"Part 15"

12.3K 619 74
                                    

{REVISI}

__•••__

Sasuke menggenggam erat salah satu dari sekian banyak surat untuk dibawa.
Hah, kalian tidak tahu saja jika memang hanya satu surat itu saja yang tersisa. Semua surat-surat itu bahkan sudah hangus dibakar api abadi (Amaterasu) olehnya tanpa repot-repot harus dibaca.

Bahkan berkas Rumah Sakit yang memang tujuan awalnya datang ketempat itu pun terlupakan begitu saja.
Selama dijalan tak ada yang menyapa nya sama sekali. Jangankan menyapa, melihat saja mereka sudah merinding. Sasuke terihat sangat sangat kalut. Terlihat dengan jelas aura menyeramkan menyelimutinya.

Dia membelokkan arahnya menuju kantor pusat Hokage berada. Sepertinya dia tidak mau cepat-cepat pulang. Sesampainya disana Sasuke mengabaikan sapaan penjaga kantor Hokage dan langsung masuk begitu saja.

Ceklek

Mata Sasuke langsung tertuju pada orang yang sedang serius menandatangani entah apa di meja kebesaran Hokage. (Naruto bisa serius juga yak ternyata. #abaikan)

Tangannya terkepal erat.
"Dobe." panggil Sasuke dengan nada mistis.

Merasa ada yang bersuara Naruto sang Hokage ke-7 itu mendongakkan kepalanya terkejut melihat kedatangan sahabatnya yang tak terduga. Ya, biasanya kan Sasuke datang saat ada misi yang sangat serius.

"Whoaaa kurasa kau punya masalah cukup serius. Sampai-sampai datang dengan aura berbeda." persepsi Naruto salah, sangat-sangat salah.

"Lebih dari serius!" tegas Sasuke.

"Aa, baiklah silahkan duduk dulu teme, jangan terlihat seperti harimau lapar saja," ringis Naruto sedikit ngeri melihat Sahabatnya yang terlihat akan mengamuk. Naruto segera menggeser berbagai laporan dan mulai fokus pada Teme-nya itu.

Jika kalian mempertanyakan kenapa harus Naruto? Jawabannya simple, memang siapa lagi yang bisa tahan dan mengerti kelakuan unik Uchiha itu selain dari Naruto. Intinya Sasuke juga manusia butuh tempat curhat. :v.

-Uchiha Sasuke-

Aku menghela nafas pelan mencoba meredakan emosi menyesakkan.

Tetap sama.

Rasanya mau bagaimanapun tetap saja marah. Rasa keinginan untuk menjauhkan-nya dari dunia dan hanya bisa dilihat olehku saja. Hanya olehku.

Aku memang tidak hanya menemukan surat saja. Banyaknya barang yang kulihat tadi di ruangan Sakura juga sebagian merupakan pemberian dari Penggemar Sialan tidak tahu diri itu!

Aku mendudukkan diriku di depan Dobe, aku butuh tempat pelampiasan. Dan itu adalah Naruto, orang yang paling mengenal diriku dan Sakura.

"Pernahkah aku berpesan jika kau harus menjaga Sakura disaat aku pergi?" tanyaku dengan menahan emosi yang meluap-luap.

"I-iYa" jawab Naruto terbata-bata. Naruto mengangguk-angguk mengerti.

"Aa, jika yang kau maksud Sakura terluka seminggu yang lalu. Aku minta maaf saat itu aku tidak sedang disini melainkan sedang memeriksa keadaan ditempat lain jadi sedikit terlambat datang membantu Sakura-chan. Hehehe." tambah Naruto menjelaskan disertai cengiran khasnya menutupi kegugupan yang luar biasa, membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

"Tidak, bukan itu. Tapi, kenapa kau tidak melindungi Sakura dari para Bajingan itu." geram ku dengan meletakkan surat tadi ke atas meja disertai gebrakan kuat membuat Naruto terlonjak kaget.

"Ttebayo, ayolah Teme. Apa harus mengagetkanku seperti ini. Kau hanya perlu meletakkannya diatas meja tanpa harus memakai tenaga berlebihan. Lagian bajingan siapa?" gerutu Si Baka Dobe dengan menjulurkan tangannya mengambil surat tadi.

 "End Of Waiting (Akhir Dari Penantian)"Where stories live. Discover now