4. Honeymoon

1.7K 250 42
                                    

Honeymoon itu satu kata paling membahagiakan bagi para pengantin baru menghabiskan waktu bersama untuk saling mencurahkan perasaan. Apakah benar? Aku tidak yakin.

Semalam saja kami bertengkar gara-gara hal itu.
Siapa sangka jika amplop pemberian dari Icha adalah tiket pesawat kami menuju Bali dan mengatakan bahwa kami harus ke sana untuk melakukan honeymoon.
Bahkan, bunda dan ayah berpesan,  " Al, semoga Bunda sama Ayah cepet dapat kabar baik dari kalian, ya! "

Tahu kan maksud ucapannya?
Tentu saja masih seputar cucu. Dan dengan jelas, Yuki kembali ngambek. Andai rasa cinta yang aku miliki padanya masih sebesar biji jagung, akan aku abaikan saja tingkahnya itu. Sayangnya, cinta ini sudah berkembang seperti ladang tempat jagung itu ditanam. Besar.

Eittsss,,,, itu hanya perumpamaan. Karena faktanya, aku belum mengukur seberapa besar cintaku. Yang aku tahu, aku mencintai Yuki. Dan mungkin akan bertambah seiring waktu kebersamaan kami.
Lagipula, seorang perempuan memang seperti itu kan?
Merasa ingin selalu dimengerti, ingin selalu dituruti, ingin ini, ingin itu dan masih banyak lagi. Aku tidak masalah selagi aku bisa. Mungkin hanya butuh kesabaran yang ekstra.

Semua keperluan siap. Icha menjelaskan beberapa hal seputar bulan madu kami di sana.
Katanya, setelah kami sampai pada Bandara, kami akan dijemput seorang guide menuju hotel. Setelahnya sang guide akan menjelaskan kami pergi ke mana saja selama di Bali.

Biar dengan wajah yang amat sangat terpaksa, Yuki tetap menyiapkan beberapa pakaian dan barang-barang lain yang akan kami butuhkan selama di sana. Beruntung, bulan madu itu hanya empat hari tiga malam . Bayangkan jika lebih dari itu ? Bisa mengamuk Yuki padaku. Menyeramkan.

" Inget ya, di Bali jangan ambil kesempatan! "

Dihhh belum sampe juga udah diwanti-wanti.

" Apa mau kamu aja Ki. Aku nurut! " jawabku pasrah. Bisa apa? Aku hanya bisa seperti ini. Untuk ke sekian kali, aku tidak akan memaksakan kehendakku padanya.



********


Pantai Pandawa menjadi tujuan pertama kami setelah satu jam setengah yang lalu kami habiskan di jalan. Seorang guide menjemput kami dari Bandara Ngurah Rai Bali dan membawa kami dengan kendaraannya menuju pantai dengan pasir putih ini. Tempatnya indah. Bahkan Yuki terlihat bahagia.
Apakah seorang perempuan selalu seperti itu?
Maksudku, moodnya sering berubah-ubah. Terkadang cepat kesal, lalu berubah bahagia. Ini yang sering aku keluhkan.
Wajar jika banyak lelaki mengatakan bahwa perempuan sulit dimengerti. Bahkan diamnya saja menandakan 'Iya'.
Sebaliknya,  lelaki justru selalu dituntut untuk tegas memeberi jawaban, tidak ribet seperti perempuan.

Karena pantai ini dihiasi tebing yang cukup tinggi, sebuah olahraga menantang adrenalin tersedia. Paralayang.  Sama sekali tidak membuatku tertarik. Ya, aku takut ketinggian. Baiklah tidak perlu dibahas karena tujuan kami selanjutnya pergi ke sebuah Pura. Seperti biasa, pemandangan yang disuguhkan selalu indah. Bukankah tempat wisata di Bali sudah terkenal sampai mancanegara? Jadi tidak heran bukan?

Tiba saatnya makan malam sebelum kami check in hotel. Katanya makan malam romantis.  Tapi, sepertinya Yuki tidak menikmati itu. Dia makan dalam diam. Entahlah ada apa lagi. Aku mencium sesuatu yang tidak beres dari gelagatnya.
Wajahnya tidak seriang siang tadi. Terlihat pucat.

Aku meraih tangannya di atas meja, " Yuki, kenapa? "

" Nggak tau nih Le, perutku tiba-tiba nyeri!  "
Jawabnya sedikit meringis. Mulutnya mengunyah dengan tempo yang lambat.

Eh, nyeri kenapa?

Pikirku.

" Kenapa bisa ? "

Mission 2 (✔)Where stories live. Discover now