Bab 5 - Pengakuan

242K 10.4K 86
                                    

Setelah acara makan malam bersama kedua pihak keluarga di rumah orang tua Keshia, kini kedua orang tua Al sudah kembali ke rumah mereka. Bukan hanya orang tua Al saja yang langsung pamit kembali ke rumahnya, melainkan Al juga ikut pamit untuk mengajak Keshia ke rumah baru mereka yang letaknya lumayan jauh dari rumah kedua orang tua mereka berdua.

Keshia sempat menolak bahkan sempat memohon pada Al agar ia bisa menginap di rumah itu semalam atau lebih. Tapi tidak enak pada orang tua Keshia adalah hal yang menjadi alasan Al tetap keukeh pada pendiriannya. Kembali ke rumah baru mereka.

"Yang benar saja, kita cuma berdua tapi rumahnya segede ini. Bisa mati kesepian gue ntar" gerutu Keshia di sepanjang jalan menuju kamar

"Kan gak selamanya kita cuma berdua doang, Kes" timpal Al

"Iya, banyakin pembantu sama satpam terus pengurus taman. Sekalian pembantu lima orang biar rumah ini gak selalu sepi, kalo bisa yang seumuran gue aja siapa tau lo bisa selingkuhin gue" ucap Keshia asal. Ia melepas sepatu kets yang sedari tadi melindungi kakinya. Lalu, ia merebahkan diri di atas kasur berukuran king itu.

"Al, awas lo kalo ngelewatin bates ini. Jatah kasur lo udah lega! So, plis deh gak perlu jadi kebo nyasar!" Kata Keshia yang kemudian menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.

Al hanya bisa berdecak kesal dan sabar menghadapi istri nya yang sudah mulai ia sayangi secara perlahan.

"Besok kita belanja bulanan ya, jangan bangun siang-siang" seru Al

Kepala Keshia menyembul keluar dari selimut. Ia memandang Al dengan sebelah alis yang naik. "Lo aja gih sono, gue mah mau main sama temen-temen gue" sahut Keshia sarkastik.

"Kan untuk kebutuhan kita juga, Keshia" ucap Al tak mau kalah.

"Ribet deh lo, Al. Lo lupa kalo bawaan gue sebanyak itu?" Keshia memberi isyarat pada Al dengan tatapannya ke arah koper besar yang belum di bongkar. "Gue mau bagiin oleh-oleh gue besok, jadi lo gak usah deh ganggu-ganggu gue" lanjutnya

Al menghela nafas panjang. "Aku yang antar kamu" ucap Al final

Keshia diam. Aku? Kamu? Keshia masih berpikir, ada yang aneh dari kedua kata itu. Sudah berapa lama mereka tidak bercakap dengan kata tersebut?

Keshia kemudian tersadar, ia tidak menyahuti Al lagi. Ia lebih memilih untuk tidur dari pada harus terus-menerus beradu mulut dengan Al yang mungkin sampai ketemu pagi atau malah ketemu malam lagi tidak akan kelar.

Setelah melontarkan ucapan final yang tidak bisa di ganggu gugat oleh Keshia, Al memutuskan untuk mandi. Biarpun sudah malam, tapi hambar rasanya jika tidak mandi sebelum tidur.

Sebagaimana pria pada umumnya yang menyepelekan hal mandi dan kebersihan, Al tidak pernah seperti pria pada umumnya. Justru ia sangat berbeda dan mungkin lebih mirip seperti seorang wanita tulen.

Setelah lebih kurang lima belas menit, Al sudah kembali merebahkan dirinya di atas kasur hanya dengan menggunakan kaos polos dan juga celana pendek bermotif kotak-kotak.

Al memandang wajah tenang Keshia yang sidah terlelap. "Andai aja muka lo setiap harinya kayak gini, Kes. Makin jatuh kali gue. Tenang banget muka lo, kalo di bandingin sama muka sangar lo mah berasa muka semut lawan muka buaya" Al terkekeh dengan ucapannya.

Ia membelai wajah Keshia dari anak rambut yang terjuntai bebas ke atas keningnya, kedua mata, pipi, lalu berhenti di bibir ranum Keshia.

"Gatel gue liat yang ini. Kapan gue bisa cium lo, Kes?" Tanya nya pada diri sendiri. Ia kemudian tertawa garang.

"Gue sayang lo Kes. Berubah ya, jangan galak-galak melulu" ucapnya yang kemudian mengecup singkat kening Keshia.

Al sudah berbaring dengan posisi nyamannya. Tak lama setelah memejamkan mata, Al sudah berpergian ke alam mimpinya.

Marrying My EnemyWhere stories live. Discover now