- My Turn -

385 38 8
                                    

SEON POV

Untung aku membawa penawar dalam bentuk suntikan ini. Tak kusangka akan efektif, padahal aku hanya mencampurkan nano putih dengan cairan infus.

*zing*

Jumper yang lain datang. Tak lain dan tak bukan adalah pasukanku. Ciri khas zirah hitam yang kubuat dapat terlibat dari jauh.

"Siap! Hormat!" Semua pasukan hormat kepadaku. Sungguh memuakkan.

"Rasmul. Sudah kubilang tidak usah seperti itu. Aku lebih muda dari kalian semua," kataku sambil menyuruh mereka untuk mengangkat kepala mereka lagi.

"Tapi anda adalah ketua kami."

"Sudah kubilang dari dulu. Aku lebih suka jika tidak ada jarak antara aku dengan bawahanku. Kita semua teman, harus saling melindungi," kataku padanya.

"Baiklah tuan— ah maaf, Seon." Lagi-lagi Rasmul menundukan kepalanya. Aku hanya tersenyum.

Adinata Rasnawi Mulyono atau biasa kupanggil Rasmul. Satu-satunya bawahan, atau mungkin tangan kanan, yang paling kupercaya. Dia adalah temanku sejak pelatihan NENA. Bahkan ketika aku dilirik pemerintah untuk menjadi panglimanya, dia tetap mengikutiku meskipun dia tahu tanggung jawab yang hadir nantinya akan lebih berat.

"Jadi mereka di mana?" tanya Rasmul.

"Sebentar, aku lihat pelacakku dulu," kataku sambil mencari human tracker dari dalam tas perlengkapanku.

*beep-beep*

*beeeep*

"Sial, lokasinya tak bisa ditemukan," keluhku sambil terus mencoba mencari mereka.

"Berarti mereka ada di suatu tempat jauh dari posisi kita," kata Rasmul. Aku menghentikan pencarianku melalui alat pelacakku. "Hei kau! Iya kau! Entah siapa namamu, dulu kau pernah ke Bumi kan?" tanya Rasmul.

Gila. Bahkan Rasmul tidak tahu nama anggota pasukannya sendiri. Yah... Inilah kekurangan Rasmul, dia sulit mengapal nama orang. Tapi itu tidak penting karena menemukan teman-temanku lebih penting.

"Siap tuan! Ya, saya pernah!" jawabnya dengan lantang.

"Lalu apa mungkin kau tahu di mana kira-kira mereka berada?"

"Ada 3 tempat yang menjadi perkiraanku. Satu, bunker. Dua, Istana Golru dan yang terakhir mereka ada di sebuah goa di pinggir hutan."

Setelah mendengar informasi dari anggotanya, Rasmul menceritakan semua yang telah dia dengar kepadaku. Kami pun berdiskusi memutuskan ke arah mana kami akan mulai mencari. Secara otomatis kami mencoret bunker. Letaknya sangat sulit dicari lagipula isinya zombie semua. Kini pilihan jatuh pada Istana Golru dan goa di tengah hutan.

"Rasmul. Apa kau pernah mendengar tentang ras Golru?" tanyaku.

"Sedikit. Aku hanya pernah dengar kalau ras Golru membantu manusia untuk hidup di Neptunus dan Pluto," jawab Rasmul.

"Membantu? Dalam hal apa?" tanyaku lagi.

"Membuat dormitory dong. Bagaimana bisa manusia hidup di Neptunus tanpa itu. Lagipula ras Golru memiliki teknologi yang jauh lebih canggih dari manusia."

Sekarang aku tahu harus mencari ke mana.

"Ayo ke goa itu. Hei kau anak bawang! Kau tahu jalan ke goa itu kan?" tanyaku memastikannya. "Kau memimpin ekspedisi pemcarian ini."

"Na-namaku bukan anak bawang! Aku Sandter, Lukazs Sandter! Aku siap memimpin ekspedisi ini!"

***

Castle Above UsWhere stories live. Discover now