Bab 15 - Keshia terluka

200K 8.3K 18
                                    

Dengan jantung yang berdegup kencang, Keshia memberanikan diri untuk mendengar penjelasan dari Al. Walaupun rasanya sangat tidak nyaman dan dia merasa terbodohi oleh suaminya.

Hatinya ingin sekali menjerit. Bukan hanya karena dia cemburu. Ini berbeda. Mereka bukanlah lagi pasangan kekasih, melainkan pasangan pengantin. Mereka sudah menikah dan apa yang dilakukan oleh Al itu merupakan perbuatan yang salah. Bertemu dengan mantan kekasih pada malam hari oh ralat, tengah malam hingga pagi buta. Pikirannya kini terbang bersama angin entah kemanapun itu dia benar-benar tidak peduli.

"Maafkan aku, Kes" Al berseru untuk yang kesekian kalinya, namun Keshia tak membalas seruan tersebut.

Al menghela nafas panjang sebelum pada akhirnya dia menjelaskan kejadian semalam. "Semalam aku menerima telepon dari dia dan kebetulan semalam aku belum tidur. Aku ingin izin pergi padamu tapi aku lihat kamu sudah tidur nyenyak."

"Aku diminta tolong untuk menghampiri dia. Awalnya aku berpikir untuk menolak, tapi dia terdengar seperti memohon. Aku"

"Kau menemuinya dan luluh dengan suaranya yang seperti memohon itu?" Keshia bersuara memotong ucapan Al

"Keshia, tolong dengarkan aku dulu"

"Dan saat kamu menolongnya, kamu justru harus kembali ke rumah dengan keadaan babak belur seperti ini? Banyak lebam di wajah." Keshia kembali berucap tanpa mendengarkan penjelasan Al lagi. Dia melengoskan wajahnya untuk tidak menatap wajah Al

"Apa kamu berpikir bahwa perbuatanmu itu tidaklah salah, Al? Kamu pikir meninggalkan istri tengah malam untuk menemui mantan adalah perbuatan yang benar?" Air mata yang Keshia bendung tak tertahan lagi. Dia sengaja menekankan kata mantan hanya untuk menyadarkan Al bahwa tindakannya tidaklah benar.

"Apa yang kamu lakukan dengannya? Apa kamu telah bersenang-senang dengannya? Oh, bagaimana dirinya? Apa kamu hanyut dengan kesenangan bersama dirinya?" Ucap Keshia kalut

"Lalu, saat kalian sedang bersenang-senang, tiba-tiba saja ada pria lain yang mengaku sebagai pacarnya datang dan menghajarmu? Aku sangat hafal dengan drama yang seperti itu" lanjutnya dengan air mata yang kian deras. Keshia tak mampu membendung amarahnya lagi. Dia benar-benar merasa... kecewa.

"Sayang"

"Stop memanggilku seperti itu kalau nyatanya kau sama sekali tidak menyayangiku dengan hatimu." Keshia langsung berlari ke dalam kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.

Jika suami menemui mantan kekasih tanpa sepengetahuan istri adalah perbuatan yang benar, lalu apa gunanya istri itu dinikahkan guna melengkapi kehidupan suaminya. Keshia berpikir sempit saat ini. Dia benar-benar tidak bisa mendengar lagi. Pikirannya telah mempengaruhi dirinya.

Mungkin saja Keshia akan memaafkan Al jika waktunya siang hari dan terlebih tidak membuat wajah suaminya itu dipenuhi dengan lebam ungu seperti itu. Keshia mengerang marah. Bahkan dirinya merasa tidak mampu menjadi istri yang baik untuk seorang Al. Pikirannya pun sangat diyakinkan oleh perbuatan Al semalam.

"Keshia, aku mohon buka pintunya" Al berteriak dari luar kamar.

"Semuanya tidak seperti yang kamu kira, ini semua tidak seperti drama-drama yang sering kamu lihat. Dan yang terpenting, rasa sayangku ini.."

"Sudah cukup, Al. Aku tidak mau mendengarnya lagi. Aku ingin sendiri. Tolong jangan ganggu aku" balas Keshia berteriak

Al terdiam. Dia terduduk tepat di depan pintu kamar. Tangannya menangkup wajahnya. "Aku menyesal, Kes" lirihnya. Al ikut menangis

"Al" suara serak Davin membuat Al bernafas kasar. Ia tidak membutuhkan panggilan dari sahabatnya itu, saat ini ia hanya butuh dipanggil istrinya

"Lo kenapa?" Tanya Davin berjongkok di depan Al

"Tinggalin gue, Dav"

"Nggak. Ada yang nggak beres sama lo. Ada apa, Al? Kenapa lo di luar gini? Lo bertengkar sama Keshia?"

Al tidak menggubris pertanyaan Davin. Dipikirannya penuh dengan pertanyaan bagaimana caranya membuat Keshia kembali percaya dengannya. Hanya itu.

●●●●

"Ada masalah apa antara lo dan Keshia?" Tanya Davin saat dia berhasil mengajak Al masuk ke dalam kamarnya.

Sedari tadi Al hanya menangis tanpa berminat menjawab segala pertanyaan yang dilontarkan Davin. Al menyesal, jika dia tahu perbuatannya akan merubah hari ini menjadi buruk maka dia akan menimang kembali keputusannya semalam.

"Al, tolong aku. Aku gak bisa lanjutin pernikahanku dengan Syam. Aku takut, Al. Aku mohon"

"Untuk apa kau meminta tolong padaku? Kau punya banyak teman. Aku tidak ada lagi urusan denganmu, aku sudah bahagia dengan istriku."

"Hanya kamu yang bisa aku hubungi. Tolonglah, Al."

Malam itu Al datang ke alamat dimana Stevani-mantan Al- sedang di sekap. Menurut penuturan Stevani, dia di sekap oleh suruhan calon suaminya. Yang Al tahu hanya Stevani yang disekap dan calon suami yang bermuka dua.

Al tidak datang sendiri, dia datang bersama orang tua Stevani yang tentunya akan sangat memudahkan dirinya untuk menyelamatkan Stevani. Biarpun dia bersama tiga orang lainnya yang siap membantu, Al tetap ingin maju sendiri. Dan akibat dari keputusannya itu lah yang membuat dirinya babak belur seperti itu.

Semalam Al harus menghadapi tiga orang pria bertubuh besar dan tegak. Yang satu adalah calon suami dari Stevani dan dua orang lainnya adalah para budaknya. Al mampu menghabisi ketiganya walaupun tubuhnya menjadi sasaran. Dan yang sangat disesalkan adalah Al telah membunuh salah seorang budak itu sebelum polisi datang menangkap mereka semua.

"Apa yang terjadi?" Kali ini Davin bertanya dengan mengguncangkan bahu Al agar dia menjawabnya.

"Gue semalam pergi untuk menyelamatkan Stevani"

"Gue lakuin itu semua karena Stevani yang memintanya. Gue pergi nggak sendirian, gue bersama orang tuanya dan juga orang lain utusan Ayahnya. Entah apa yang ada di pikiran gue sampai gue memutuskan untuk menolong dia" sela Al ketika Davin baru saja ingin memprotes dirinya.

"Atas dasar apa lo tolongin dia?"

"Kemanusiaan mungkin? Gue sendiri nggak tau, Dav. Yang gue tau Stevani minta tolong karena calon suaminya berniat membunuh dia dan juga keluarganya satu persatu."

"Bagaimana ceritanya? Bunuh dia dan juga keluarganya?"

Al mengangguk. "Calon suaminya itu gila akan harta. Dia mau menguras habis harta keluarganya karena Stevani adalah anak satu-satunya dan ibunya sudah meninggal, jadi pria itu berpikir dengan membunuh satu persatu itu akan membuat dirinya menjadi orang kaya" jelas Al jujur pada Davin

"Terus masalah lo sama Keshia karena apa?" Tanya Davin bingung

"Emang dasarnya lo itu lemah dalam berpikir jadi sia-sia banget gue cerita ke lo, Dav." Kesal Al beranjak pergi keluar dari kamar Davin

Al duduk di sofa sambil memindah channel televisi yang menurutnya tidak ada serunya itu. Akhirnya dia memutuskan untuk mematikannya dan bangkit dari duduknya. Saat baru dua langkah, ia mendengar pintu kamarnya terbuka.

Dengan cepat Al membalikkan tubuhnya untuk melihat istrinya keluar dari kamar. Sesaat Al tersenyum karena melihat Keshia yang membaik, tapi selanjutnya senyuman itu pudar karena ucapan dari istrinya.

"Aku mau pulang."

****

PS: Jangan lupa vote dan comment ya karena itu mempengaruhi mood saya dalam menulis hehe. Makasih. Tertulis, Puccapicca

April 30, 2017
Written by Puccapicca

Marrying My EnemyWhere stories live. Discover now