21. Kisah Kita

1K 164 9
                                    

Di mobil, kami memilih diam. Lelah berdebat karena Ale benar-benar membawaku ke sebuah tempat.

Mobil berhenti.
"Ale, kok di sini? " tanyaku heran.

Ale tersenyum. "Kamu masih inget tempat ini? " tanyanya.

Aku mengangguk.

"Sesuai sama alamatnya kan? " tanya Ale.
Aku diam sambil berpikir.
"Eh iya ya. Kok baru sadar? " ucapku.

Ale tertawa pelan.

"Tapi kenapa di sini? Aku pikir kamu bakal bawa aku ke resto mahal gitu. "

"Hahahah,,,, ngarep ya? " tanya Ale sambil tertawa. Sebenarnya lebih terdengar seperti ejekan.

"Sayang, tempat ini adalah tempat pertama kamu kenalin aku sama Arina, makanya aku mau tempat ini jadi tempat terkahir untuk aku ketemu dia lagi." jelas Ale.

"Oh ya? " tanyaku. Ale mengangguk yakin.

"Ya udah, ayo turun. Aku nggak mau lama-lama dalam masalah ini. Kalo lama-lamanya sama kamu sih rela banget. " Ale mengedipkan sebelah matanya genit.

"Pengen aku cubit banget kayaknya. " ancamku sok serius . Ale hanya tertawa.

Kami masuk, lalu mengambil tempat untuk duduk. Tak lama, seorang pelayan laki-laki mendatangi kami menawarkan pesanan.
Ale memesan minuman, hanya itu.

"Cuma minum? " tanyaku.

"Iya. Kan ke sini cuma mau nunggu Arina dateng. Kalo udah selesai, kita pergi. " jawab Ale.

"Ke mana? "  tanyaku.
"Ke mana aja terserah kamu. Yang penting nggak ketemu mereka. " jawab Ale.
Mereka yang dimaksud Ale adalah Arina dan Roy.

"Oh iya sayang, kalo diingat lagi, hubungan kita ini unik ya. " ucap Ale membuka obrolan.

"Unik?" tanyaku.
"Maksudnya karena kita yang awalnya nggak mau dinikahin, tiba-tiba menikah dan jatuh cinta? " tebakku.
Ale tertawa ringan.
"Iya. Kamu masih inget nggak sih apa aja yang udah kita lewatin selama ini? " tanyanya.

"Aku pernah baca kalo cinta itu adalah sebuah kegiatan aktif yang dilakukan manusia," Ale menunjuk dirinya, "Terhadap objek lain," sambungnya menunjuk ke arahku.
"berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut. Dan aku baru percaya setelah ketemu kamu. "

Ale bicara panjang lebar mendeskripsikan perihal cinta.

Entah, ada sebuah rasa bahagia dalam diriku saat ini mendengar tiap kalimat manis yang meluncur dari bibirnya.

"Kita yang dulu bawa Arina dan Bambang cuma buat agar orang tua kita batalin pernikahan, malah kita sendiri yang terjebak dalam permainan. "

"Dan Roy, saat pertama kali aku liat dia nyamperin kamu dan narik kamu secara paksa, aku dateng kayak jagoan mau lawan dia demi belain kamu. Ya walau akhirnya kita kabur. "
Ale terkekeh menceritakan kisah pertama kalinya dia melawan Roy.

"Kamu tuh udah kayak magnet, narik aku biar terus perhatiin kamu. " ucapnya terdengar seperti gombalan.

"Lebih gregetnya lagi, ketika kamu yang pernah buat aku malu di hadapan orangtua aku , permaluin aku di bioskop, mandiin hp aku, terus masalah anak setelah nikah. Dan semua itu nggak juga buat aku untuk berhenti perhatian sama kamu. "
Ale meraih tanganku, menggenggamnya dan menatap mataku dalam.

"Hingga suatu hari aku yakin, apa yang aku lakuin selama ini beralasan. Karena aku cinta kamu. Cintaaaaaaa banget sampe aku rela mau lakuin apa aja demi buat kamu bahagia. "
Ucapnya sungguh-sungguh.
Aku terpana melihat kesungguhan yang Ale tunjukkan, lalu seketika rasa penyesalan hadir kembali. Kenapa tidak kusadari sejak awal jika aku pun memiliki rasa yang sama padanya.
Aku cemburu saat ada orang lain berusaha mencuri perhatiannya. Aku terlalu naif saat aku mengatakan jika kecemburuanku hanya didasarkan status pernikahan. Lalu pada akhirnya aku terbakar oleh api kecemburuan.

Mission 2 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang