- Exone -

331 36 4
                                    

"Bagaimana mungkin..." kataku.

Di depanku Profesor Bumplebore terbujur kaku dengan bambu yang menancap di dadanya.

"Kau pikir Profesor itu target lempar lembing, hah?!" Tom memarahi Nandeva.

"Bukan begitu Tom..."

"Lalu apa?! Dia terget buruan langka begitu?! Kau meminta bambu runcing itu untuk menombak Profesor? Iya? Jika kau tidak meminta bambu itu, Triton masih hidup sekarang!"

"Tom, cukup!" Dr. Elena yang sedari tadi diam kini angkat bicara. Bagaimana pun juga, dialah yang paling terpukul di sini. Guru sekaligus rekan kerjanya mati di tangan muridnya.

"Triton mati?" Nandeva kembali terisak. Tom pun memegang jidatnya sambil menghela napas panjang, kecewa pada dirinya sendiri yang keceplosan.

Rasmul tiba-tiba berdiri dan berkata, "Biar aku yang menceritakan semuanya."

"Aku pergi meninggalkan Seon untuk mencari Nandeva dan Profesor yang terpencar dari Arthur dkk. Saat itu, aku hampir tersesat sebelum akhirnya mendengar teriakan Nandeva. Secepat kilat, aku berlari ke arah teriakan itu.

Sesampainya di sana, terlihat Nandeva yang melindungi Profesor yang terlihat gila dari Golru-golru itu. Peristiwa itu pun terjadi. Salah satu Golru liar menyadari keberadaanku dan tidak fokus terhadap Nandeva. Ketika Nandeva melempar bambu itu ke arah salah satu Golru yang tak fokus itu, tiba-tiba Profesor Bumplebore melompat, seperti melindungi Golru itu.

Singkatnya, para Golru berhasil dibunuh olehku tapi nyawa Profesor tak dapat diselamatkan. Sekian."

Sekuat apa Rasmul? Dia mampu mengalahkan 2 Golru sendiri. Bahkan Seon sendiri pun kewalahan. Pasukan Seon benar-benar penuh kejutan. Tapi kenapa Seon yang menjadi ketua dan bukan Rasmul? Setelah mendengar penjelasan Rasmul, kami terdiam.

***

"Doktor, bagaimana keadaan Rin?" tanyaku cemas.

"Untuk saat ini stabil, tapi aku tidak tahu sampai kapan. Setidaknya pendarahannya berhasil dihentikan," jelas Dr. Elena. Dia tidak tampak bersedih meskipun orang terdekatnya meninggal.

"Ayo bangun semua!" Seon tiba-tiba berteriak.

"YEAAHH!!!"

Pasukannya pun masih bersemangat. Seolah-olah tak terjadi apapun pada mereka. Benar-benar pasukan yang hebat.

"Aku dan Rasmul memutuskan untuk meninggalkan Jumper sehingga kini tak ada kata kembali. Lagipula siapa yang ingin tinggal bersama pemerintah busuk itu? Tidak ada kan? Seratus pasukan elitku kini tengah dalam perjalanan menuju ke Istana Golru dan sekarang kita akan menuju ke sana juga!"

Tujuan kami selanjutnya adalah Istana Golru. Kami berangkat bersama tanpa memecah kelompok lagi. Sebagai gantinya, Seon dan Rasmul kini berada di sisi terluar dari kelompok ini. Alasan mereka berdua adalah supaya tidak menambah korban jiwa lagi.

"Seon! Satu Golru menuju ke sini!" teriak Rasmul.

"Biar aku yang tangani!"

Dia bergerak dengan cepat. Sepertinya pemberat pada kaki dan tangannya belum dia pakai lagi. Satu tebasan, dua, tiga, Seon terus bergerak semakin cepat hingga sebelum regu penembak siap, Golru itu telah tumbang terlebih dahulu. Seon pun berbalik menatap kami.

"Hah... Hah... Kalian semua, ayo kita lewat jalan ini," kata Seon sambil mengacungkan telunjuknya ke arah yang dia maksud.

Kami melewati jalan yang dipilih Seon. Sejujurnya, aku sendiri tidak yakin ke arah mana kami akan dibawa.

Castle Above UsWhere stories live. Discover now