- Chase Down -

406 46 22
                                    

ARTHUR POV

"Apa kalian sadar? Sejak kita datang ke sini, tidak ada kegelapan yang hadir. Seperti... Seperti masih ada matahari," kata Rin.

Aku baru tersadar. Seingatku matahari telah meledak kurang lebih 1000 tahun yang lalu. Lalu kenapa di sini terang? Mugkin nanti pertanyaan itu dapat kujawab.

"Tunggu."

Triton memberi tanda agar teman-temannya diam. Dr. Elena yang sibuk memakan buah-buahan di hutan itu langsung menghentikan aktivitasnya.

"Aku mencium ada yang tidak beres di sini."

Aku dan teman-temanku saling berpandangan. Triton tidak mungkin mengada-ada. Dia bukan orang yang seperti itu.

"Sekarang, ayo masuk lebih dalam lagi ke hutan. Aku punya firasat buruk," kata Triton sambil terus melangkah.

Sekilas aku melihat 2 buah bayangan yang berdiri tegak mengawasi kami. Mungkin itu juga sebabnya dia merasa tidak nyaman. Tiba-tiba bayangan itu datang menghampiri kami dengan cepat dari kejauhan.

"He-hei, masuk cepat! Lihat di belakang!" kataku sambil berlari. Mereka semua menengok ke belakang dan berlari mengikutiku.

***

"Apa kita berhasil mengelabui mereka?" tanyaku.

"Kurasa tidak. Kita harus tetap bergerak," jawab Triton.

Aku mengambil beberapa ranting pohon dan batu kecil yang berserakan di tanah. Lalu aku menggesekan batu itu ke ujung ranting. Berharap agar ujungnya menjadi lancip.

"Ini untukmu Triton," kataku sambil menawarkan ranting yang kupikir sudah cukup tajam ini padanya.

"Tidak perlu. Saat kalian makan tadi, aku sudah membuatnya." Triton memperlihatkan bambu runcing buatannya. Tom dan Nandeva juga mengangkat bambu runcing mereka.

"Loh? Memang ada pohon bambu ya?" tanyaku.

"Ada dong. Kau saja yang tidak memperhatikan," jawab Triton.

Tiba-tiba Tom melemparkan bambu runcingnya kepadaku. "Pakailah, aku pikir ini akan lebih berguna di tanganmu."

*trang*

Sayangnya, tangkapanku tak sempurna. Bambu runcing itu jatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras. Aku segera mengambil bambu itu dan tetesan air jatuh dari atasku. Kulihat Triton dan Nandeva telah berdiri dengan raut wajah cemas. Kutengok ke atas dan...

Entah makhluk apa itu.

Berwarna hitam, merayap di pohon dengan lidah panjangnya terjulur keluar. Ekornya terus bergetar bagaikan ular derik. Sementara itu, datang lagi yang satunya. Kali ini makhluk yang satunya berdiri tegak.

"Profesor Bumplebore, bawa Dr. Elena dan yang lainnya ke tempat yang aman," perintah Triton. "Aku, Nandeva, dan Arthur akan mencoba untuk menahan mereka."

Dengan wajah yang sudah pucat, Profesor Bumplebore pun pergi meninggalkan kami bertiga bersama yang lainnya.

Jantungku berdegup cepat. Pertarugan 3 melawan 2, tapi di sini jumlah sama sekali tidak menjamin kemenangan. Kedua makhluk asing ini diam seperti mengawasi gerakan kami. Aku memalingkan pandanganku kepada kedua temanku dan melihat kalau mereka sama tegangnya denganku.

Demi Rin. Hanya itu yang kupikirkan. Aku pun maju memulai serangan.

"Jangan serang bodoh!" teriak Triton.

Namun terlambat, aku telah maju terlebih dahulu. Merasa terancam, makhluk yang berdiri tegak itu mengeluarkan bunyi yang memekakan telinga. Sementara yang satu lagi menjatuhkan diri dari pohon untuk mencabikku. Aku menutup mata, bersiap untuk yang terburuk.

Castle Above UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang