21 || DIPUNGUT ORANG ASING

581 72 0
                                    

Hei semuanya, apa kabar? Duchi nggak jadi mulai kerja bulan Mei ini btw, karena sesuatu yang di luar dugaan. Tapi Duchi ambil positifnya 'aja karena artinya waktu buat nulis emang nggak akan keganggu. Jadi mungkin emang maksudnya Duchi disuru fokusin ini 'aja dulu.

Satu lagi, mulai sekarang Duchi nggak akan pakai banner karena sekalian pas cerita selesai nanti mau pakai yang baru 'aja--plus hemat kuota sampe punya wifi, lol.

Makasih buat temen-temen yang udah mendukung dan membaca sejauh ini! Have a nice day, love you all!

-

DIPUNGUT ORANG ASING

We can't know what's going to happen.

We can just try to figure it out as we go along.

- Roger Sullivan -


Trailer itu seseram yang dibayangkan, remang-remang dan luas. Tapi sedikit lebih nyaman dari yang ditakutkan. Di sebelah kiri pintu, motor-motor berbaris rapi dan di belakang mereka, rangka besi yang ditutup oleh kain memenuhi sisi tersebut. Sementara di sebelah kanan, terdapat sofa tua yang menempel ke dinding, beberapa kotak kayu yang sepertinya digunakan sebagai meja kecil, dan ayunan gantung di sudut.

Saat mendorong dirinya naik, Rora menyadari kalau debu di sini tidak berterbangan, apalagi menutupi lantai. Dan tentu, sebagian papan kayu tertutup oleh kotoran—noda oli bekas. Tapi selain itu, semua terawat dengan baik, tanpa bau-bau aneh, dan tanpa kotoran tikus yang pastinya tertinggal di tempat-tempat paling kotor.

"Nak Ridho. Kamu keberatan kalau kami mengobrol di sini?"

Rora dan Kandar (yang sudah memakai bajunya lagi) melompat saat bapak-bapak yang menangkap basah dan sekarang mengawal mereka ke sini, mendorong keduanya sampai terpojok di sofa. Si juara kelas mencengkram tasnya erat-erat, sama dengan pemuda di samping. Mereka duduk, tapi tetap berdekatan kalau-kalau sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Nggak pak, silahkan 'aja. Saya cuma lagi ngerawat si yayang yang satu ini," seorang laki-laki muda menyahut. Dia menunduk di balik motor yang berada paling ujung, tersembunyi oleh bayangan trailer. Wajahnya yang bersahabat, memiliki bekas jerawat, dan penuh semangat, tercoreng dari oli yang ia gunakan semenjak sejam yang lalu.

Orang dewasa lain menampakkan dirinya, perempuan. Tubuhnya besar dan dia kesulitan naik ke trailer kalau saja si bapak-bapak tidak turun tangan membantu. Hidung Rora berkerut saat mencium bau parfum yang tajam, dan ia mengernyit pada pakaian dan perhiasan mewah dipakai oleh perempuan tersebut. Sama seperti rekannya, pakaian necis yang mereka pakai tampak sangat out of place dan pastinya tidak nyaman digunakan dalam udara selembap sekarang.

"Mereka kotor sekali," ujar si ibu-ibu sambil mencondongkan kepalanya ke depan, membuat kedua anak tersebut waspada. Ikal rambut kemerahan jatuh menutupi wajah yang terpoles dengan make up berat dan sedikit menor. "Tapi kalau dibersihkan.." Suaranya berat dan serak, Rora nyaris memprotes saat mencium bau rokok yang bercampur dengan parfum, tiba-tiba merasa pening. Kalau orang-orang ini mencoba membiusnya dan Kandar, mereka mulai berhasil.

"Ya, ya, kita bahas itu nanti," si bapak-bapak menghela nafas, menjentikkan jarinya lagi. Segera, anak buah di luar yang menerima sinyal tersebut bergegas menutup pintu.

Rora semakin pusing saat trailer yang asing ini mengerung dan mulai berjalan. Kekhawatiran datang untuk berkuasa, dan otaknya berteriak kalau ini adalah sebuah kesalahan, tubuhnya ingin melompat dan lari. Di sebelahnya, Kandar yang menyadari kekhawatiran gadis tersebut (dan tidak kalah merasa pening dan panik), meletakkan tangannya dengan hati-hati di lutut Rora dan meremas dengan lembut, mencoba menenangkan. Kedua remaja bertukar pandang, dan si ratu dingin merasa sedikit tenang saat melihat senyuman si bintang emas.

ROAD TRIP! (COMPLETE)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα