Bab 24

161K 6.1K 33
                                    

"Aku akan ke kantor, kalau ada yang menganggu kamu lagi, hubungi aku" ucap Al mengecup puncak kepala Keshia

"Aku mau ke rumah Mamah saja, Al. Kalau kamu tidak sempat mengantar aku bisa pergi naik taksi"

Al membulatkan kedua matanya. "Biar aku yang antar! Ayo"

"Tunggu sebentar, aku ingin ambil tas di kamar" ucap Keshia hendak bangun dari posisinya namun di tahan oleh Al.

"Biar aku yang ambilkan. Kamu tunggu di sini saja" ujar Al berlalu ke kamar

Tak butuh waktu lama, Al sudah kembali dengan tas milik Keshia. Dia menghampiri istrinya lalu membantu Keshia berdiri.

"Apa aku terlalu merepotkan kamu?" Tanya Keshia ragu-ragu

Al menoleh lantas menggeleng. Ia tersenyum dan mengecup puncak kepala Keshia. "Tidak, Sayang"

*****

"Jadi selama ini toko ku tidak pernah tutup?" Tanya Keshia terkejut saat Mamahnya sedang menceritakan keadaan tokonya yang semakin ramai setiap harinya.

Dira mengangguk. "Mamah nggak mau usaha kamu di tutup begitu saja, kasihan para pegawaimu. Lagipula kan masih ada Mamah yang lebih ahli darimu, Kes" Jawab Dira sedikit bergurau

"Mamah memang the only one. Keahlian aku mungkin saja masih rendah dari Mamah. Lagipula, bakat membuat kue itu kan diwarisi dari diri Mamah" ucap Keshia memeluk tubuh Dira dari samping.

Keduanya kini sedang menonton televisi bersama. Tadi, Keshia dan Al sampai di rumah Dira saat Edwin sudah pergi ke kantor. Jadi, tinggallah mereka berdua di rumah. Ralat, berlima bersama dengan tiga para pekerja di rumah Dira.

"Mah, sebelum kecelakaan itu Keshia dapat pesanan kue untuk acara pernikahan, apakah itu sudah dibuat? Karena kan sebelumnya Bu Nina sudah membayar full" tanya Keshia pada Dira

"Sudah, Kes. Mamah yang membuatnya. Mamah juga yakin kalau Bu Nina itu tidak akan kecewa dengan kue buatan Mamah hehe" jawab Dira sedikit terkekeh.

Keshia menghela nafas lega. Dia jadi semakin bersyukur karena hidupnya dikelilingi oleh orang-orang yang sangat membantu dan menyayanginya.

Keshia menyandarkan kepalanya di bahu Dira. Seketika wajah yang sebelumnya terlihat begitu cerita kini berubah menjadi tertekuk.

"Mah, Keshia kapan ya bisa kasih cucu untuk Mamah?" Tanya Keshia menatap lurus ke depannya.

Dira tercekat. Detak jantungnya berdegup lebih cepat. Dira tidak tahu harus menjawab apa. Dira juga belum siap untuk menceritakan segalanya walaupun kejadiannya sudah beberapa hari.

Dira sadar bahwa menyembunyikan sesuatu selama apapun ujungnya pasti akan terbongkar. Namun, Dira benar-benar tidak sanggup untuk memberitahunya.

"Mah" tegur Keshia membuyarkan pikiran Dira

Setetes air mata mengalir di pipi Dira. Namun, dengan cepat Dira menghapusnya dan tersenyum.

"Kalau Tuhan sudah mengizinkan, kamu pasti akan mendapatkan buah hati, Nak." Ucap Dira mengelus rambut panjang Keshia.

"Kenapa kalau di film-film, pasangan suami istri selalu saja dengan mudahnya mendapatkan anak dan jika mereka tidak bisa mendapatkan anak selalu saja akan mendapat anak atau menemukan anak seperti itu?" Konyol. Keshia termakan oleh film-film yang sering ia tonton.

"Film itu sudah di atur oleh pembuat skenario. Pemeran hanya akan melakukan adegan yang sudah tertata apik di dalam skenario" jelas Dira menahan tawanya

"Sedangkan kehidupan kita di atur oleh Tuhan. Kita tidak akan bisa menebak apa yang telah Tuhan rancang untuk kehidupan kita. Entah akan terus bahagia atau tidak, kita tidak bisa mengetahuinya." lanjut Dira

Marrying My EnemyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora