7. First Mission

1.5K 245 28
                                    

Pilihan tepat saat aku membawa Yuki ke rumah orangtuanya. Karena hal itu, hubunganku dengannya lebih baik sekarang. Yuki terlihat lebih peduli, lebih cerewet dan lebih manis. Aku anggap cerewetnya adalah perhatian.
Di sana, kami tidur di kamar yang sebelumnya Yuki huni sendiri.
Tidur kami masih seperti biasa. Berjarak.


[••••]


Dua hari sudah cukup, aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Yuki sendiri tidak keberatan. Mungkin dia juga berpikir bahwa tidak baik berlama-lama di sana.

Kedatangan kami disambut Icha yang tengah menggendong Yoshi.
"Bunda mana?" tanyaku.
"Di dalem. Yuk masuk! "
Kami berdua masuk dan duduk di sofa.
Remote di atas meja kusambar lalu menyalakan tv.

"Le, aku ke Bunda dulu ya!" izin Yuki. Aku mengangguk.
Selanjutnya Yuki pergi meninggalkan aku, Icha dan Yoshi.
Kulirik, Icha mendekat sambil melihat ke arah Yuki pergi.

"Stt,, udah ada progress belum?" tanyanya sambil menyenggol lenganku. Alisku bertaut bingung.
"Apaan?" tanyaku.
"Issshh, sok polos banget sih. Gue nanya hubungan lo sama Yuki gimana? Dua malam lho kalian di sana, " jelasnya bisik-bisik.

"Lo ngarepnya gimana? Sikapnya biasa aja gue bersyukur. " jelasku. Kutatap lagi layar tv menyaksikan acara yang sebenarnya tidak aku mengerti.

"Ck,, " decaknya. "Misi gue kaya'nya akan dimulai sekarang."
Kini aku kembali menatap Icha.
"Misi apaan?"

Icha tersenyum penuh arti. "Lo cuma harus nurutin perintah gue." ucapnya padaku . "Yoshi, kita mulai! " kini Icha beralih pada Yoshi seolah bayi menggemaskan itu mengerti ucapannya.

[••••]

"Bun, lagi ngapain?" Yuki menyapa ibu mertuanya. Maia menoleh lalu tersenyum. "Bunda lagi masakin makanan favorit Al, sayang. Kamu apa kabar? Bunda kangen, " Maia mematikan kompor lalu berbalik memeluk Yuki gemas. Yuki tertawa, "Yuki juga kangen. Oh ya, emang Ale suka makanan apa?" Yuki bertanya.

"Ayam goreng tepung." jawab Maia.
Yuki mengangguk sambil ber o tanpa suara. Yuki melirik ke arah piring. Beberapa potong ayam yang baru saja mertuanya goreng itu terlihat menarik. Menggugah seleranya untuk mencicipi.

"Oh ya, selain ini, Ale suka apa lagi, Bun? "

"Nasi goreng. Yang pasti harus pedes sih. Kalo nggak pedes, Al nggak akan makan.! "
Lagi, Yuki mengangguk.

Yuki terdiam sebentar. Indra pendengarannya merekam sesuatu. Suara tangisan yang Yuki yakin milik siapa itu membuatnya bertanya-tanya.
"Bun, itu suara Yoshi, kan? Kok nangis gitu ya? Bukannya tadi sama ibunya? "

Maia menggeleng,
"Coba aku cek ya Bun! " izin Yuki,
"Iya, coba kamu cek,"

Yuki berlari ke sumber suara. Dilihatnya Yoshi tergeletak di atas ranjang dengan botol susu yang tergeletak tak jauh dari tubuh bayi itu. Suara tangisan yang membuat kaki Yuki mau tidak mau melangkah lebih cepat.
"Sayang, mama kamu mana?"
Yuki menggendong tubuh mungil itu lalu menggerakkannya berharap tangisan bayi itu mereda.
"Kamu laper? Hah,,, iya? Mama kamu mana?  "

"Uh,,, anak baik nggak boleh cengeng. Yoshi anak baik kan?" Yuki menatap Yoshi. Botol susu yang tergeletak itu ternyata sudah habis.

"Duh, ini habis pula. Gimana nih. Icha mana? Gue nggak bisa buatin susunya. " Yuki bermonolog. Rautnya panik karena bingung harus berbuat apa.

Yuki keluar dari kamar, "Cha, Yoshi laper. Ini susunya di mana?" Yuki berteriak. Tidak ada jawaban apa pun selain ibu mertua yang menghampirinya.
"Yoshi kenapa sayang?"

"Kaya'nya laper Bun. Susunya abis. Bunda tau di mana Icha narok susunya Yoshi?"

"Di lemari dapur, sayang."

"Oh, ya udah. Yuki buatin dulu. Bunda pegang Yoshi ya, " Yuki bergegas. Tangisan Yoshi yang semakin menjadi membuat panik Yuki bertambah. Gadis itu pergi ke dapur dan mencari susu formula yang disimpan Icha.

Setelah ketemu, Yuki terdiam. "Ini buatnya gimana?" tangannya menggaruk kepala. " Kan gue nggak tau. Ya ampuun.  " Yuki menepuk jidatnya karena sadar jika dirinya belum pernah membuat susu formula untuk bayi.

"Sayang, susunya ketemu belum?" teriak Maia dari depan.

"Iya Bun, ketemu. Sebentar ! " Yuki memutar kaleng susu itu berharap ada tulisan yang bisa membuatnya tidak sembarang membuat susu untuk Yoshi.

"Ini nih yang buat gue belum siap jadi ibu. Buat susu bayi aja masih nyontek. " lagi, Yuki bermonolog. Terdengar seperti keluhan.
Setelah membaca tulisan kecil yang membuat matanya memicing itu, Yuki menirukan apa yang tertulis. Mengambil beberapa sendok kecil susu bubuk, memasukkan ke dalam botol susu, lalu mencampurkan dengan air hangat. Dia kocok hingga air dan susu menyatu, lalu kembali dicampurkan dengan air dingin.
Wajah Yuki sedikit tegang. Dia pandang botol susu itu lalu dikeluarkan sedikit lewat ujung dot dan dia rasakan suhu susu itu.  Dirasa cukup dingin, Yuki segera melangkah meninggalkan dapur tanpa membereskan meja yang kotor akibat bubuk susu yang tumpah.

"Bun, ini susunya udah jadi. Ini udah bisa diminum Yoshi, kan?"

Maia meraih botol susu itu, setelah merasa yakin, susu itu Maia berikan pada Yoshi. Tangisan Yoshi kini tidak lagi terdengar, Yuki bernapas lega.

"Akhirnya diem juga." komentar Yuki. Wajahnya senang melihat Yoshi anteng di gendongan ibu mertuanya.
"Yuki, bisa gendong Yoshi lagi? Kerjaan Bunda belum selesai di belakang." Yuki mengangguk. Yoshi kembali Yuki gendong.

Maia hilang di balik pintu disambut Icha yang tertawa senang. "Awal yang bagus, Cha." puji Maia.
"Iya dong, Tan. Icha gitu. Ya kan Al? " Icha berbalik ke belakang. Al mengangguk dengan wajah yang tidak antusias.

Rencananya kok bikin gue kasian sama Yuki ya?

"Al, kok kamu keliatan nggak seneng gitu?" Maia bertanya.

"Al kasian sama Yuki, Bun. Yuki keliatan bingung banget waktu buat susu untuk Yoshi. Al jadi nggak tega!"

"Lo tuh gimana sih? Ini demi kebaikan lo tau nggak." ucap Icha.
Maia mengangguk setuju.

"Kita buat Yuki sayang sama Yoshi, lama kelamaan, keinginan untuk punya anak sendiri akan tumbuh di hati dia. Sekarang, tinggal tugas lo ngeyakinin perasaan Yuki ke elo. "

"Iya sayang. Sampe kapan kalian gini? "

"Iya Bun, Al juga pengennya gitu. Tapi,,, "
Ucapan Al terpotong. "Udahlah Al, kita di sini itu pengen lo bahagia. Lo cinta kan sama Yuki? "

Al mengangguk.

"Yakin deh misi ini akan berhasil. "

Baiklah, Al menganguk pasrah. Matanya mengintip Yuki di balik pintu.

Di ruang tengah, Yuki masih betah menggendong Yoshi. Sesekali Yuki tertawa, mulutnya bergerak seolah mengajak Yoshi bicara.

Tanpa disadari, bibir Al tertarik ke atas.

Kaya'nya, cinta aku nambah ke kamu.


Tbc


Mission 2 (✔)Where stories live. Discover now