23. Sekretaris

213K 7.4K 51
                                    

Oliver sedang sibuk dengan berkas-berkas yang bertumpuk di meja kerjanya. Berulang kali ia membaca dan mengerjakan berkas itu dengan teliti dan tidak ada yang terlewat satupun. Ia sedang pusing. Tadi saat baru sampai kantor, ia menerima surat pengunduran diri dari sekretaris pribadinya. Jadilah ia repot mengerjakan semuanya.

Gerald masuk ke dalam ruangan Oliver. Ia tahu bahwa sekretaris pribadi Oliver baru saja mengundurkan diri secara mendadak. Ia pun bolak-balik ke ruang Oliver untuk mencari sekretaris baru untuk Oliver.

"Ver, untuk sementara gue bersedia jadi sekretaris lo .." ucap Gerald mendudukan dirinya di sofa. Oliver masih fokus pada laptopnya.

"Gak usah, Ger. Kan lo juga punya kerjaan sendiri. Sementara ini gue sanggup selesain ini semua" sahut Oliver tanpa menoleh dan jarinya bernari-nari ria diatas keyboard.

"Tapi lo bakal kerepotan kalau kerjain semuanya sendiri" sanggah Gerald. Ia sendiri jadi capek melihat sahabatnya yang dilanda kerepotan.

"Kita harus cari sekretaris baru buat lo, Ver" lanjut Gerald. Ia tak bisa melihat sahabatnya yang terus-terusan terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Ya. Cari secepatnya" Oliver langsung menjawab tanpa mengalihkan tatapannya pada laptop.

"Gue bakal berusaha secepatnya" ucap Gerald kemudian ia beranjak dan berpamitan keluar dari ruangan Oliver.

Sebuah ide terlintas di otaknya. Oliver kemudian meraih ponselnya di samping laptop. Lalu mendial salah satu kontak di ponselnya. Tak lama kemudian panggilan itu terjawab.

**

"Selamat Mel. Akhirnya lo jadi pengganti gue juga jadi manager" ucap Karen memberi selamat pada Melly. Ia baru saja di ceritakan oleh Melly bahwa sahabatnya itu sudah menjadi manager di perusahaan papanya.

"Thanks. Lo tau gak? Sejak gue jadi manager, gue kewalahan karena kerjaan yang datang tak menentu" adu Melly pada Karen. Karen hanya terkekeh. Ia tahu ini pertama kalinya bagi Melly bekerja lebih giat.

"Nanti lo juga terbiasa, Mel" ucap Karen terkekeh karena Melly yang terus saja menggerutu.

"Ternyata jadi atasan itu gak enak juga ya.." ucap Melly. Karen hanya terkekeh. Karen merasakan ponselnya berdering. Ia pun buru-buru mengangkat panggilan itu.

"Siapa, Ren?" Tanya Melly yang mendengar suara ponsel Karen.

"Oliver" jawab Karen setelah melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.

"Cepat angkat. Nanti si ganteng marah-marah" Melly tersenyum menggoda Karen. Karen pun mengangguk dan menggeser layar ponselnya.

"Halo"

"Halo, sayang" sahut Oliver dari seberang.

"Ada apa?"

"Sayang, kamu bisa ke kantor aku sekarang gak?"

"ke kantor kamu?" Karen mengerutkan keningnya. Mengapa Oliver memintanya ke kantor pria itu atau ada berkas yang ketinggalan sehingga ia di telepon oleh suaminya itu.

"Iya sekarang. Aku tunggu"

"Lho, bukannya ini masih pagi dan belum masuk waktu makan siang? Jadi kenapa aku harus ke kantor kamu?" Ucap Karen terheran. Biasanya juga ia akan datang ke kantor pria itu untuk membawakan makan siang.

"Sudah datang aja"

"Tapi.."

"Datang aja, sayang" Karen membuang nafasnya. Ia mengerti jika Oliver sudah berbicara dengan nada tegasnya, tandanya ia tidak boleh menolaknya.

My Love CEOOnde as histórias ganham vida. Descobre agora