Chapter 9

384 41 1
                                    

Saat aku menikmati waktu makan siangku seorang diri kesokan harinya, Ohm datang duduk didepanku juga menikmati makan siangnya. Entahlah kemana pergi pemuda bawel itu, karena ia selalu menghilang dan muncul seperti imajinasiku. Bas pula, entah kemana dia. Bukankah kita seharusnya mendiskusikan tugas kita? Tetapi mengapa semuanya menghilang.

Aku lantas mempertanyakannya kepada pria yang ku benci didepaku ini.

"Dimana yang lainnya?" Aku menanyakannya pada Ohm.

"Entahlah." Jawab singkatnya yang tidak perduli.

Setelah itu kita tidak mengobrol lagi, kami sama-sama saling sibuk memakan makanam kami. Dan hal yang membuatku sedikit terkejut adalah, dia berterima kasih padaku untuk nasehat tidak sengaja ketika di halte bis malam itu.

"Terima kasih." Ucapnya tanpa menengok padaku. Aku pun diam saja karena aku pikir dia tidak sedan berbicara padaku. Lalu ia pun mengangkat kepalanya dan menatapku kembali mengucapkan terima kasih.

"Aku bilang, terima kasih." Ia kembali meminta maaf dan kali ini menatapku.

"Ow, kau berkata padaku?" Tanyaku yang kupikir tidak sedang berbicara padaku.

"Jika bukan kau, siapa lagi yang ada didekatku."

"Ow, terima kasih untuk apa?"

"Apa kau amnesia? Apa kau memiliki saudara kembar? Belum 24 jam kau sudah lupa."

"Apa kau mengatakan bahwa aku pikun?" Aku merasa kesal karena hinaan lembutnya.

"Aku tidak mengatakannya." Abainya sambil membuang muka.

"Sialan. Jangan kau memulai perkelahian kita disini, ya!!" Geramku sambil menjinjing lenganku.

"Selera makanku jadi hilang karena bau mulutmu." Ia juga geram dan lantas pergi membawa makanannya. Itu adalah salah satu hinaan yang menjengkelkanku.

"Aissshh .... kurang ajar. Jika dia mengatakannya sekali lagi, aku ku habisi dia." Gumamku yang geram melihatnya. Aku pun lantas teringat akan permasalahannya dengan ayahnya. Aku pun sontak berpikir, apakah ia sudah berdamai dengan ayahnya? Jika memang benar, syukurlah dia tidak akan mengusiku lagi. Tapi aku juga berpikir, bagaimana jika dia benar-benar sangat membenciku? Ah ... sudahlah itu sudah mejadi nasibku.

Ternyata Bas saat ini sedang berada di ruang kesehatan, ia sedang mencari kotak obat untuk mengobati temannya yang sedang pingsan didalam kelas. Saat ia melewati tirai pertama, ia justru terkejut dengan kemunculan P'God yang sedang memainkan ponselnya.

"Haaaaa .." Jeritnya Bas terkejut. "Sialan. Mengapa dia mengejutkanku?" Gumamnya Bas yang agak sebal.

"Kenapa? Seperti melihat hantu saja." Ujarnya P'God yang biasa saja.

"Errrr ... mengapa kau mengejutkanku?" Bas mecoba memarahinya.

"Mengejutkanmu?" Dia balik menanyai Bas. "Aku sejak tadi berada disini. Kau saja yang berjalan tidak melihat-lihat."

Untung saja kau tampan. Jika tidak, akan kuhabisi kau sekarang juga. Batinnya Bas yang menahan emosinya. P'God pun lantas bertanya padanya tentangku

"Hoi, apa kau melihat Nong Toey?"

Mengapa dia menanyakanku? Bas sepertinya mencoba bersikap seperti biasa meski halnya ia sedang kecewa karena P'God menanyakanku bukan menanyakannya.

"Eerrr .... dia sedang makan dikantin." Jawabnya Bas saat itu juga.

"Oh, terima kasih." Sahutnya P'God dan lantas pergi untuk mencariku.

Bas pun lantas menyelesaikan tujuan pertamanya yaitu mencari kotak obat. Tak lama setelah P'God pergi, Kimmon pun datang dengan kaki yang terpincang-pincang saat berjalan sambil merintih kesakitan memasuki ruang kesehatan.

I'm Crush On You!!Where stories live. Discover now