- Traitor -

490 61 36
                                    

17 Maret 996.

Hari ini akan menjadi hari terbesar dalam sejarah hidupku. Melawan pemerintah bahkan dengan bantuan panglima kepercayaannya sendiri. Apa kira-kira reaksi pemerintah ya?

"Hoi, pagi-pagi buta senyum-senyum sendiri. Mikir apa sih?" Tom memergokiku sedang senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

"Eh, itu... Hari ini kita akan meraih kebebasan kita tanpa harus dikejar pemerintah lagi," kataku.

"Hah? Maksudnya?" tanya Rin yang baru bangun. Rupanya dari tadi dia juga memperhatikanku yang tersenyum sendiri.

Aku lupa kalau aku belum menceritakan segala rencana yang telah kubuat bersama Seon. Aku pun menceritakan semuanya. Seperti yang kuduga, mereka hanya terpelongo.

"Apa kau tidak merasa ditipu oleh si Korea itu?" tanya Tom tidak percaya.

"Tentu tidak. Aku percaya padanya." Aku membantah ucapan sahabatku sendiri. "Kalau dia ingin menipu kita, kenapa dia menyediakan kita buah-buahan segar, melayani kita dengan ruangan yang nyaman? Itu semua kan beresiko dengan hukuman." Tom pun terdiam.

"Aku akan mengikuti segala keputusanmu, Arthur. Aku percaya padamu," kata Rin.

Setelah kami bersiap-siap, Seon memanggil kami. Tangan kami diborgol dan kami dimasukan ke dalam mobil. Semua ini dilakukan supaya pemerintah percaya bahwa kami adalah tahanan. Namun lagi-lagi Tom mencoba melawan sehingga tengkuknya dipukul dengan gagang pedang hingga pingsan. Mungkin Seon tak habis pikir dengan temanku yang satu ini, kenapa dia susah bekerja sama. Cocok sekali dijuluki si-kepala-batu.

Setelah beberapa menit, Tom pun kembali sadar. Penjagaan yang sangat ketat tentunya mengiringi kami yang berpura-pura menjadi tawanan. Kulihat Seon menatap cemas kepada kami. Bagaimanapun juga, umurnya masih 17 tahun. Secara mental, dia tidak sebaik kami yang lebih tua pastinya.

"Kau gugup Seon?" tanyaku.

"Yah... Ini momen besar bagiku." Dia tampak semakin gugup. Kulihat tangannya terus menerus mengetuk kaca mobil. "Ini wajar kan?"

"Tentu." Rin mengelus kepala Seon.

"Hei hentikan. Meskipun aku baik terhadap kalian, tetap saja—"

"Tetap saja apa?" Potong Rin. "Aku menganggap kau seperti adikku sendiri. Aku sudah memutuskan itu kemarin malam."

Wajah Seon mulai memerah. "Te-terima kasih," katanya.

"Teman-teman, lihat. Itu Yggdrasil." Tom menunjuk sebuah bangunan yang menjulang tinggi. Aku dan Rin segera menjulurkan kepala keluar jendela. "Seon, sebaiknya kau sudah siap karena kami semua bergantung padamu." lanjutnya.

***

Yggdrasil. Menurut mitologi jaman dahulu, Yggdrasil atau disebut juga pohon kehidupan, merupakan pohon ash raksasa yang sangat besar dan keramat karena konon kabarnya menghubungkan 9 dunia.

Pada cabangnya terdapat 3 dunia, yaitu Ásgard, Vanaheim, dan Álfheim. Pada batangnya terdapat dunia manusia, Midgard dan di sekitarnya ada dunia para raksasa, Jötunheim. Sementara itu di bawahnya terdapat dunia bernama Nidhavellir dan di akarnya terdapat 3 dunia terakhir, yaitu Hel, Niflheim, dan Muspelheim.

***

Tentu saja Yggdrasil di bumi kini telah musnah dan kini Yggdrasil hanyalah nama dari bangunan yang menjulang tinggi itu.

"Kalian semua dengarkanlah. Pasukanku memakai zirah hitam sepertiku sementara pasukan pemerintah memakai zirah merah. Ingat itu," ucap Seon.

Kami semua mengangguk tanda mengerti. Banyak pasukan berzirah merah kini mulai berdatangan mengikuti mobil kami. Jujur, jika rencana kami terbongkar, kesempatan kami untuk kabur sudah tidak ada. Gerbang utama Yggdrasil dibuka. Semakin banyak pasukan berzirah merah.

Castle Above UsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt