- Desperate -

375 40 6
                                    

ARTHUR POV

"Arthur," panggil Seon. "Pergilah bersama yang lain. Bawa pergi Rin." Dia mengambil sebuah batu dan melemparnya pada alien itu. Kini perhatian alien itu mengarah padanya.

Tentu saja aku tidak mau. Ketika perhatiannya teralih, aku maju dan menusuknya tepat di dadanya. Tak kusangka dia masih bisa bergerak dan kelihatan marah. Kurasa seranganku tadi tak berdampak apapun padanya.

Aku mundur beberapa langkah. "Permintaan ditolak, Seon. Apapun yang terjadi, kita harus tetap bersama."

"Terserah. Kau keras kepala juga ternyata," balas Seon.

Kami berdua menghadapi satu alien setinggi 3 meter. Hanya dengan sebuah pedang dan bambu runcing. It's all or nothing.

"Bisa kau tahan pergerakan Golru ini barangkali sekitar 5 detik?" pinta Seon.

"Akan kuusahakan."

Seperti mengerti apa yang kami bicarakan, alien yang dinamai Golru ini semakin menjadi. Pergerakannya menjadi semakin lincah membuatku sulit bahkan untuk mendekatinya saja.

"What the hell. Apa sih yang Golru ini makan?" keluhku. "Berhenti sebentar, jangan bergerak terus!"

*klang*

"Cukup. Kerja bagus. Sekarang mundur, Arthur!" teriak Seon tiba-tiba.

Sebenarnya tanpa perlu disuruh Seon, aku pasti akan segera mundur. Seon pun maju, meninggalkan aku yang baru saja mundur.

"Huh?"

Dia begitu cepat. Apa yang dia perbuat dalam waktu 5 detik?

*klang-klang*

Sesuatu berjatuhan dari dalam pakaiannya ketika Seon berlari. Apa itu? Aku mendekati benda yang berjatuhan itu dan mendapat fakta kalau itu adalah logam. Untuk apa logam itu? Nanti akan kutanyakan pada Seon.

"Arthur! Lempar bambu itu ke arahku!"

"Baik Seon!"

Aku melemparkan bambu runcingku padanya dan dia menangkapnya dengan baik.

"Perhatikan baik-baik, Arthur," kata Seon. "Aku akan mengalahkannya dalam serangan ini."

Golru yang satu ini seperti tidak terima kalau dirinya diremehkan. Dia berlari mencoba menghantam kami.

"Dasar lambat." Seon melemparkan bambuku ke arah Golru itu. Tentu saja Golru itu dapat mengelak dengan mudahnya.

"Big mistake, bro."

Tiba-tiba Golru itu terpental dan tidak dapat bergerak lagi.

***

"Sudah selesai beristirahat? Ayo keluar dari goa ini," perintah Seon.

"Tapi aku mau bertanya-"

"Simpan untuk nanti Seon. Lihat, keadaan Rin semakin memburuk," kata Seon.

Rin semakin pucat. Untungnya, Dr. Elena berhasil menekan pendarahannya. Setidaknya meringankan penderitaannya.

"Baiklah. Ayo kita pergi."

Di tengah perjalanan, Tom bertanya di manakah Triton. Aku pun menjelaskan semuanya. Mulai dari saat aku, Triton, dan Nandeva masuk ke goa. Lalu ketika Nandeva mengejar Profesor hingga aku dan Triton yang berpencar di persimpangan. Semuanya mendengarkan sambil terus berjalan.

Di persimpangan, terlihat pasukan Seon yang berkumpul. Mereka seperti kebingungan. Salah satu dari mereka melihat Seon dan memberitahu pada yang lain. Kepala mereka tertunduk semua. Seon berlari mendahului kami untuk melihat pasukannya.

Castle Above UsWhere stories live. Discover now