Chapter 7

392 40 2
                                    

Setelah kepergianku dengan Kimmon telah usai, aku memutuskan pulang untuk berjalan kaki karena Kimmon memiliki urusan yang lebih penting daripada mengantarku pulang. Kau tahu, ditengah perjalananku aku sempat melihat Ohm dari kejauhan sedang duduk bersandar dihalte dengan mendengarkan musik melalui headsetnya. Entah ia menunggu bisa tujuannya datangkah atau ingin merenung aku tidak tahu, yang jelas ia nampak menenangkan diri disana. Aku ingin duduk disana karena itu adalah salah satu halte bis yang menuju kerumahku, tapi aku masih merasa malas dan muak dengannya.

Akhirnya aku memaksakan diri menuju halte tersebut dan duduk menanti bis datang disana. Ku keluarkan hand spinner ku dari dalam saku celanaku untuk menghilangkan rasa bosanku menanti bis. Namun saat aku menengok kekanan yang saat itu Ohm duduk disebelah kananku, aku pun nampak heran dengannya karena air matanya jatuh berlinang dan jakun tenggorokannya seperti menelan ludah. Apa yang terjadi dengannya? Apakah ia berkelahi lagi dengan ayahnya tentang pernikahan itu?

Aku pun tidak sadar saat ia membua matanya dan terkejut melihatku hingga membuatku terkejut pula.

"Hoey." Ohm terkejut melihatku sedangkan aku langsung membuang muka padanya. "Mengapa kau ada disini?" Tanyanya yang posesif padaku. "Oh .... apa kau ingin balas dendam padaku karena apa yang telah ku lakukan padamu, iya?" Dia menuduhku yang tidak-tidak dan mulai membuatku sedikit terpancing emosi.

"Sungguhkah? Aku tidak akan balas dendam padamu dengan apa yang kau lakukan padaku. Karena aku sudah tahu bahwa kau menyesali semuanya sehingga membuat air matamu mengalir, bukan?" Aku menjawabnya dengan acuh tanpa melihatnya.

"Huh? Menangis?" Lalu terdengar suara resakan ingusnya dan lantas menghapus air matanya sambil mengatakan "Aku tidak menangis. Apalagi menangis karena menyesal karena memperlakukanmu." Ohm berusaha membela diri.

Aku menengok padanya dan aku mulai keceplosan karena menanyakan "Benarkah? Jadi, kau menangis karena ayahmu?"

Mungkin lebih tepatnya aku tidak sedang keceplosan, aku memang sengaja melakukan hal itu karena aku ingin tahu seberapa besar beban yang ia tanggung mengenai pernikahan yang diinginkan ayahnya. Dari pertanyaanku itu membuat Ohm terlihat kembali merenung dan bersedih lagi.

"Kenapa? Apa kau tersinggung dengan ucapanku?" Aku menanyainya yang sepertinya ia merasa tersinggung.

Ohm pun terdiam tidak menoleh malah menundukan kepalanya. Lalu aku pun juga terdiam tidak berani berkata apa-apa lagi takut ia aka menjadi-jadi kepadaku. Tapi tiba-tiba aja ia menanyai pendapatku

"Menurutmu." Ia kembali berkata "Apa kau akan membiarkan orang tuamu menikah lagi?" Tanyanya yang kemudian menengok padaku.

Sejenak aku teridam sembari merangkai kata-kata yang tepat untuk memberinya motivasi pula, entah kenapa malam ini aku merasa kasihan ketika ia sedang bersedih tapi jika ia mulai melunjak seperti beberapa hari ini aku justru merasa muak dengannya.

"Kau tahu, seandainya aku tidak memiliki ibu dan hanya memiliki seorang ayah. Setiap saat aku pasti sangat menginginkan kasih sayang dari seorang ibu lagi. Dan saat aku mendengar ayahku ingin menikah lagi, tentu aku sangat marah padanya. Tapi coba kau bayangkan, apakah ia sanggup menjadi ayah dan ibu sekaligus? Jika kau menanyakan pendapatku, mungkin aku akan membiarkannya menikah lagi. Karena aku tahu, tidak mudah merawat dan membesarkanku." Jawabku yang menasehatinya dengan baik-baik saja.

Dia justru melamun melihatku, entahlah ia melamunkan apa. Tapi mungkin ia sedang memikirkan kata-kataku yang baru saja ku ucapkan itu.

"Apa kau mengerti dengan apa yang ku katakan?" Aku menanyainya karena melamun.

"Um." Ia menjawab sesingkat itu.

Sebelumnya aku sudah melihat bis sedang menuju kearahku. Hingga akhirnya bis tersebut berhenti dan kemudian pintu terbuka. Aku lantas berdiri dan berpamitan padanya

I'm Crush On You!!Where stories live. Discover now