Chapter 17

376 36 1
                                    

Seperti perkataanku, kami berdua bersenang-senang di Dream World. Aku terus berusaha membuatnya bahagia agar tidak murung lagi. Entah bagaimana caranya, bahkan aku rela menghabiskan banyak uangku asalkan dia bahagia dan memafkan kesalahanku.

Ternyata apa yang aku lakukan dengan sedikit menghabiskan uangku tak cukup membuatnya kembali bahagia lagi, aku pun bingung apa yang harus ku lakukan lagi. Tapi aku tetap berusaha bagaimana pun caranya agar dia kembali tersenyum.

Ketika melewati wahana ayunan, aku pun tertarik untuk mecobanya. Aku pun lantas meminta Ohm untuk menaikinya bersama

"Bagaimana kalau kita mecobanya?" Tanyaku yang meminta padanya.

"Tidak." Jawabnya yang ketus.

"Ooiii, kenapa? Apa kau takut?" Tanyaku yang sedikit menggodainya.

"Tidak." Ia menjawab dengan nada yang sama.

"Kalau begitu, ayolah kita coba. Ya ya ya ya?" Pintaku yang sangat memohon karena aku belum mencobanya sama sekali.

"Sudah ku bilang tidak ya tidak." Dia tetap berusaha keras menolak.

"Ouch. Ya sudah, kalau begitu tunggulah disini. Aku akan naik sendiri." Ucapku yang tidak perduli lagi dengannya.

"Errr ... baiklah. Aku juga naik." Jawabnya yang terpaksa.

Kami pun lantas menaiki wahana tersebut, lalu mulailah wahana itu berputar perlahan terlebih dahulu dan dengan kecepatan sedang pun dimulai. Nampak dia begitu tenang saat menikmatinya, sedang kan aku heboh dengan sendirinya.

Hingga beberapa putaran pun aku mulai pusing dan tak kuat ingin muntah, namun aku berusaha untuk menahannya. Setelah wahana tersebut berhenti dan menurunkan kami semua yang menaikinya, aku pun lantas berlari ketepi untu muntah. Melihatku yang kemalangan, bukannya menolongku Ohm justru malah menertawaiku. Dia tertawa dengan cukup kerasa dan sedikit menghinaku

"Lihatlah, naik itu saja kau muntah." Ujarnya yang menertawaiku.

"Errr ... tertawalah terus." Jawabku yang sebal karena suara tawanya.

Sejenak aku beristirahat di sebuah bangku untuk menunggu Ohm datang membawakan minuman yang ku pesan darinya. Datanglah ia beberapa menit kemudian sambil membawa dua buah minuman.

"Nah, minumlah." Ujar Ohm memberikanku minuman yang sudah ku minta.

"Terima kasih." Jawabku yang ketus karena masih merasa sebal karena dia sudah menertawaiku.

Sejenak kami terdiam melihati seliweran orang-orang yang berkunjung di sana bersama keluarga dan pacar masing-masing. Hal itu sangat membuatku bersedih karena aku tidak bisa menikmatinya bersama kedua orang tuaku dengan lupa. Ohm pun lantas melihat wajahku yang tiba-tiba saja suram.

"Terima kasih." Ucapnya yang entah kenapa berterima kasih padaku.

"Terima kasih untuk apa?" Tanyaku yang melihatinya.

"Entahlah. Aku merasa bahwa meskipun tidam dengan kedua oranh tuaku, bersamamu ditempat ini justru lebih indah dari yang ku bayangkan."

Aku pun lantas tertunduk malu menyembunyikan senyumanku, lantas aku pun teringat akan tujuanku yang ingin memberikan kesempatan kepadanya.

"Ohm." Panggilku dan ia menengok padaku. "Jika aku tahu kalau ini semua akan terjadi, mungkin aku tidak menyesalinya. Dan mungkin aku sudah memutuskannya." Ujarku yang sedikit memberikan tanda.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." Ucap Ohm yang tidak mengerti maksudku.

"Maksudku, jika aku tahu orang yang ibuku suka adalah ayahmu. Mungkin aku akan terlebih dahulu jatuh cinta denganmu." Ujarku yang sejenak berhenti. "Saat pertama kali aku bertemu denganmu disekolah, kau sudah memikatku. Tapi kau terus berusaha menjadi dirimu sendiri."

I'm Crush On You!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang