap Al adalah musuhnya, sebaliknya pun tetap berlaku sama. Mereka berdua sama-sama menganggap satu sama lain adalah musuh. Akan tetapi, Al sangat berbeda dengan Keshia. Al tidak terlalu akut seperti Keshia. Sulit untuk menjelaskannya.

"Besok mau kemana?" Tanya Al memecah keheningan

"Itu urusan gue, lo mau kemana aja juga gue sih bodo amat" ketus Keshia

"Kes gue itu suami lo, kalo gue telantarin lo sendiri di sini yang ada balik-balik nanti gue jadi daging cincang"

"Gak usah bahas status kita deh. Gue muak dengernya!"

Al mengalah dan membungkam diri. Keshia memutuskan untuk menggunakan earphone, menyetel musik favoritnya dan terlelap.

***

Silauan matahari membangunkan Keshia yang nampaknya masih ingin terlelap. Ia merenggangkan otot-otot lengannya dan seketika matanya membulat.

"Sejak kapan gue tidur di kasur?" Gumamnya sendiri sambil menyandarkan diri pada kepala kasur.

"Gue yang angkut lo ke kamar"

Keshia menengok ke sumber suara. Al. Ya, Al yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. "MESUM" teriak Keshia dengan menutup kedua matanya menggunakan bantal.

"Mesum apa? Gue abis mandi, lagian lo juga udah jadi istri gue. Buat apa lo sok malu ngeliat badan gue"

Mendengar perkataan Al ada benarnya juga. Keshia membeku. Ia lalu berjalan ke jendela dan menutup kembali gorden yang sempat terbuka.

"Kenapa di tutup? Buka aja, ntar lo malah tidur lagi" seru Al hendak membuka gorden kembali, namun tangan Keshia menahan pergerakan Al.

"Lo selalu bilang kalo lo itu suami gue, berarti semua yang ada di diri lo itu cuma buat gue doang. Gak buat orang-orang di luar sana" Keshia menyahut sambil berjalan memasuki kamar mandi.

"Lo cemburu kalo badan gue diliat orang lain?" Balas Al yang terkesan seperti.. sindiran?

"Persetan dengan cemburu"

Keshia sudah mulai menyegarkan dirinya di bawah shower dengan air yang dingin. Ia pikir otaknya saat ini benar-benar sudah terbakar, maka ia butuh penyegaran.

Sekitar 15 menit berlalu, Keshia telah selesai dengan urusannya. Ia mencari-cari letak handuk yang ia bawa. Setelah di pikir-pikir ulang, ia baru ingat kalau ternyata dirinya tidak membawa handuk ke dalam kamar mandi. Ia hanya masuk ke kamar mandi pasca berbicara panjang kali lebar dengan Al.

"Astaga" gumamnya sambil menepuk jidatnya.

"Al gue mau minta tolong" teriak Keshia dari balik pintu.

Hening

"Al jangan pura-pura tuli biar gak tuli beneran!" Seru Keshia lagi

Hening

"Gazhali Michael tolong ambilin handuk" kali ini suara Keshia melembut, sedikit.

Setelah merasa tak ada balasan juga, Keshia memutuskan ingin berbalik dan memakai baju walaupun badannya masih basah. Tapi, langkahnya terhenti saat ada bunyi ketukan pintu.

Keshia membuka kecil pintu kamar mandi, ia mengambil handuk yang diberikan oleh Al. "Sama-sama, Kes" teriak Al setelah Keshia menutup pintu kamar mandi.

"Dasar gangguan, belom bilang makasih udah nyaut aja" gerutu Keshia yang di dengar Al.

Setelah rapi dengan pakaiannya, Keshia keluar dan langsung menata dirinya di meja rias. Ia menggunakan bedak tipis dan lip tint warna peach yang memberi kesan natural di wajahnya. Keshia lantas mengambil tas selempang yang ia bawa di dalam koper dan memasukkan dompet serta ponselnya.

"Mau kemana?" Tanya Al yang baru saja masuk kamar saat Keshia hendak keluar.

"Jalan-jalan"

"Sama gue"

Keshia mengumpat dalam hati. Ia ingin pergi sendiri dan melihat-lihat barang kali ada pria bermata bulat di sini, alih-alih dapat bersenang-senang sendiri, ia malah akan merasa suram karena Al akan membuntutinya.

"Gak jadi" Keshia berbalik masuk ke kamar dan menaruh tasnya sembarang lalu mengumpat kesal di balik selimut.

"Lo kenapa sih, Kes? Gue itu kan su-"

"Ya lo itu suami gue, tapi gue mau pergi sendiri tanpa lo. Bukan karena kita udah nikah dan sah jadi lo dapat beranggapan bahwa kita itu udah bukan musuh lagi. Sampe sekarang pun lo tetep jadi musuh gue! Gimanapun juga gue masih tetep benci sama lo, Al" teriak Keshia meluapkan emosinya yang sempat tertahan pada acara pernikahannya kemarin.

"Yaudah kalo lo masih mau anggap gue musuh silakan! Gue bakal urus surat perceraian kita secepatnya!" Balas Al tak kalah tajam sambil membanting pintu hotel dengan keras.

Keshia terkejut. Bagaimana tidak, baru saja menikah sehari masa ia akan menjadi janda secepat itu? Oh, itu bukan ide yang baik sama sekali. Keshia mengibas selimutnya dan kembali memakai tas, setelahnya ia berlari keluar kamar untuk menyusul Al.

"Al tunggu" pekik Keshia saat ia masih mendapati Al di lobby hotel.

Al tidak menggubris panggilan Keshia. Ia terus berjalan keluar sampai akhirnya tepat di pintu utama hotel, ia berhenti melangkah. Keshia untuk pertama kalinya memegang lengannya.

"Lepas"

"Ngga, Al. Gue.. gue ah ya gue minta maaf udah berlebihan. please jangan marah. Jangan ceraiin gue, gue gak mau jadi janda dalam waktu dua hari setelah menikah"

Al terkekeh mendengarnya. I got you, babe.



March 13, 2017
Written by Puccapicca

Marrying My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang