6. Dari mata, turun ke,,,

1.7K 232 88
                                    

"Gagal. Yuki dateng bulan. Puas?"

Meninggalkan mereka dengan mengatakan penjelasan singkat itu tidak membuat aku lega. Aku justru semakin tidak tenang.  Terlebih sekarang, Icha masuk dalam lingkaran ini.
Bunda dan Icha kan sebelas dua belas.

Sebuah ingatan tentang Arina beberapa waktu lalu tiba-tiba muncul. Bukankah kegagalan hubungan yang dibangun pura-pura itu kandas akibat ide bunda.

Aku harus siap jika nanti Icha dan bunda kembali mencari ide atau bahkan menjadikan ini misi mereka untuk membuat kami segera mempunyai anak.

Aku pusing. Yuki terlihat tidak baik. Sejak insiden ciuman(?) itu, entah kenapa, Yuki selalu menghindari kontak mata denganku. Apa dia benar-benar malu?
Namun entah kenapa,  saat melihat tingkahnya itu, aku justru lebih senang untuk menggodanya.

Senyumku masih mengembang saat sebelum Icha merusak itu semua dengan datang bersama wajah menyebalkannya itu. Aku tahu, dia pasti akan mengejek karena malam bulan madu yang harusnya menyenangkan, berubah gagal karena alasan tidak terduga.

Lihat sekarang, seringaian yang lebih suka kusebut senyum orang tidak waras itu mengintimidasiku bahkan sebelum ada kata yang keluar dari mulutnya.

"Ngapain lo? Mau ngejek gue?" ketusku.

"Lah,,, kok sekarang lo yang sensi sih? Lo nggak lagi pms kaya' bini lo kan?" jawabnya sambil duduk. Aku bergeser agak menjauh.

"Gue ke sini itu mau nanya sesuatu sama lo."
wajah Icha terlihat serius.

"Apa?"

"Gue kok ngerasa hubungan kalian itu agak aneh ya?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.

"Aneh gimana?"

"Udahlah,, jangan pura-pura bego. Gue tau biar lo nggak cerita. Informasi gue lebih banyak di sini."

Informasi? Bisa aku berpikir jika yang dimaksud Icha adalah bunda.

Aku menatapnya curiga.

"Sini deh. Lo tau siapa yang nyiapin bulan madu lo, yang udah ngabisin uang jutaan yang pada akhirnya gagal ini?" ucapnya berbisik merapat padaku.

"Elo." jawabku

Icha menggeleng.

"Tante Maia."

"Hah? Kok Bunda?" tanyaku kaget.

Icha mengangguk.

"Gue cuma ngasih tiket pulang pergi lo doang. Hahahah,,, " jawabnya disertai tawa.

"Kenapa bisa?" aku bertanya dengan tampang serius.

"Menurut lo?"

"Ini masih mengenai anak, Al. Bunda lo tuh kesepian. Mau main sama siapa kalo bukan sama cucu. Sama Yoshi? Nggak bisa lah,"

"Gini ya, Bunda lo bahkan tau apa yang terjadi sama lo dan Yuki."

"Maksudnya?"

Ini seperti teka teki. Icha yang baru datang seolah-olah tahu semua. Sedang aku? Seperti banyak ketinggalan gosip saja.
Icha menghela napas.

"Yuki belum siap punya anak, kan?"
Icha bertanya. Pertanyaan yang tidak pernah aku pikirkan. Aku yakin Icha tahu sesuatu. Tapi tahu dari mana? Bunda? Lalu bunda tahu dari siapa? Tidak mungkin Yuki.

"Ngarang lo!" kilahku. Wajahku tidak lagi menatapnya. Aku kan sedang berbohong.

"Udah, nggak usah sok nutup-nutupin. Lo tuh bersyukur gue ada di sini. Jadi bisa bantuin lo untuk wujudin keinginan bunda lo."

Mission 2 (✔)Where stories live. Discover now