Prolog

4.3K 320 67
                                    

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, sekolah ini selalu didatangi berbagai legenda. Terkadang, yang awalnya hanya dari sebuah lonceng kecil, bisa menjadi kasus besar.

***

"Dengarkan, larangan pertama di sekolah kita adalah jangan pernah menyentuh lonceng kecil di depan ruang BK," ucap ketua OSIS.

Seluruh siswa yang sedang menjalani MOS itu menganggukㅡmeski dalam hati, mereka bertanya-tanya.

Joy, sang ketua OSIS melanjutkan pemberitahuannya. "Larangan kedua, jangan mengetuk kursi milik teman yang duduk di depanmu. Sebaliknya pun, jika ada yang mengetuk kursi milikmu dari belakang, jangan pernah menoleh."

Baru saja Joy memberitahu tentang larangan tersebut, terdengar ketukan keras dari arah belakang. Seorang perempuan yang duduk di barisan paling belakang merinding hebat.

"Tolong tenang, jangan menoleh ke mana pun. Terus lihat ke depan," ucap Joy.

Ruangan itu hening sejenak sampai ada satu siswa yang mengangkat tangan kanannya.

"Turunkan tanganmu. Cepat!" teriak Joy.

Siswa itu segera menurunkan tangannya dalam keadaan panik.

"Larangan ketiga, jangan angkat tanganmu di dalam ruangan mana pun," lanjut Joy. "Jika ada yang ingin disampaikan, langsung bilang saja."

"Maaf, Kak. Aku ingin usul. Bagaimana jika kita melakukan MOS di lapangan? Di dalam ruangan seperti ini, rasanya banyak sekali larangannya," ucap siswa itu.

Joy tersenyum sebentar. "Justru, di lapangan lebih banyak larangannya daripada di tempat ini."

"Asal kalian tahu, tempat ini adalah tempat paling aman di sekolah ini. Kami selalu melakukan berbagai aktivitas yang bisa dibilang 'suci' di tempat ini," tambah Kate selaku wakil ketua OSIS.

***

Waktu istirahat MOS hari pertama tiba. Calon murid sekolah itu pun keluar bersamaan dengan murid-murid tingkat akhir. Beberapa murid saling berbincang, dan ada yang hanya memakan bekal.

"Kemarin gue liat ada yang menyentuh lonceng."

"Serius?"

"Iya."

"Terus gimana?"

"Gue liat dari lonceng itu ada sesuatu yang jatuh. Tapi gak tau apa."

"Eh, tapi..."

"Kenapa?"

"Lu yakin yang nyentuh lonceng itu manusia?"

Kedua siswa yang saling berbincang itu tiba-tiba merinding.

"Masalahnya, dari ratusan murid di sekolah ini, gak ada yang berani nyentuh lonceng itu," lanjut siswa tadi.

"Tapi gue liat kemarin itu orang, kok! Perempuan rambutnya sebahu. Dia menggunakan seragam sekolah kita."

"Penunggu sekolah kita, kan, siswa-siswi sekolah ini juga."

Bloody BellOnde histórias criam vida. Descubra agora