1. Status Baru

3.9K 325 38
                                    

Aku sudah sering berusaha memejamkan mata. Dari masuk kamar hingga terlentang di atas ranjang dan kini pikiranku masih menerawang pada kejadian malam ini.
Dari keberanian yang aku lakukan pada Ale sebagai penebus kesalahan, lalu ciuman yang aku layangkan begitu saja padanya di mobil tadi.

Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranku sekarang. Apa karena pernyataan Ale yang tiba-tiba atau ada perasaan lain dalam diriku. Oh, demi apapun aku tidak tahu.

Beberapa alasan yang Ale katakan untuk membuatku yakin, mampu membuat otakku tidak berpikir dengan baik.
Sejujurnya aku hanya ingin tahu kenapa dia bisa mencintaiku.
Aku bahkan masih ingat kapan pertemuan pertama kami, apa saja yang kami lalui dan tentang rencana konyol itu. Dia tahu itu semua. tapi, dengan yakin dia menyatakan perasaannya.

******

Hingga detik ini, aku masih belum menemukan jawaban yang bisa aku nyatakan pada Ale. Jika masalah perasaan, aku lebih berhati-hati. Tapi, bukan berarti kemungkinan untuk mencintainya tidak ada. Aku hanya perlu meyakinkan perasaanku. Ale pun tidak menuntutku segera menjawab. Selama dia menghubungiku, dia tidak menyinggung apapun. Dan itu membuatku lega.

Terhitung sampai hari ini, pernikahan kami akan berlangsung satu minggu lagi. Aku tidak tahu jika waktu begitu cepat berlalu. Satu minggu yang akan aku habiskan hanya di rumah.
Tidak ada acara keluar untuk jalan-jalan atau melakukan kebiasaanku. Ibu melarangku. Ini demi kelancaran pernikahan katanya.

Satu minggu dengan status lajang, masih tinggal bersama orangtua dan tidur sendirian.
Tunggu. Tidur sendirian.
Ya, selama ini aku bahkan belum memikirkan hal itu. Hal yang,,,, arghh. Ini yang tidak aku suka.

Tidur dengan orang lain. Dan itu akan berlangsung untuk selamanya.
Oh Tuhan, apa aku bisa melakukan kebiasaan itu?
Tinggal di satu kamar dan tidur pada ranjang yang sama dengan lelaki yang berstatus sebagai suami. Terbangun di pagi hari lalu tersenyum menyambut pagi dengannya. Menyiapkan keperluan dari segala aspek.
Mengurus rumah, keperluan dan lain-lain. Apa aku siap dengan itu semua?

" Gue kok baru kepikiran ya?" aku bermonolog. Duduk di atas ranjang dengan gelisah.

" Gimana kalo si Ale nuntut gue harus ngelakuin apa kemauan dia? "

" Arghh,,,, harusnya gue omongin ini sama dia. Gue belum siap. "

" Gimana kalo dia pengen gue cepet hamil? "

Aku mencari ponsel yang entah aku letakkan di mana sebelumnya. Aku harus melakukan sesuatu.

" Duuh, mana tu henpon. Ayshh,,,, lagi butuh juga. " tanganku meraba-raba berharap ponsel itu segera kutemukan. Bahkan bantal-bantal di sekitarku aku angkat.

Tak lama karena terlalu sibuk memikirkan masalah itu, aku mendengar dering ponselku berbunyi.

Aku menepuk dahi karena teringat jika ponsel itu aku letakkan di dalam laci samping ranjang. Ternyata hal ini membuat fokusku terganggu.

Aku menarik laci itu dan mengeluarkan ponsel lalu melihat layar. Suatu kebetulan sekali karena yang menghubungiku adalah Ale.

Aku segera menggeser ikon hijau itu ke kanan dan menempelkan pada telinga.

" Selamat siang, calon istri, " sapanya.

" Selamat siang juga, calon suami. Kebetulan banget kamu nelpon! "

" Kenapa calon istriku? Kamu kangen? "

Ini bahasanya kenapa jadi gini deh?

" Le, aku mau ngomongin hal serius sama kamu! " jelasku.

Mission 2 (✔)Where stories live. Discover now