10 || YES PROBLEMO

638 86 8
                                    

Some beautiful paths can't be discovered without getting lost

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Some beautiful paths can't be discovered without getting lost.

- Erol Ozan -


"Seatbelt, kaca spion, nyalain mesin.." Rora membetulkan posisi duduknya dengan gugup. Tangannya berkeringat saat mesin terbatuk dan berderu menyala. Memang, dua hari sebelumnya gadis itu sempat bertekad untuk belajar menyetir monster raksaksa berwarna hitam yang sudah dia tumpangi beberapa hari ini. Tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau momen tersebut akan benar-benar muncul. "Injek rem harus dalem-dalem, dan jangan pernah berbelok tajam, selalu pelan-pelan."

"Tepat," Kandar yang kini berada di kursinya mengangguk-angguk seperti mainan anjing di dashboard mobil. Dia tersenyum malas-malasan, matanya merah dan sayu, bahu menurun, dan ia banjir keringat—mereka berdua banjir keringat. "Seperti yang diharapkan dari si juara kelas."

Rora menghiraukan pujian Kandar dan menarik persneling dengan terlalu keras, ketidak sengajaan karena tangannya yang gemetaran.

Sudah lama sekali semenjak kedua remaja meninggalkan Sumedang, rasanya seperti sehari telah lewat berhubung waktu terasa begitu panjang. Mereka pergi saat matahari terbit, dan kini sang surya telah tinggi di langit, berbarengan dengan perut mereka yang keroncongan setengah mati. Tempat di belakang kini dipenuhi oleh beberapa tumpukan kardus dan bungkusan plastik, oleh-oleh dari Majalengka dan Cirebon yang sempat mereka singgahi. Rora kira dia akan terheran-heran melihat jumlah barang yang Kandar beli, tetapi dia terlalu senang karena sakit perutnya telah hilang, dan mengikuti cowok itu kemana-mana, bahkan menyetujui usulnya untuk mampir sana sini, meskipun itu tidak efektif karena jelas mereka lebih cepat berkeliling pulau Jawa dengan menggunakan tol. Tapi, bukankah ini tujuan utama dari road trip? Berlama-lama di jalan, hinggap di berbagai tempat.. membuat kenangan—seburuk apapun itu. Seperti sekarang misalnya.

Karburator mobil tidak berulah lagi, tapi entah mengapa, AC di van mulai bekerja dengan aneh. Alih-alih meniupkan udara dingin, si kaleng hitam malah menyerap udara panas masuk. Kandar telah memeriksanya, tentu saja. Tapi satu-satunya solusi hanyalah mematikan AC yang sedang bingung tersebut, meneduh untuk sesaat, dan kembali ke jalan dengan jendela-jendela yang terbuka. Pilihannya itu atau singgah dan melanjutkan perjalanan di malam hari. Yep, van Iskandar Syahreza kepanasan, tidak kuat menahan teriknya cuaca di perbatasan Jawa Barat dan Tengah, plus jalanan yang berboncel-boncel—beberapa kali Rora mengira kalau dia sedang berada di roller coaster—dan kemacetan di berbagai titik yang butuh kesabaran tingkat dewa.

Untungnya, Rora masih terlalu bahagia untuk marah. Kamisol yang ia pakai kini basah oleh peluh, roknya kusut, rambutnya yang panjang lepek dan beberapa menempel di sisi wajahnya. Kandar terlihat lebih berantakan dari dia. Noda gelap dan lebar menodai bagian depan dan belakang kaus cowok tersebut. Dia terlihat habis maraton, bahkan wajahnya agak pucat dan kosong.

ROAD TRIP! (COMPLETE)Where stories live. Discover now