8. Kesayangan

1.3K 237 41
                                    

Yoshi sudah mengambil hati Yuki. Buktinya, setiap ada kesempatan, Yuki selalu menyempatkan diri paling tidak menggendong Yoshi.
Yuki bahkan sudah sangat cekatan membuat susu formula Yoshi. Berbeda jauh saat pertama kali aku lihat paniknya waktu itu.
Icha yang melihat perkembangan  Yuki, selalu memberitahukan padaku. Katanya, Yuki selalu tertawa melihat tingkah Yoshi. Lalu, saat Icha sengaja menyibukkan diri, Yuki bersedia menggantikan Icha mengasuh Yoshi. Bahkan, Icha juga mengatakan bahwa Yuki pernah mengungkapkan sebuah keinginan.
"Cha, kalo gue punya anak, udah cocok belum sih? "

"Kok gue ngerasa pengen jadi ibu ya?"

Mendengar kalimat itu dari Icha membuat bibirku tertarik ke atas. Hatiku senang, karena setidaknya misi keluargaku untuk membuat perasaan Yuki tumbuh terhadap anak berhasil.


"Ale, kamu udah mau berangkat? " Yuki masuk ke dalam kamar membawa serta Yoshi dalam gendongannya.
"Eh, Yoshi udah sama kamu aja. "

"Iya, Icha lagi ada kerjaan di dapur. Karena Papanya juga sibuk, aku kasian aja sama Yoshi nggak ada yang pegang ." ungkapnya.

Aku kembali bercermin.
"Ale, itu dasi kamu miring. " ujar Yuki padaku.

Yuki meletakkan Yoshi di atas ranjang, lalu mendekat ke arahku yang saat ini sudah berbalik menatapnya.

"Kamu tuh udah tua, masang dasi aja miring. " ucapnya. Tangannya menyimpulkan dasi pada leherku .
Sedang aku?
Tentu saja aku menatap bidadari Tuhan yang sekarang sudah sah menjadi milikku itu.

"Nih, kalo gini kan rapi. " ucapnya setelah selesai. Aku berbalik menatap cermin melihat hasil karya tangan Yuki yang katanya lebih rapi dari simpulanku.
Dan benar. Ini lebih baik.

"Makasih ya. " ucapku dibarengi senyum.  Yuki mengangguk.
Yuki kembali menggendong Yoshi. "Aku tunggu di meja makan!"

Yuki keluar bersama Yoshi. Kudengar, Yuki menggumam gemas bicara pada Yoshi dengan bahasanya yang tidak begitu aku mengerti.

Tak lama, aku keluar kamar menuju ruang makan.

"Al, ayo sarapan! " panggil Bunda padaku.

Aku mengambil tempat duduk di sebelah Yuki. Kini Yoshi sudah tidak bersamanya lagi.

"Al, sarapannya Yuki yang buat lho. " jelas Bunda. Aku menatap Yuki yang tersenyum malu-malu.

"Oh ya? " tanyaku.

Yuki mengangguk ragu.

Baiklah, aku tidak sabar untuk menyicip makanan yang pertama kali Yuki masak setelah hampir sebulan menjadi istriku.

Satu sendok nasi goreng itu masuk dalam kerongkongan setelah aku kunyah. Kurasakan di lidah, ini mirip masakan buatan Bunda yang sangat aku hafal rasanya.
Aku menatap Yuki dan Bunda bergantian. Yuki terlihat tegang dan was-was. Aku yakin, dia masih merasa ragu atas masakannya yang aku makan pagi ini.

Sebuah ide muncul di kepalaku. Aku menelan satu suapan itu lalu menghempaskan sendok dan garpu di atas meja. Kupasang wajah kecewa dan selanjutnya kumajukan piring berisikan nasi goreng itu ke depan.

Yuki meringis dibuatnya. Dalam hati, aku makin bahagia karena kejailanku sudah berhasil membuat Yuki merasa buruk.

"Ale, maaf. Nggak enak ya? "

Aku menatapnya memasang muka datar.
1
2
3

Cup

Kulayangkan ciuman singkat pada pipi Yuki dengan cepat.

"Haha,,, ini lebih dari enak. " ucapku. Kutarik lagi piring itu dan menghabiskan sisa nasi yang ada.

Bunda, Ayah, Icha dan Rendy menatap aku dan Yuki dengan tatapan "Ini si Al lagi ngerjain Yuki? "

Yuki menunduk malu.
Pipinya merona saat aku mencuri-curi pandang ke arahnya.

Kakinya menendang kakiku pelan.

"Nggak tau tempat banget sih. !" keluhnya.

"Jadi kalo di belakang mereka, boleh dong! " ucapku berbisik.

Yuki mengabaikan ucapanku. Dia melanjutkan sarapannya tanpa bicara lagi.

[••••]



Ada kesan tersendiri saat seorang istri, yang dengan perhatian menanyakan kepulangan suami dari kerjanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ada kesan tersendiri saat seorang istri, yang dengan perhatian menanyakan kepulangan suami dari kerjanya.

Aku? Tentu saja aku bahagia.

Chat itu masuk setengah jam yang lalu, dan dalan hitungan menit aku akan segera pulang ke rumah. Aku yakin, Yuki akan menceritakan kegiatan hari ini bersama Yoshi.


Sebuah chat kembali masuk.

Al, ntar malem gue sama Rendy mau kencan. Dan gue mau lo ajak Yuki ikut kita.

•Kita double date, 

Double date?

Menarik, karena selama hampir sebulan ini, aku dan Yuki belum menghabiskan waktu jalan berdua. Dan mungkin akan lebih seru karena status kami sudah menjadi sepasang suami istri.

•oke, gue setuju.
•gue akan minta Yuki ikut.


[

•••••]

Yuki dan aku sudah siap meluncur ke tempat dimana Icha dan suaminya menunggu.
Aku menggunakan mobil yang Yuki bilang warnanya tidak begitu dia suka. Tidak apa, aku hanya perlu membiasakan ini agar Yuki bisa merubah pandangannya. Layaknya hubungan kami.

Di perjalanan, kami mengobrol ringan. Termasuk membicarakan tentang ciuman yang aku layangkan padanya pagi tadi.
Sebenarnya aku yang memulai. Kulihat Yuki malah enggan membahas itu, kurasa dia malu. Apalagi saat aku mulai merembet ke kejadian ciuman yang terjadi saat bulan madu di Bali beberapa waktu lalu.

Dia hanya mengatakan. "Ale, bahas yang lain dong. !"

Dan panggilannya itu masih tetap konsisten. Tidak berubah sama sekali.

"Dari pertama ketemu, terus nikah dan kamu masih suka manggil aku Ale."
Yuki menoleh ke arahku.
"Kamu keberatan? " tanyanya.

Aku menggeleng.

"Nggak. "

"Yang buat aku heran , tanpa sadar aku mulai suka panggilan itu. "

"Oh ya? Bagus dong. Aku juga nggak tau kenapa. Nyaman aja manggil kamu itu. "

"Kesannya manja ya?"
  tanyaku menggoda.

"Manja? " tanyanya memastikan.

"Iya, 'Ale'. Kedengarannya manja kan? "

Yuki terdiam sesaat. Mungkin berpikir.

"Maybe. " jawabnya sambil mengindikkan bahu.






Tbc

Udah lama ya ga update. Maafkeunlah,,, Lagi ngerjain yg lain soalnya.
Cek IG aku kalo mau tau. (Bukan promo)
Hihihihi 😝😝




Mission 2 (✔)Where stories live. Discover now